SOLOPOS.COM - Unit bus rapid transit (BRT)  Transjateng rute Solo-Wonogiri diuji coba secara terbatas di Terminal Tirtonadi, Solo, Selasa (25/7/2023). (Istimewa/ Dokumentasi Balai Transportasi Jawa Tengah)

Pemerintah Provinsi Jawa Tengah segera meluncurkan layanan transportasi umum bus rapid transit (BRT) atau bus raya terpadu Transjateng yang melayani trayek Solo—Wonogiri pergi pulang atau PP.

BRT Transjateng trayek Solo—Wonogiri ini terhubung dengan BRT Transjateng trayek Sumberlawang (Kabupaten Sragen)—Solo. Simpul pertemuan dua trayek ini di Terminal Bus Tirtonadi Solo.

Promosi Tragedi Simon dan Asa Shin Tae-yong di Piala Asia 2023

BRT adalah moda transportasi massal berbasis bus yang mempunyai desain, pelayanan, dan infrastruktur sedemikian rupa untuk meningkatkan kualitas sistem dan menyingkirkan hal-hal seperti penundaan kedatangan dan keberangkatan yang sering ditemui pada sistem bus biasa.

BRT menawarkan mobilitas, biaya terjangkau, jalur khusus, halte yang tertutup, sistem pembayaran di halte bus, dan sistem informasi yang baik bagi penumpang. Konsep BRT berbeda sama sekali dengan bus angkutan umum atau bus sarana transportasi massal lintas daerah yang umum.

Save M. Dagun dalam buku Busway Terobosan Penanganan Transportasi Jakarta (Pustaka Sinar Harapan, Jakarta, 2006) menjelaskan BRT meliputi bus besar yang beroperasi di jalan raya bersama-sama lalu lintas umum (mixed traffic) atau dipisahkan dari lalu lintas umum dengan marka (bus lanes) atau dioperasikan pada lintasan khusus (busways).

Berbasis pengertian itu BRT Transjateng yang akan dioperasikan di trayek Solo—Wonogiri berjalan di jalan umum bercampur dengan kendaraan lain (mixed-traffic). Institute for Transportation and Development Policy (ITDP) mendefinisikan BRT adalah sistem transportasi berbasis bus yang berkapasitas dan berkecepatan tinggi serta memiliki kualitas layanan yang baik dengan biaya yang relatif murah.

Apa pun makna dan pengertiannya, serta kontroversi yang mengemuka dari aneka definisi, pengoperasian BRT Transjateng trayek Solo-Wonogiri yang menggunakan skema buy the service akan menguntungkan publik.

Skema ini menyebabkan tarif penumpang di trayek tersebut sangat murah. Tarif penumpang yang direncanakan berlaku adalah Rp2.000 hingga Rp4.000 per orang. Kebijakan ini harus dimaknai sebagai peluang memberdayakan konektivitas Solo—Wonogiri oleh BRT Transjateng trayek Solo-Wonogiri.

Penyediaan sarana transportasi umum ini harus disambut dengan strategi pemberdayaan potensi berbasis mobilitas warga di antara dua wilayah tersebut. Fasilitas koneksi dengan BRT Transjateng trayek Sumberlawang-Solo meniscayakan peluang lebih besar yang harus dibaca dan kemudian diberdayakan di trayek yang cukup panjang tersebut.

Pariwisata adalah potensi yang sering menjadi wacana belakangan ini. Tentu masih ada potensi lain berbasis mobilitas warga yang bisa diberdayakan. Pengoperasian BRT Transjateng di sepanjang jalur Sumberlawang-Solo yang tersambung dengan Solo-Wonogiri tentu meniscayakan keterhubungan dengan jalur-jalur transportasi lain di sepanjang trayek tersebut.

Inilah peluang lain yang perlu dibaca, dimaknai, dan kemudian diberdayakan sehingga menjadi pengungkit pertumbuhan sektor-sektor potensial di kawasan yang dilintasi, terutama sektor ekonomi yang berdampak peningkatan kesejahteraan warga.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya