SOLOPOS.COM - Abu Nadzib (Istimewa/Solopos)

Solopos.com, SOLO — Kontroversi pangkat letnan kolonel tituler untuk pesohor Deddy Corbuzier terus bergulir. Meski mulai mereda beberapa hari terakhir, tidak membuat kegusaran atas pangkat perwira untuk warga sipil itu hilang.

Kritikan keras atas pemberian pangkat tituler itu datang dari kalangan masyarakat sipil, anggota DPR, hingga pengamat militer. Mereka menilai Deddy Corbuzier yang kini dikenal sebagai youtuber tidak layak menyandang pangkat tersebut.

Promosi Mendamba Ketenangan, Lansia di Indonesia Justru Paling Rentan Tak Bahagia

“Tidak ada urgensinya,” ujar pengamat militer Connie Rahakundini Bakrie. Jika pemberian pangkat tituler untuk Deddy Corbuzier disebabkan pengaruh kuat sang youtuber itu di media sosial, Connie menilai Menteri Pertahanan Prabowo Subianto cukup merekrutnya sebagai sukarelawan tanpa memberikan pangkat perwira tituler.

Juru Bicara Menteri Pertahanan, Dahnil Anzar Simanjuntak, membela atasannya dengan menjelaskan pangkat letnan kolonel tituler diberikan kepada Deddy Corbuzier karena dia mempunyai kemampuan khusus yang dibutuhkan TNI, yakni kapasitas komunikasi di media sosial.

Kemampuan atau keahlian khusus itulah yang menjadi alasan utama seorang warga sipil diberi pangkat titular. Sri Sultan Hamengku Buwono IX dan Idris Sardi diberi pangkat tituler karena pengaruh mereka yang sangat kuat.

Sri Sultan Hamangku Buwono IX adalah pembela Negara Kesatuan Republik Indonesia.  Idris Sardi diberi pangkat tituler karena ia begawan musik, komposer kelas dunia.

Substansi kontroversi gelar tituler untuk Deddy Cirbuzier bukan tentang gaji dan tunjangan yang akan diterima setelah menjadi bagian dari TNI. Bagi orang sekelas Deddy, gaji pokok setingkat letnan kolonel yang senilai Rp3,09 juta hingga Rp5,08 juta sebagaimana diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2019 tentu tidak ada artinya.

Demikian juga tentang tunjangan lainnya seperti tunjangan pangkat letnan kolonel yang senilai Rp463.000 hingga Rp762.000, tunjangan jabatan senilai Rp360.000 hingga Rp5,5 juta, tunjangan keluarga senilai Rp309.000 hingga Rp508.000 jelas bukan sesuatu yang dicari selebritas sekaya Deddy Corbuzier.

Just info buat yang bertanya, saya tidak akan mengambil gaji atau tunjangan apa pun sebagai tituler. Saya balikkan ke negara, masih banyak lainnya yang lebih membutuhkan,” kata Deddy Corbuzier di akun Twitter @corbuzier.

Orang setenar Deddy Corbuzier dengan 19,7 juta pengikut di Youtube serta podcast yang selalu dilihat jutaan orang setiap hari tentu bayaran Rp10 juta per bulan hanyalah receh. Urusan pangkat tituler itu lebih pada urusan prestise, kebanggaan sebagai warga negara yang dipercaya institusi negara.

Desakan kepada Menteri Pertahanan Prabowo Subianto agar mencabut pangkat tituler boleh saja terus bergulir, namun hingga hari ini pangkat itu masih tersemat di pundak Deddy Corbuzier. Sebagai Duta Komando Cadangan TNI AD, Deddy mendapat tugas menyuarakan pesan-pesan kebangsaan dan menyosialisasikan tugas-tugas TNI kepada masyarakat.

Anjing menggonggong, kafilah tetap berlalu. Letnan Kolonel Tituler Deddy Corbuzier tak akan melepaskan pangkat yang diterimanya dari Kementerian Pertahanan. Ia bertekad menjalankan tugas yang dibebankan kepadanya dengan baik dan penuh tanggung jawab.

Sampai saatnya nanti pangkat itu dicabut karena masa tugasnya habis. Alih-alih sibuk berdebat dalam kontroversi, Deddy ingin tampil dengan karya. Sebuah tekad yang layak ditunggu pembuktiannya. Mari tinggalkan kontroversinya, kita tunggu karya Deddy Corbuzier di TNI, sesuai dengan tujuan awal penyematan pangkat letnan kolonel tituler kepadanya.

Warganet Kejam

Deddy bukan orang sipil pertama yang mendapatkan pangkat prestisius tersebut. Idris Sardi mungkin yang paling layak disandingkan dengan Deddy Corbuzier sebagai komparasi. Idris Sardi yang dijuluki begawan musik diberi pangkat letnan kolonel tituler pada 1996.

Ayah aktor Lukman Sardi itu mendapatkan pangkat tituler pada era Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) Jenderal R. Hartono. Penyematan pangkat dilakukan di Komando Pendidikan dan Latihan TNI AD di Bandung yang kala itu dipimpin Mayor Jenderal TNI Luhut Binsar Panjaitan (saat ini Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi).

Begitu menyandang pangkat letnan kolonel tituler, sang maestro biola itu langsung ditempatkan di Satuan Musik Militer Direktorat Ajudan Jenderal Angkatan Darat. Tugas utamanya memimpin satuan musik di TNI AD.

Fakta membuktikan Idris Sardi melahirkan berbagai mars berkualitas di TNI AD yang kita dengar hingga hari ini dan membanggakan tidak saja bagi insan TNI namun juga rakyat Indonesia.

Sama dengan Deddy Corbuzier, Idris Sardi dipilih karena memiliki latar belakang khusus yang dianggap bisa memperbaiki TNI AD. Belakangan Idris Sardi mendapat pengakuan bahwa pangkat yang disematkan kepadanya setara dengan hasil yang ia sumbangkan untuk TNI AD.

Bagaimana dengan Deddy Corbuzier? Menilai sekarang tentu tidak adil sebab dia baru memulai tugasnya di TNI AD. Latar belakangnya di media sosial yang punya pengaruh sangat kuat menjadi potensi besar baginya untuk berkarya seperti Idris Sardi.

Ya, anggap saja berbagai kritikan kepadanya sebagai amunisi untuk menjaga semangatnya berkarya. Toh, ia tidak butuh penghasilan dari pangkatnya sebagai letnan kolonel tituler. Ia hanya butuh fokus menjalankan tugas dan menghasilkan karya demi bangsa dan negara.

Mudah? Jelas tidak. Deddy punya banyak pekerjaan, terutama terkait dengan gaya hidupnya sebagai pesohor yang harus menyesuaikan dengan tugas baru di TNI AD. Sebagai bagian dari TNI, pada dirinya melekat hak dan tanggung jawab serta aturan ketat di militer.

Gaya hidup dan perilaku Deddy mau tidak mau harus menyesuaikan dengan aturan di militer. Ia tidak bisa lagi bergaya selengekan lagi seperti selama ini ia tampilkan di Youtube. Gaya itu jelas tidak selaras dengan disiplin yang berlaku di TNI.

Citra dia kini menggambarkan citra TNI. Kontroversi yang terjadi pada dirinya akan langsung berimbas kepada citra TNI sebagai lembaga negara yang identik dengan disiplin dan kewibawaan.

Yang paling penting, jangan sampai penunjukan Deddy Corbuzier sebagai Duta Komponen Cadangan TNI AD bermuatan politik mengingat Menteri Pertahanan Prabowo Subianto akan berkompetisi lagi dalam Pemilihan Umum 2024 sebagai calon presiden.



Deddy adalah duta bagi TNI AD, bukan pendulang suara buat Prabowo yang berambisi menjadi orang nomor satu di Indonesia, untuk kali ketiga. Ini yang akan menentukan apakah publik percaya atau tidak atas pemberian pangkat letnan kolonel titular kepada Deddy Corbuzier.

Jangan pernah mengkhianati kepercayaan publik jika tidak ingin mendapat hukuman sosial seumur hidup. Ingat, warganet Indonesia (kadang-kadang) sangat kejam!

(Esai ini terbit di Harian Solopos edisi 22 Desember 2022. Penulis adalah jurnalis Solopos Media Group)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya