SOLOPOS.COM - Ilustrasi peduli HIV/AIDS. (Freepik.com)

Peringatan Hari AIDS Sedunia pada 1 Desember 2023 menjadi momentum penting untuk meninjau, menguatkan, dan mengintensifkan kembali upaya penanggulangan HIV/AIDS di Indonesia, khususnya di kalangan anak muda.

Pemberitaan Solopos pada pekan lalu menunjukkan peningkatan jumlah orang dengan HIV/AIDS (ODHA) di kalangan usia produktif, termasuk kalangan mahasiswa, seperti yang terjadi di Kabupaten Klaten.

Promosi Era Emas SEA Games 1991 dan Cerita Fachri Kabur dari Timnas

Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Kabupaten Klaten mengungkap data 124 orang positif HIV di kabupaten ini sepanjang Januari-Oktober 2023. Di antara mereka terdapat 12 orang berstatus mahasiswa.

Jumlah temuan HIV/AIDS sejak 2007 hingga Oktober 2023 di kabupaten ini mencapai 1.423 kasus. Peningkatan jumlah ODHA di kalangan mahasiswa itu tentu memunculkan keprihatinan.

Para mahasiswa di Kabupaten Klaten yang positif HIV itu berasal dari kelompok berisiko tinggi tertular HIV/AIDS, yaitu kelompok lelaki seks dengan lelaki (LSL).

Data UNAIDS pada tahun 2022 mencatat bahwa kurang dari 25% laki-laki muda gay, laki-laki yang berhubungan seks dengan laki-laki, dan remaja pengguna narkoba suntik (penasun) menerima layanan pencegahan untuk melindungi diri mereka sendiri dan orang lain dari HIV.

Ketidakmerataan layanan menjadi salah satu poin krusial dalam upaya pencegahan penularan HIV/AIDS. Penyerapan layanan pencegahan, tes, dan pengobatan HIV di kalangan anak muda masih menghadapi hambatan besar.

Stigma, diskriminasi, serta kurangnya layanan yang ramah remaja menjadi faktor-faktor utama yang menghambat respons atas penularan HIV/AIDS. Kelompok muda, remaja dan mahasiswa, sebenarnya sudah mendapat informasi yang cukup banyak mengenai perilaku seks aman dan cara mencegah penularan HIV.

Mereka juga sebenarnya paham apa itu HIV/AIDS dan bagaimana cara mencegah penularan HIV. Sayangnya informasi itu tidak diiringi kesadaran atau perubahan prilaku.

Artinya, informasi yang disebarkan tentang bahaya HIV/AIDS saat ini hanya sebatas informasi, bukan informasi yang bisa menyadarkan mereka tentang betapa bahayanya penyakit tersebut.

Kondisi itu membuat program pencegahan HIV/AIDS harus diintensifkan lagi. Informasi, pergaulan, dan komunitas lintas batas yang dimediasi platform digital bisa menjadi sarana efektif, lewat cara-cara baru, dalam melakukan sosialisasi tentang bahaya HIV/AIDS dan upaya penanggulangannya.

Pada saat yang sama, informasi, pergaulan, dan komunitas lintas batas itu juga potensial menjadi wahana persebaran atau penularan HIV/AIDS. Merasa diri bersih, merasa diri aman, tapi bersih dan aman dalam tanda kutip adalah bagian dari pendukung penularan HIV/AIDS di kalangan berisiko tinggi.

Penanggulangan HIV/AIDS di kalangan anak muda menuntut pendekatan yang holistik. Perlu pengintensifan dalam menyediakan layanan yang merata, mengurangi stigma, serta lebih dari sekadar menyebarkan informasi.

Dengan pendekatan yang inklusif dan berkelanjutan, diharapkan semakin menyadarkan kelompok muda untuk menjauhi perilaku-perilaku yang bisa membuat mereka tertular HIV/AIDS.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya