SOLOPOS.COM - Oriza Vilosa (Solopos/Istimewa)

Solopos.com, SOLO – Lebaran 2024 telah berlalu. Sebagian besar pemudik telah kembali beraktivitas. Obrolan saat bertemu keluarga, teman, tetangga saat Lebaran tentu masih hangat di ingatan. Tentu banyak pembicaraan yang terjadi saat pertemuan pada momen Lebaran.

Barangkali ada obrolan memberi kesan serius. Di Jawa Tengah, khususnya di Soloraya, obrolan keluarga atau teman jamak terjadi di tikar. Tikar adalah alas yang memiliki karakteristik berbeda dibanding kursi.

Promosi Mabes Polri Mengusut Mafia Bola, Serius atau Obor Blarak

Saat duduk di tikar, suasana lebih santai bisa didapat. Lesehan, duduk bersila, atau selonjor bisa. Tikar sering digelar saat pertemuan keluarga, acara halalbihalal rukun tetangga, dan pertemuan lainnya.

Saya pun duduk di tikar saat mengobrol bersama teman pada Sabtu (13/4/2024) malam. Kami bertemu di sebuah warung angkringan di salah satu kecamatan di Kabupaten Boyolali. Kebetulan sang bakul menyediakan tikar.

Suasana Lebaran masih kental. Ada tiga teman yang bergabung saat itu. Seorang teman sekelas saat SMA, seorang lagi adalah adik kelas saat SMA, dan seorang lagi kakak kelas beda SMA.

Kopi panas, teh panas, dan beberapa camilan khas angkringan tersaji di tikar. Dua teman telah berusia lebih dari 40 tahun. Sedikit berbeda dengan pertemuan tahun lalu. Pada pertemuan kali itu, ia memesan teh panas tawar.

Ia mengulas peristiwa dua tahun silam. Kala itu, ia menjadi korban penggelapan mobil oleh temannya sendiri. Teman satu SMA. Saya mengenal pelaku penggelapan mobil tersebut.

Singkat cerita, pelaku meminjam mobil dengan alasan untuk mengisi kekosongan unit persewaan mobil di Bekasi. Rupanya mobil itu sirna entah ke mana. Teman yang meminjam mobil itu tak bisa dilacak.

Selama setahun lebih, pemilik mobil mondar-mandir mengurus kasus itu. Ia harus mengurus sisa angsuran mobil yang kurang setahun. Pertemuan dengan keluarga pelaku sudah terjadi. Tak ada perkembangan yang berarti.

Ia malah makin rugi karena pengeluaran terkuras untuk ongkos perjalanan. Akhirnya dia memaksa diri berpikir efisien. Mengikhlaskan. Menyadari bahwa peristiwa penggelapan itu menjadi bagian dari laku hidup.

Walau kadang masih merasa anyel, teman saya ini sudah bisa tertawa saat mengulas kisah tersebut. Kini ia lebih berfokus membesarkan anak. Mulai menuruti nasihat dokter. Maklum, belum lama ini ia divonis mengidap diabetes melitus.

Teman saya ini dulu atlet bela diri. Ada segudang cerita tentang perkelahian zaman duduk di bangku SMP dan saat SMA. Kini pembawaannya tak segarang dulu. Ia terlihat lebih banyak berseloroh.

Walau telah divonis mengidap diabetes melitus, ia tak ragu membahas kasus sama yang dialami teman setahun lalu. Penyakit itu telah membuat teman kami satu SMA meninggal dunia. Kisah itu telah berlalu.

Kisah itu justru membuat teman saya mantan atlet bela diri itu lebih bersemangat. Ia menyadari hanya itu upaya yang paling optimal. Di tikar, ia menyatakan keyakinan akan takdir.

Giliran kakak kelas beda SMA bercerita. Ia berperawakan tinggi besar. Dia pelatih bela diri taekwondo. Tampangnya cukup sangar. Malam itu, ia bertutur lembut. Ia menceritakan betapa berat perjalanan hidup saudara-saudaranya yang kini sudah tua.

Cerita itu ia dapat setelah bersilaturahmi ke rumah keluarga bapaknya di Kabupaten Klaten. Ia berkisah tentang kontemplasi yang ia alami. Kontemplasi atau perenungan setelah mendengar perkataan, cerita, kisah hidup saudara-saudaranya.

Hasil kontemplasi itu membuat dirinya menegaskan pentingnya perantau mudik. Sepenting mengenali ulang jati diri. Mengingat asal usul keluarga hingga tahap-tahap pada proses kehidupan yang telah dijalani.

Betapa haru dia mengenang perjuangan para saudara. Dia berkesimpulan semestinya pemuda punya rasa malu jika hanya mengeluh, apalagi menyerah terhadap tantangan hidup zaman sekarang.

Rasanya level kepasrahan teman-teman saya makin meningkat. Masalah berat bisa dikemas hangat di tikar malam itu. Duduk berlesehan makin melonggarkan pikiran.

Beradu pemikiran terasa santai. Walau santai, refleksi diri bisa dilakukan. Lalu, bagaimana suasana tikar tempat Anda duduk pada Lebaran 2024 ini?

(Esai ini terbit di Harian Solopos edisi 17 April 2024. Penulis adalah jurnalis Solopos Media Group)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya