SOLOPOS.COM - Ardi Sugiyarto

Solopos.com, SOLO – Pemilihan  presiden dan wakil presiden akan digelar  tahun depan, tetapi hiruk pikuk pencalonan kini makin memanas. Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra) mengusung Prabowo Subianto sebagai calon presiden.

Partai Nasional Demokrat (Nasdem) mengusung Anies Baswedan sebagai calon presiden.  Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan  juga telah mengumumkan calon presiden yang akan diusung, yaitu Ganjar Pranowo.

Promosi Primata, Permata Indonesia yang Terancam Hilang

Dua kandidat presiden berpengalaman sebagai kepala daerah. Ini bisa dimaknai sebagai proses transformasi kepemimpinan nasional yang mulai bergeser dari kompetisi elite pusat menjadi promosi kepemimpinan daerah.

Fenomena ini dimulai sejak Joko Widodo menjabat Wali Kota Solo, Gubernur DKI Jakarta, dan kemudian Presiden Republik Indonesia. Kelanjutan fenomena kepala daerah menjadi calon presiden dapat dimaknai memimpin daerah adalah kawah candradimuka menuju tampuk kepemimpinan nasional.

Indonesia memberlakukan otonomi daerah sejak 1999. Saat inilah kita melihat ternyata kebijakan desentralisasi mulai memetik hasil yang cukup manis. Pemilihan langsung kepala daerah dan konsekuesi pemberian kewenangan yang cukup luas ternyata memacu lahirnya talenta-talenta kepemimpinan di daerah.

Keberhasilan pemimpin daerah mengeksekusi kebijakan dan menjalankan kewenangan dengan baik berbuah popularitas dan simpati masyarakat di daerah yang dipimpin maupun daerah lain. Walaupun ada pandangan negatif tentang desentralisasi, seperti beberapa kepala daerah yang tersandung masalah korupsi, ternyata desentralisasi bermanfaat besar bagi Indonesia.

Desentralisasi saat ini telah menjadi salah satu kunci sukses melahirkan pemimpin yang berkualitas. Pemimpin daerah yang bisa memastikan pelayanan publik secara optimal berujung menciptakan kesejahteraan masyarakat di daerah. Dengan desentralisasi setidaknya seorang kepala daerah harus belajar tiga keahlian penting.

Pertama, kepala daerah dipacu menangkap dan mengidentifikasi kebutuhan masyarakat di daerahnya. Kedua, mereka harus mampu mengeksekusi program dan kebijakan dengan sumber daya dan anggaran yang terbatas secara efisien dan efektif.

Ketiga, seorang kepala daerah harus mampu menangkap peluang dan tantangan yang aktual sehingga dapat segera melakukan langkah koreksi atau penyesuaian. Perlu diakui bahwa pemimpin daerah yang baik tidak serta-merta mempunyai kapasitas kepemimpinan secara nasional.

Pemimpin daerah yang bauk juga belum pasti mendapatkan perhatian dari masyarakat secara umum. Jika kita melihat sosok pemimpin daerah yang masuk bursa pencalonan presiden dari era Joko Widodo, dapat diamati tiga aspek nilai lebih eorang kepala daerah yang akhirnya bisa memikat hati rakyat sehingga memiliki tingkat keterpilihan yang tinggi.

Aspek pertama adalah inovasi. Dengan inovasi maka pelayanan publik mejadi lebih optimal, cepat, dan efisien. Percepatan proses perizinan, pelayanan kartu tanda penduduk, dan digitalisasi pelayanan administrasi di daerah menjadi salah satu kunci sukses seorang kepala daerah untuk menarik simpati masayarakat.

Aspek kedua, bersih dari korupsi. Ini sangat penting karena merupakan syarat mutlak menilai integritas pemimpin daerah. Pengelolaan anggaran yang baik dan akuntabel menjadi parameter aspek ini.

Jika kepala daerah terbukti pernah terlibat kasus korupsi, dalam sekejap simpati masyarakat akan hilang dan tentu saja rekam jejak seorang pemimpin seperti itu menjadi sangat buruk. Aspek ketiga, unik dan visioner. Aspek ini tidak kalah penting untuk menjadi pemimpin yang dicintai masyarakat.

Unik dan visioner membentuk citra diri yang menjadi penanda seorang individu sehingga menjadi sangat populer dan mudah diingat masyarakat. Joko Widodo dengan gaya unik blusukan pada era 2014 menjadi salah satu fenomena menarik dalam sejarah pemilihan presiden di Indonesia.

Pada intinya, semakin unik dan beda gaya individu dari individu lain maka popularitasnya akan semakin tinggi. Selain itu, visi atau cara pandang sang pemimpin dalam menghadapi masalah, peluang, dan tantangan akan menjadi nilai tambah yang sangat tinggi.

Jika seseorang bisa melihat Indonesia ke depan dan mengidentifikasi tantangan pada masa depan, ini membuktikan pemimpin tersebut mempunyai intuisi yang kuat sehingga dipercaya akan mampu memimpin dan menghadapi persoalan bangsa pada masa depan.

Sebagai contoh, program Nawacita dan visi Indonesia maju 2045 era Presiden Joko Widodo adalah gagasan yang sangat visioner dalam perjalanan pembangunan Indonesia. Visi ini mampu membangkitkan semangat dan simpati masyarakat untuk terus percaya diri sebagai bangsa dan  terus maju.

Peluang

Setelah melihat fenomena aktual tentangan kandidat presiden dari kepala daerah, pada masa  depan ada peluang dan harapan untuk suksesi kepemimpinan yang lebih baik. Pola kawah candradimuka daerah bisa menjadi suatu pola yang layak diperhitungkan dalam sistem demokrasi masa depan.

Layaknya sekolah, jika ujian di level daerah berhasil, kemungkinan besar seseorang cukup mampu menyelesaikan permasalahan di level nasional. Keberhasilan kepala daerah hendaknya bisa menjadi portofolio yang penting sebelum bisa naik tingkat di level nasional.

Untuk itu diperlukan beberapa hal yang penting. Pertama, sistem informasi yang komprehensif dan terbuka tentang kinerja daerah. Dengan adanya sistem ini, setiap individu dapat secara objektif menilai dan mengukur keberhasilan seorang kepala daerah.

Kedua, pemerintah pusat selayaknya menciptakan lingkungan kompetisi yang sehat antardaerah dalam kerangka mengoptimalkan kesejahteraan masyarakat di daerah pada khusunya dan memakmurkan seluruh rakyat Indonesia secara umum.

Ketiga, sistem evaluasi kienerja daerah, penghargaan, dan rekognisi (pengakuan) keberhasilan daerah  harus dibangun sehingga bisa memacu perlombaan inovasi dan peningkatan kinerja sekaligus menjadi ajang promosi pemimpin daerah yang berprestasi.

Kita semua tentu berharap fenomena kepala daerah menjadi calon presiden merupakan awal dari perkembangan demokrasi Indonesia yang semakin sehat dan kompetitif. Kita juga berharap pada masa depan dentralisasi dan otonomi daerah terus melahirkan pemimpin-pemimpin yang baik, berintegritas, daan berkualitas sehingga bisa membawa Indonesia menuju kemakmuran.

(Esai ini terbit di Harian Solopos edisi 29 Juli 2023. Penulis adalah mahasiswa S3 Program Ekonomi di Queensland University of Technology, Australia)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya