SOLOPOS.COM - Sarjiyanto (Istimewa)

Solopos.com, SOLO – Kelulusan  adalah tanda telah diselesaikannya proses pendidikan pada satu satuan pendidikan. Bulan Juni merupakan bulan kelulusan bagi jenjang pendidikan TK hingga SMU/SMK di seluruh wilayah Indonesia.

Peraturan Kepala Badan Standar Kurikulum dan Asesmen Pendidikan Kementerian Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi Nomor 004/H/EP/2023 tentang Pedoman Pengelolaan Blangko Ijazah Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah Tahun Pelajaran 2022/2023 mengatur jadwal dan pengumuman kelulusan dari satuan pendidikan SD, SMP, SMA, dan SMK serta yang sederajat.

Promosi Mimpi Prestasi Piala Asia, Lebih dari Gol Salto Widodo C Putra

Kelulusan adalah waktu istimewa tidak hanya bagi peserta didik, tetapi juga bagi orang tua/wali murid dan pengelola sekolah karena telah berhasil menyelesaikan salah satu tahap pendidikan sebagai prasyarat memasuki jenjang pendidikan yang lebih tinggi.

Berbagai macam acara merayakan waktu istimewa kelulusan tersebut. Fenomena yang sedang marak di berbagai daerah saat ini adalah prosesi kelulusan dari jenjang pendidikan anak usia dini (PAUD) hingga jenjang perguruan tinggi dengan istilah wisuda.

Kata wisuda menjadi lazim untuk prosesi kelulusan bagi semua jenjang satuan pendidikan di Indonesia saat ini. Pandemi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah wabah yang berjangkit serempak di mana-mana, meliputi daerah geografis yang luas.

Fenomena wisuda yang sedang terjadi di berbagai wilayah untuk berbagai jenjang pendidikan di Indonesia menujukkan wisuda untuk prosesi kelulusan telah menjadi wabah, bahkan pandemi, di dunia pendidikan kita. Wisuda adalah upacara peneguhan atau pelantikan seseorang yang telah menempuh pendidikan tinggi.

Wisuda dulu hanya untuk perayaan atas selesainya studi di universitas. Maraknya acara kelulusan di jenjang pendidikan selain universitas membuat wisuda tak lagi menjadi agenda akademik yang sarat makna dan sakral dalam rangkaian proses pendidikan di universitas.

Sekarang seolah-olah semua jenjang pendidikan bebas memakai kata wisuda dengan berbagai tata cara. Wisuda telah menjadi pandemi dalam dunia pendidikan saat ini. Kata wisuda sesungguhnya istilah asli budaya Indonesia, khususnya budaya Jawa. Dalam budaya jawa istilah aslinya adalah wisudha yang artinya prosesi penyematan/pengangkatan seseorang menduduki atau memperoleh posisi yang lebih tinggi.

Dalam dunia pewayangan kita bisa mempelajari dan memaknai kata wisuda (wisudha). Ada dua lakon pewayangan yang sarat makna kata wisuda; yaitu lakon Gathotkaca Winisudha  dan lakon Parikesit Winisudha.

Pada lakon Gathotkaca Winisudha diceritakan pascaperang besar antara Hastinapura dan Pringgodani kedua negara mengalami kemunduran dan kerusakan yang hebat. Dua negara tersebut tidak ada yang menang karena raja kedua negara tersebut sama-sama gugur dalam perang besar.

Makna yang dapat kita petik bahwa perang di mana pun selalu berujung kerusakan dan kerugian kedua belah pihak. Singkat cerita, untuk mengisi kekosongan penguasa di Kerajaan Pringgodani dilakukan suksesi kepemimpinan. Raden Gathotkaca ditetapkan—winisudha—sebagai raja, walau sempat ditolak pamannya Brajadhenta.

Lakon Parikesit Winisudha mengisahkan perubahan zaman pascaperang besar Baratayuda, perang antara Pandawa dengan Kurawa. Setelah Pandawa menang, Yudhistira yang lanjut usia menjadi raja Hastina. Era Yudhistira disebut zaman kalimataya (kali = zaman, mataya = bergerak).

Yudhistira merasa sudah saatnya lengser keprabon (dalam istilah jawa mgamanditha yang artinya menjadi pandhita, meninggalkan keduniawian). Diperlukan sosok pemimpin pengganti yang dapat mengembalikan kejayaan Hastinapura. Parikesit adalah sosok pemuda yang dipandang mampu menuju peradaban baru.

Melalui berbagai ujian, halangan, dan rintangan akhirnya Parikesit, yang sejak kecil menjadi anak yatim piatu, anak dari Abimanyu, cucu dari Arjuna, ditetapkan sebagai raja baru di Hastina melalui prosesi Parikesit Winisudha bergelar Prabu Dwipayana.

Proses wisuda melambangkan pencapaian dari sebuah proses yang panjang. Jika kita personifikasikan dengan kedua cerita wayang, Gathotkaca dan Parikesit sama-sama harus melalui ujian kehidupan yang sulit dan berat. Gathotkaca harus lulus menyatukan perpecahan di antara anggota keluarga besarnya.

Parikesit sebagai seorang pemuda harus membawa perubahan peradaban bangsa yang lebih maju dan modern. Bisa disimpulkan makna wisuda adalah perayaan atas hasil perjuangan/pembelajaran/pengalaman yang panjang untuk mencapai titik tersebut.

Simbol Keberhasilan

Semoga pandemi wisuda sebagai prosesi kelulusan di berbagai jenjang satuan pendidikan saat ini tidak mengurangi makna dan esensi wisuda. Kita berharap anak-anak kita yang saat ini sudah diwisuda ibarat Gathotkaca dan Parikesit dalam sepenggal cerita pewayangan.

Mereka bisa menjadi generasi yang tangguh karena sudah melalui tahapan pembelajaran dan mampu untuk menghadapi serta memasuki ke tahapan yang lebih tinggi. Secara sosial dalam masyarakat kita, wisuda merupakan simbol keberhasilan orang tua menyekolahkan anak.

Tidak mengherankan orang tua rela membayar iuran untuk acara wisuda anaknya yang notabene wisuda tersebut dilakukan di jenjang pendidikan sebelum di universitas. Agenda wisuda jamak mewah dan megah dengan menyewa gedung pertemuan, bahkan ada yang diselenggarakan di hotel.

Rasa bangga dan syukur atas kelulusan tersebut dibalut kemeriahan rangkaian acara wisuda. Fenomena sosial ini hendaknya tidak mengurangi makna dan esensi kelulusan. Kemewahan dan kemeriahan wisuda hendaknya mempertimbangkan kemampuan keuangan seluruh orang tua peserta didik.

Hendaknya wisuda—selain di universitas itu—dilaksanakan secara ekonomis mengingat setelah wisuda masih ada tanggungan biaya yang lebih besar untuk melajutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi.

Pandemi wisuda dari sisi ekonomi sebenarnya ikut menggerakan berbagai sektor ekonomi informal. Sektor ekonomi informal yang menikmati pandemi wisuda mulai jasa usaha rias dan persewaan baju, jasa sound system dan hiburan, jasa katering dan persewaan gedung, yang beberapa tahun lalu terdampak pandemi Covid-19.

Walapun secara agregat sumbangan ekonominya sangat kecil, pandemi wisuda telah berkontribusi menggerakkan dan menghidupkan kembali sektor-sektor ekonomi informal yang terkait di berbagai wilayah Indonesia. Pandemi wisuda yang terjadi saat ini semoga maenjadi salah satu obat bagi pandemi Covid-19.

(Esai ini terbit di Harian Solopos edisi 19 Juni 2023. Penulis adalah dosen Ekonomi Pembangunan dan peneliti di Riset Group Kearifan Lokal Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sebelas Maret)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya