SOLOPOS.COM - Menurut penelitian, sekitar 4 dari 5 orang yang menderita penyakit autoimun adalah wanita.(Istimewa)

Penyakit autoimun, di mana sistem kekebalan tubuh menyerang sel-sel sehat, telah menjadi masalah kesehatan yang kian mengkhawatirkan. Faktanya, menurut penelitian, sekitar 4 dari 5 orang yang menderita penyakit autoimun adalah wanita.

Beberapa faktor biologis wanita diduga berkontribusi terhadap peningkatan risiko autoimun. Pertama, wanita memiliki sistem kekebalan tubuh yang lebih aktif dibandingkan pria. Hal ini membuat mereka lebih responsif terhadap infeksi dan zat asing, yang dapat memicu reaksi autoimun.

Promosi Kanker Bukan (Selalu) Lonceng Kematian

Kedua, hormon wanita, seperti estrogen dan progesteron, berperan dalam regulasi sistem kekebalan tubuh. Fluktuasi hormon ini selama siklus menstruasi, kehamilan, dan menopause dapat meningkatkan kerentanan terhadap autoimun.

Faktor genetik juga dimungkinkan berperan dalam penyakit autoimun. Wanita memiliki dua kromosom X, yang membawa gen terkait dengan sistem kekebalan tubuh, sedangkan pria hanya memiliki satu. Studi menunjukkan bahwa mutasi pada gen ini dimungkinkan dapat meningkatkan risiko penyakit autoimun.

Selain itu, wanita lebih mungkin mewarisi gen yang terkait dengan autoimun tertentu, seperti lupus dan rheumatoid arthritis dibandingkan dengan pria.

Pencegahan dan Penanganan

Dokter Umum Pemerhati Penyakit Autoimun pada Wanita, dr. Annisa Wardhani.(Istimewa)
Dokter Umum Pemerhati Penyakit Autoimun pada Wanita, dr. Annisa Wardhani.(Istimewa)

Langkah praktis yang dapat diambil termasuk menjaga pola makan sehat dan seimbang, berolahraga secara teratur, dan mengelola stres. Makanan yang kaya akan antioksidan, seperti buah-buahan dan sayuran, dapat menjaga regulasi sistem kekebalan tubuh.

Selain itu, penting untuk menghindari paparan zat berbahaya, seperti asap rokok dan bahan kimia industri, yang dapat memicu reaksi autoimun. Menerapkan gaya hidup sehat secara keseluruhan akan membantu menjaga keseimbangan sistem kekebalan tubuh dan mengurangi risiko penyakit autoimun.

Jika Anda mendapati beberapa gejala yang mencurigakan seperti kelelahan ekstrem, nyeri sendi, ruam kulit, atau demam yang tidak kunjung sembuh, segera konsultasikan dengan dokter. Gejala-gejala ini bisa menjadi tanda awal penyakit autoimun. Riwayat keluarga yang menderita autoimun juga meningkatkan risiko Anda, sehingga pemeriksaan dini sangat disarankan.

Dokter akan pemeriksaan umum dan melakukan serangkaian tes darah seperti tingkat LED (laju endap darah), CRP (C-reactive protein), dan ANA (antibodi antinuklear) untuk memeriksa tanda-tanda peradangan dan antibodi yang terkait dengan autoimun.

Jika diagnosis terkonfirmasi, langkah selanjutnya adalah penanganan yang tepat. Dokter dapat meresepkan obat untuk menekan aktivitas sistem kekebalan tubuh, seperti kortikosteroid atau obat imunosupresan lain. Perawatan ini biasanya disesuaikan dengan jenis penyakit autoimun yang diderita dan tingkat keparahannya.

Selain itu, pasien juga perlu melakukan perubahan gaya hidup, seperti mengelola stres serta menjaga pola makan. Penting juga untuk mengikuti perawatan secara rutin dan menjaga komunikasi yang baik dengan penyedia layanan kesehatan untuk memantau kondisi, efek samping obat, dan menyesuaikan pengobatan sesuai kebutuhan.

Artikel ini ditulis oleh dr. Annisa Wardhani (Dokter Umum Pemerhati Penyakit Autoimun pada Wanita)

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya