SOLOPOS.COM - Prabang Setyono (Solopos/Istimewa)

Solopos.com, SOLO – Bencana dalam perspektif ilmu lingkungan dapat dibagi menjadi dua, yaitu bencana alam dan bencana lingkungan. Bencana alam terjadi apabila pemicu bencananya tidak bisa diintervensi oleh manusia seperti tsunami, gempa bumi, dan gunung meletus.

Bencana lingkungan ketika manusia berkontribusi pada terjadinya bencana, misalnya bencana banjir, tanah longsor, dan lain-lain.  Banjir yang telah terjadi di Kota Solo baru-baru ini di Kelurahan Pucangsawit, Kelurahan Jagalan, Kelurahan Semanggi, Kelurahan Joyosuran, Kelurahan Sangkrah, Kelurahan Sewu, dan Kelurahan Pasar Kliwon adalah refleksi antisipasi bencana banjir yang belum optimal.

Promosi Ongen Saknosiwi dan Tibo Monabesa, Dua Emas yang Telat Berkilau

Salah satu penyebab banjir di Kota Solo baru-baru ini adalah pembukaan pintu air Waduk Gajah Mungkur di Kabupaten Wonogiri sebagai hulu Bengawan Solo. Waduk Gajah Mungkur dibangun dengan tujuan utama mengendalikan banjir di daerah hilir dengan cara menampung air dari tangkapan air hujan di bagian hulu.

Ternyata laju erosi di daerah tangkapan air Waduk Gajah Mungkur tinggi sehingga terjadi sedimentasi tinggi pula di daerah genangan. Pembukaan pintu air waduk itu memang bukan satu-satunya penyebab banjir di Kota Solo. Penyebab lain yaitu sedimentasi Bengawan Solo yang sudah melebihi daya dukung dan daya tampung lingkungannya.

Sektor internal manajemen lingkungan di Kota Solo perlu dikaji, terutama tentang sarana dan prasarana resapan air hujan yang efektif berbasis nilai fungsi siklus hidrologis, tidak hanya dalam hitungan teknis sebab pola dinamis perubahan lingkungan harus didekati dengan menggunakan hitungan sistem dinamis.

Salah satu inovasi agar air hujan termanfaatkan di kawasan Kota Solo yaitu dengan pengadaan pemanen air hujan di setiap rumah, kantor, fasilitas publik, dan lain-lain. Fungsinya agar air hujan yang melimpah bisa ditampung, diresapkan secara signifikan dan secara instrumentatif, serta sebagai cadangan air kala musim kemarau.

Hal ini akan mengurangi debit limpasan air hujan dari rumah, perkantoran, unit bisnis, fasilitas publik, dan lain-lain ke riol atau saluran drainase kota yang muaranya ke sungai yang akan membebani daya tampung sungai.

Hitungan volume air hujan yang tertampung dalam instrumen pemanen air hujan adalah 0,5 meter kubuk hingga satu meter kubuk untuk rumah tipe 30–45 (meter persegi), satu meter kubik hingga dua meter kubik untuk rumah tipe 70–100, dan lebih dari dua meter kubik untuk rumah tipe lebih besar dari 100.

Jumlah penduduk Kota Solo sekitar 600.000 jiwa dan jumlah rumah serta fasilitas publik sekitar 120.000 unit bangunan dengan berbagai ukuran. Bisa dibayangkan berapa ribu meter kubik air hujan yang bisa ditampung dan ini akan signifikan dalam mengurangi genangan atau akumulasi banjir saat hujan lebat seperti pekan lalu.

Koordinasi

Hitungan sederhana jika intensitas hujan 25 mm per jam, durasi hujan 1,5 jam, dan luas atap 100 meter persegi dengan didekati rumus V = a x b x A x I x t maka satu kali hujan = 3,375 meter kubik. Ketika sepekan tiga kali hujan berarti 11 meter kubik air yang dapat dipanen. Dalam setahun hitungan tabungan air hasil panen tentu cukup besar.

Ini memberikan cadangan air yang cukup saat musim kemarau panjang dalam menjaga tinggi muka air sumur. Jika hanya mengandalkan sumur resapan atau biopori di Kota Solo yang memang sudah padat penduduk, nilai efektivitasnya belum optimal sehingga perlu solusi alternatifnya dengan instrumen pemanen air hujan tersebut.

Kontaminasi air hujan oleh partikulat dan gas-gas selama perjalanan dari atmosfer ke permukaan bumi tidak signifikan dibandingkan kontaminasi air oleh logam dan organik dari tanah setelah air meresap ke dalam tanah. Mengevaluasi kejadian banjir di Kota solo berbasis pada perspektif manajemen lingkungan meniscayakan pola yang ditawarkan adalah pola KISS-MEN

Pola ini mencakup koordinasi, yaitu koordinasi lintas instansi terkait, integrasi program penanganan banjir Kota Solo), sinergi antarpemangku kepentingan (yaitu pemerintah, akademisi, masyarakat, media dan swasta), sustainability atau keberlanjutan program.

Setelah itu dilakukan monitoring program kegiatan yang telah dilakukan lintas pemangku kepentingan tersebut, evaluasi program yang telah dilaksanakan untuk mendapatkan matriks perbaikannya, serta menindaklanjuti dari hasil monitoring dan evaluasi yang telah dilakukan.

Pola manajemen lingkungan KISS-MEN ini mempunyai pola keberlanjutan dalam penanganan banjir di Kota Solo. Kasus genangan air hujan atau banjir luapan Bengawan Solo berdampak pada rusaknya jalan beraspal yang merupakan ranah Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang, pengelolaan daerah aliran sungau oleh Balai Besar Wilayah Sungai Bengawan Solo, sanitasi lingkungan oleh Dinas Kesehatan, tersebarnya sampah dengan perantaraan air ke sungai dan pemukiman yang merupakan wewenang Dinas Lingkungan Hidup, dan lain-lain menunjukkan banjir adalah masalah yang harus diselesaikan lintas pemangku kepentingan.

Konsep KISS-MEN mendorong koordinasi antarinstansi dan pemangku kepentiongan, integrasi program kerja dalam penanganan banjir agar tidak terulang, sinergisitas antara pemerintah-masyarakat-akademisi-media-swasta bisa terjalin dalam menyosialisasikan mitigasi banjir dan selalu dilakukan monitoring dan Evaluasi agar diketahui kelemahan program dan implementasi untuk segera ditindaklanjuti agar programnya berkelanjutan.

Itulah pola manajemen lingkungan dalam mitigasi bencana banjir yang harus dilakukan di Kota Solo ini agar segera terwujud pembangunan Kota Solo yang ramah lingkungan dan berkelanjutan demi kenyamanan warga kota hingga generasi-generasi mendatang.

(Esai ini terbit di Harian Solopos edisi 20 Februari 2023. Penulis adalah Guru Besar Ilmu Lingkungan Universitas Sebelas Maret)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya