SOLOPOS.COM - Skuad Timnas Kaledonia Baru berfoto bersama sebelum bertanding melawan Timnas Iran pada pertandingan fase Grup C Piala Dunia U-17 2023 di Stadion Si Jalak Harupat, Bandung, Jawa Barat, Jumat (17/11/2023). (Antara/Wahyu Putro A)

Kiprah tim nasional sepak bola Indonesia di kejuaraan Piala Dunia U-17 terhenti lebih cepat daripada perkiraan banyak orang. Skuad asuhan Bima Sakti ini sebenarnya tampil tak terlalu buruk, meski juga tak cukup baik untuk bisa lolos babak penyisihan.

Garuda Muda hanya sekali menelan kekalahan, yakni 1-3 melawan Maroko, kendati tak juga mampu meraih kemenangan setelah bermain imbang 1-1 melawan Ekuador dan Panama. Kegagalan ini bukan berarti Indonesia tak membawa pulang apa-apa.

Promosi Pembunuhan Satu Keluarga, Kisah Dante dan Indikasi Psikopat

Pengalaman adalah guru yang terbaik. Pengalaman adalah salah satu hal paling berharga yang didapat Arkhan Kaka dan kawan-kawan dari kejuaraan ini. Tampil di turnamen sepak bola kasta tertinggi U-17 bukanlah sesuatu yang bisa dilakukan oleh setiap negara.

Indonesia bisa ikut berkontestasi karena berstatus tuan rumah. Kalau melalui jalur kualifikasi belum tentu bisa merasakan pengalaman di kejuaraan dunia ini. Kita bisa menganggap ini adalah masa magang pertama skuad Garuda Muda di Piala Dunia U-17.

Pengalaman pertama pasti meninggalkan kesan mendalam dan memberi banyak pelajaran. Pelajaran bukan hanya bagi para pemain muda yang membutuhkan banyak ”jam terbang” dan pengalaman, namun juga bagi PSSI sebagai induk organisasi pengampu sepak bola di negeri ini.

Melihat sepak terjang Arkhan Kaka dan kawan-kawan di fase Grup A Piala Dunia U-17, kita bisa menaruh harapan besar bahwa masa depan Indonesia bakal gemilang. Tentu saja ada syaratnya, yakni jika pola pembinaan benar dan berkelanjutan.

Yang tak kalah penting adalah kompetisi sepak bola yang sehat di semua jenjang. Harapan cerah itu terlihat dari kekuatan mental dan fisik Garuda Muda. Bima Sakti cukup baik mengasah kemampuan teknik dan taktik pemain muda serta bagus dalam membangun soliditas tim.

Ada banyak ruang yang harus diperbaiki dan disempurnakan. Salah satunya adalah ”jam terbang” dan pengalaman. Setidaknya, Garuda Muda sudah memulai debut di Piala Dunai U-17, satu fase terlewati. Harapannya, dari debut ini bisa menimbulkan rasa kecanduan bagi tim nasional dan PSSI untuk ingin kembali tampil di pentas sepak bola terakbar.

Caranya bukan dengan menjadi tuan rumah, meski itu sah dilakukan. Melainkan dengan menyiapkan tim nasional agar pantas dan layak tampil di kompetisi kelas dunia. Resepnya adalah pembinaan sejak dini dan berjenjang melalui kompetisi yang sehat dan berkualitas.

Hanya ini jalan terbaik membentuk tim di kelompok umur manapun. Ini menjadi fondasi membentuk tim nasional senior. Kita punya potensi besar membentuk tim nasional yang berkualitas. Masak dari 270 juta warga Indonesia tidak ada 25 orang pesepak bola andal kelas dunia? Masalahnya, apakah kita punya niat dan komitmen serius untuk menemukan mereka?

Pada akhirnya, dari Piala Dunia U-17 ini kita bisa mendapatkan bibit unggul untuk tim nasional di level senior. Semoga PSSI dan pemangku kepentingan terkait sadar diri dan kemudian membenahi pengelolaan sepak bola demi menemukan dan menciptakan kemampuan cemerlang kelas dunia di dunia sepak bola kita.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya