SOLOPOS.COM - Pekerja menempa besi baja untuk produksi cangkul di sentra pandai besi binaan Astra di Dukuh Karangpoh, Desa Padas, Kecamatan Karanganom, Kabupaten Klaten, Selasa (12/9/2023). (Solopos/Burhan Aris Nugraha)

Para perajin alat-alat pertanian, khususnya cangkul, di Dukuh Karangpoh, Desa Padas, Kecamatan Karanganom, Kabupaten Klaten kini berdaya saing kuat. Produk mereka telah memenuhi Standar Nasional Indonesia atau SNI dan layak bersaing dengan produk impor sejenis.

Daya saing para perajin alat-alat pertanian di Dukuh Karangpoh itu dibangun setidaknya lima tahun terakhir. Mereka membangun diri, membangun mental usaha dan daya saing produk, dengan pendampingan oleh Yayasan Dana Bakti Astra.

Promosi Mimpi Prestasi Piala Asia, Lebih dari Gol Salto Widodo C Putra

Program pendampingan yang berkelanjutan tersebut adalah sebuah kisah baik, bahkan kisah sukses, yang layak direplikasi dengan penyesuaian-penyesuaian untuk memberdayakan sentra-sentra usaha mikro, kecil, dan menengah lainnya.

Konsep pendampingan yang dijalankan benar-benar berorientasi pemberdayaan. Ada pemetaan potensi dan pemetaan masalah sebelum program pendampingan dijalankan.

Ketika program pendampingan dijalankan, semua potensi diberdayakan dan semua masalah diselesaikan. Basis pengembangan dan pemberdayaan tetap berfondasikan kemampuan para perajin untuk memberdayakan diri dan menjamin keberlangsungan usaha mereka.

Ketika program pendampingan dihentikan ada jaminan para perajin tetap berdaya dan mampu mengembangkan diri sesuai perkembangan zaman. Model pemberdayaan seperti inilah yang harus diperbanyak dan mencakup lebih banyak pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah di negeri ini.

Pendamping bisa siapa saja—kalangan usaha besar, pemerintah, perguruan tinggi, lembaga donor, dan sebagainya—dengan konsep pendampingan yang benar-benar memberdayakan.

Memberi kail untuk mencari ikan kapan saja dan di mana saja. Bukan sekadar memberi ikan saat yang didampingi kelaparan sehingga persoalan klasik usaha mikro, kecil, dan menengah atau UMKM tentang ketidakberdayaan bersaing terjadi lagi.

Ini terkait dengan konsistensi pelaku UMKM dalam negeri. Hasil pemantauan Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah menunjukkan persoalan umum yang dihadapi pelaku UMKM selalu terkait dengan konsistensi.

Banyak pelaku UMKM yang tidak konsisten menjalankan usaha mereka. Ketidakkonsistenan ini muncul saat ada pesanan dalam jumlah besar sedangkan para pelaku UMKM tidak mampu memenuhi.

Ada dua kemungkinan yang terjadi setelahnya. Pelaku UMKM berterus terang tentang ketidakmampuan mereka sehingga membuat pelanggan kecewa atau mereka menyanggupi, namun dengan kualitas asal-asalan. Keduanya sama-sama membuat pelanggan tak akan memesan lagi.

Ada satu hal yang perlu dicatat bagi para pendamping UMKM, siapa pun itu. Dalam pendampingan keberlangsungan usaha, pelaku UMKM tidak hanya didorong meningkatkan kualitas produk, namun juga meningkatkan kemampuan manajemen usaha.

Langkah ini penting karena berapa pun modal yang diberikan untuk penguatan produksi, ketika tanpa diiringi kemampuan manajemen usaha yang profesional selalu menjadi masalah pada kemudian hari.

Pendampingan urusan skill dan manajemen usaha yang bagus bukan hanya mampu meningkatkan kualitas produksi, namun juga menguatkan posisi pelaku UMKM dalam perdagangan dalam negeri maupun menjangkau pasar  ekspor.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya