SOLOPOS.COM - Hammam, Sekretaris Pimpinan Daerah Muhammadiyah Kota Salatiga & Alumni Program Doktoral Center for Linguistics and Culture Studies, Jawaharlal Nehru University, New Delhi. 2017. Disampaikan dalam Milad KAHMI ke 57, Salatiga 27 September 2023.

Solopos.com, SALATIGA – Pemilihan presiden pada 2024 sangat menarik bagi siapa saja. Bagi pengusaha, mahasiswa, orang kecil, bahkan kaum rebahan akan terlibat dan atentive terhadap agenda lima tahunan ini.

Pilpres kali ini menjadi antitesis pilpres-pilpres sebelumnya. Hadirnya dua mantan aktivis mahasiswa yang menjadi satu pasangan tentu menjadi sejarah baru perkembangan perpolitikan nasional. Ini membuka optimisme para aktivis mahasiswa berperan dalam mewujudkan mimpi kolektif bangsa, Indonesia yang sejahtera, adil dan makmur.

Promosi Mimpi Prestasi Piala Asia, Lebih dari Gol Salto Widodo C Putra

Namun demikian, seperti biasanya, pemilu selalu membawa penyakit bawaan ambivalensi, antara gaduh dan rusuh. Bercermin ajakan pemilu damai oleh Inter Religion Center (Republika, 18 Oktober 2016) agaknya hanya sebatas slogan, sebagai pemanis bibir dan seremonial belaka bahkan utopis. Pemilu (pilpres) 2019 melahirkan pembelahan kohesif sosial yang melahirkan diksi cebong dan kampret.

Sengaja diksi gaduh digunakan untuk mengganti kata damai. Karena lazimnya sebuah pemilu atau pilpres selalu diikuti dengan hiruk pikuk penggalangan massa dan identik dengan kebisingan namun sepi dari gagasan besar. Perang retorika antara para calon presiden, gubernur atau bupati sulit dihindari.

Tidak heran kadang-kadang melampaui batas kesopanan dan kepatutan, menjatuhkan lawan politik dengan isu SARA  demi kemenangan ‘semu’ kelompok yang diusungnya. Kondisi ini tentu membuyarkan harapan semua pihak agar jalannya pemilihan presiden bermartabat menjadi kenyataan.

Gagasan pemilu atau pilpres damai memang indah dan ideal. Namun konsep ini perlu dikaji lebih mendalam agar menyelematkan banyak pihak. Terutama bagi mereka yang terlibat dalam Pilpres 2024 seperti KPU, calon presiden, calon legislatif berikut partai pengusungnya dan para pemilih. Menurut Rakesh, dalam Sociology of Peace and Nonviolence (2003:21 & 51), mengingatkan bahwa Gandhi dan Dalai Lama kurang sepakat jika istilah damai (peace) digunakan untuk menggambarkan kondisi tiadanya konflik, ketegangan dan gesekan dalam sebuah masyarakat.

Kondisi damai seperti ini hanya cocok untuk menggambarkan suasana kuburan, yang sunyi senyap dan tanpa kegaduhan. Bagi Gandhi dan Dalai Lama, konsep damai hanya bisa diwujudkan dengan niat yang baik, cinta kebaikan dan sifat penyayang dengan cara peduli kepada sesama ciptaan Tuhan dalam situasi dan kondisi apapun.

Dengan kata lain syarat untuk menciptakan keadaan damai, seseorang idealnya mampu berdamai dengan dirinya sendiri dengan melahirkan sifat penyayang dan mencintai kebaikan bagi manusia. Jika dia masih bergulat dengan kebencian dan dendam rasanya sulit menciptakan suasana batin yang damai. Disinilah sebenarnya letak tantangan terberat untuk mewujudkan pilpres damai bermartabat.

Menilik gagasan Gandhi dan Dalai Lama tersebut, sejatinya para calon presiden yang akan berlomba merebut hati rakyat pada 2024 telah memiliki prasarat itu. Semua calon merasa empati dan prihatin dengan nasib rakyat kecil. Mereka ingin mengurai masalah kualitas sumber daya manusia, banjir dan kekeringan, lingkungan, ketahan pahan, enrgi, hutang luar negeri, keterbelahan, persatuan, keamanan, kebutuhan pokok yang semakin sulit terbeli oleh rakyat jelata. Dan masih banyak lagi sederet persoalan rakyat kecil dan isu kebangsaan lainnya yang akan diusung sebagai bahan kampanye dan janji-janji politik.

Dengan niat mulia itulah, mereka terdorong maju mencalonkan diri menjadi presiden dan wakil presiden. Mereka berniat akan mempertaruhkan hidupnya untuk kesejahteraan rakyat, seperti apa yang disampaikan oleh pahlawan nasional K.H. Agoes Salim, memimpin itu menderita. Sikap mental sekaligus kesadaran yang mulia ini penting.

Sebagai modal dasar  yang perlu dijaga dan diperlihara oleh semua pihak agar terus tumbuh dan berkembang selama proses pilpres berlangsung hingga berakhir dengan terpilihnya pemimpin yang baru tahun 2024. Baik yang terpilih maupun yang gagal, keduanya tetap memiliki peranan penting mewujudkan masyarakat yang kondusif, tertib, aman dan sejahtera.

Berangkat dari kenyaataan tersebut, lalu peran strategis apa yang dapat dimainkan oleh para aktivis kampus, anak muda dan para pemangku kepentingan dalam pilpres damai bermartabat. Pertama, mengkritisi rekam jejak (track record) karakter calon presiden, visi dan program kerja yang terukur.

Idealnya dalam sebuah pemilu maupun pilpres, karakter dan visi kandidat menjadi faktor utama sebagai pertimbangan para pemilih menentukan pilihannya. Adapun faktor lainnya merupakan pendukung dan kebetulan saja sifatnya. Misalnya, kemenangan Arvin Kejriwal dua tahun lalu sebagai Gubernur (Chief Minister) New Delhi yang diusung oleh partai gurem Aam Admi Party (Partainya Orang Biasa), menarik dipaparkan untuk bahan renungan bersama. Sebagai partai lokal dan pendatang baru, Aam Admi Party kalah jauh popularitasnya dengan Congress Party dan Bharata Janatya Party.

Tapi karakter calon, visi dan program kerja seorang Arvin Kejriwal yang sangat jelas mampu mengalahkan para tokoh yang diusung oleh kedua partai raksasa tersebut. Arvin berjanji kepada publik di New Delhi, jika dia terpilih akan  menurunkan tarif listrik, harga gas, menjamin ketersediaan air, mengurangi kemacetan dan menolak protokoler yang rumit. Setelah terpilih, dia langsung mengeksekusi secara bertahap berdasarkan skala prioritas apa yang telah dijanjikannya kepada pemilih di New Delhi sehingga masyarakat langsung merasakan manfaat dan perubahan yang dibuat oleh kepala daerah yang baru.

Kedua, membudayakan kritik yang sehat. Kritik sangat penting bagi proses pilkada bermartabat dan jalannya roda pemerintahan. Menurut S. K. Shopori (2016) kritik merupakan wahana menyampaikan fakta dan kebenaran terbaru bukan sebagai ekspresi kebencian. Sulit sekali memang mengkritik tanpa kebencian. Oleh karena itu, proses pilpres yang baik juga diliputi oleh kritik antarsesama kandidat dalam beradu program.

Setiap program yang ditawarkan oleh calon pasangan akan diuji di depan publik salah satunya dengan kritik. Sejauh mana gagasan yang diusung itu rasional dan dapat diwujudkan untuk menyejahterakan rakyat. Tanpa kritik sebuah gagasan akan mentah dan sulit direalisasikan. Jika kondisi ini berlarut-larut, maka rakyat akan merugi. Pilpres atau pemilu dari waktu ke waktu tidak pernah mengubah nasib mereka. Di samping itu, pemerintah sebagai penyelenggara pilpres atau pemilu tentu sia-sia menghamburkan uang negara.

Ketiga, mentradisikan oposisi aktif dan konstruktif. Oposisi mutlak diperlukan sebagai penyambung lidah rakyat yang bertugas mengkritik kepemimpinan kepala daerah terpilih. Apakah dia ingkar janji atau tidak. Memperjuangkan kepentingan rakyat atau pemilik modal kampanye.

Masyarakat berhak tahu arah kebijakan pemerintahan yang baru terbentuk itu. Adanya oposisi juga memperlihatkan kualitas kepemimpinannya. Karakter seorang pemimpin akan teruji oleh kritikan para oposisinya. Jawaban dan respon spontan terhadap kritik akan menunjukkan keotentikan kepribadiannya. Dengan begitu rakyat akan mengetahui dengan mudah tabiat aslinya bukan karakter rekaan melalui framing media.

Pendeknya, masyarakat sangat  berharap bahwa pilpres atau pemilu serentak 2024 dapat berjalan dengan damai bermartabat yang melahirkan seorang pemimpin (pasangan pemimpin) ideal. Seperti ciri-ciri pemimpin yang melekat dalam diri Nabi Kongze yakni seseorang yang tenang pendengarannya, jelas penglihatannya, cerdas pikirannya dan bijaksana.

Keluasan hatinya, kemurahannya, keramahtamahannya dan kelemahlembutanya cukup untuk meliputi segala sesuatu. Semangatnya yang berkobar-kobar, keperkasaannya, kekerasan hatinya dan ketahanujiannya cukup untuk mengemudikan pekerjaan besar. Dengan begitu, rakyat merasa damai aman dan tentram dalam perlindungan kepemimpinannya. Semoga.

Artikel ini ditulis oleh Hammam, Sekretaris Pimpinan Daerah Muhammadiyah Kota Salatiga & Alumni Program Doktoral Center for Linguistics and Culture Studies, Jawaharlal Nehru University, New Delhi. 2017. Disampaikan dalam Milad KAHMI ke 57, Salatiga 27 September 2023.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya