SOLOPOS.COM - Abdul Jalil (Istimewa/Solopos)

Solopos.com, SOLO — Fenomena pengemis daring di platform media sosial marak beberapa tahun terakhir. Pada hampir semua platform media sosial pasti ada orang-orang yang mencari uang dengan cara mengemis kepada para pengguna media sosial.

Mereka memanfaatkan empati publik untuk mendapatkan uang. Setahun terakhir populasi pengemis daring terasa semakin banyak. Mereka menebar cerita kesengsaraan di berbagai platform media sosial, seperti Instagram, Facebook, Twitter, Tiktok.

Promosi Selamat Datang di Liga 1, Liga Seluruh Indonesia!

Para pengemis daring menyebar spam chat ke sejumlah pesohor media sosial, seperti Arief Muhammad, Baim Wong, dan lainnya. Saya yakin kisah kesedihan itu mudah dijumpai di kolom komentar akun media sosial para selebritas.

Modus operandi mengemis semakin beragam. Mereka bukan hanya menjual kesedihan atau kesengsaraan hidup. Kini banyak pembuat konten yang menjual “kebodohan” dan tindakan tak lazim untuk mendapatkan uang di media sosial.

Tujuan membuat konten itu jelas meminta-minta gift atau hadiah dari para warganet. Pembuat konten nyleneh ini biasanya bermukim di media sosial yang baru digandrungi khalayak, seperti  Tiktok.

Kreator dengan konten nyleneh ini beraksi dengan cara melakukan live streaming melalui akun Tiktok. Mereka berinteraksi secara langsung dengan warganet yang mengikuti tayangan live tersebut dan melakukan apa saja yang disuruh warganet. Tentu dengan imbalan gift.

Konten nyleneh yang dibikin para kreator ini seperti mandi di sungai selama 24 jam, berendam di air selama 24 jam, mandi di lumpur selama 24 jam, makan makanan ekstrem, memperlihatkan anak yang sedang sakit, hingga menyakiti diri sendiri.

Salah satu pemilik akun Tiktok, seorang laki-laki muda, berada di kolam berisi air dan duduk di kursi plastik sambil membawa gayung dan ember. Di tampilan layar terdapat tulisan ”899 salto, 9888 pulang, 1 guyur, 100 guyur bak”.

Pada tayangan live streaming itu pemuda tersebut berinteraksi dan mulai melakukan aksi dengan mengguyurkan air ke seluruh tubuhnya. Ia melakukan itu berkali-kali sambil mengucapkan terima kasih kepada warganet yang memberikan gift.

“Terima kasih banyak orang-orang dermawan. Semoga berkah selalu rezekinya,” kata pemuda itu sambil mengguyurkan air dari bak berisi air penuh. Aksi mengguyurkan air itu terus dilakukan saat ada penonton yang memberikan gift.

Ada juga kreator yang terdiri seorang ibu dan seorang anak laki-laki.Pada live streaming ada keterangan tarif untuk melakukan aksi yang diinginkan, seperti memukul anak, mencubit hidung anak, membedaki ibu menggunakan kopi, dan lainnya. Masing-masing aksi itu ada nilai koin yang harus diberikan warganet.

Saat ada yang memberikan gift, si ibu akan memukul anak menggunakan botol air mineral kosong. Sambil memukul, si ibu menyampaikan terima kasih kepada pemberi gift.

Ada juga seorang laki-laki melalui akun Tiktok melakukan aksi lebih sadis. Lelaki itu menyakiti diri sendiri dengan menampar pipinya sambil menirukan suara bebek, menari seperti monyet, serta aksi aneh lainnya.

Saat menerima gift, lelaki itu berkata,”terima kasih orang-orang baik”. Ada juga pemuda yang berendam di kolam berlumur dan kemudian mandi menggunakan air berlumpur.

Pemuda itu menyiramkan lumpur sesuai dengan permintaan warganet. Ada kreator konten yang menunjukkan anaknya yang sakit lengkap dengan aksesori medis, kemudian sang ayah meminta-minta belas kasihan kepada penonton.

Banyak sekali kreator konten di platform Tiktok yang melakukan aksi nyleneh yang bertujuan menarik perhatian warganet dan mendapatkan gift. Cara yang mereka lakukan memang mendapatak perhatian, namun tidak semuanya menilai positif.

Banyak juga yang menghujat aksi mereka. Sebenarnya banyak warganet yang mengingatkan bahwa aksi mereka itu sebagai aksi ngemis dan tidak terpuji. Para kreator konten itu tetap melakukan aksi memalukan tersebut.

Mereka mengemis daring karena memang bertujuan mencari uang lewat pemberian gift. Tiktok menyediakan gift puluhan macam dan nilainya beragam, mulai dari yang murah senilai Rp200 hingga yang mahal dengan nilai mencapai Rp8 juta.

Cancel Culture

Gift singa nilainya mencapai Rp6,8 juta dan gift Tiktok Universe nilainya Rp8 juta. Dengan nilai yang menggiurkan itu, tak mengherankan banyak orang yang tergoda dan berlomba mendapatkan uang dengan cara tersebut.

Fenomena konten nyleneh itu segera menjadi tren baru di kalangan warga Tiktok. Sebenarnya tren kreator yang membuat konten nyleneh tersebut menjadi ironi. Ruang maya yang seharusnya bisa dimaksimalkan untuk tempat berkreasi berlandaskan kreativitas hanya digunakan untuk mengemis.

Selain mendapatkan hujatan dan makian, ternyata aksi para kreator yang mengemis secara daring itu ternyata menguntungkan. Sebagai contoh, investigasi BBC News memperlihatkan penghasilan pengemis daring di Tiktok dari kalangan pengungsi di Suriah mencapai US$1.000 atau Rp15,3 juta per jam dalam bentuk hadiah.

Dalam investigasi itu pendapatan yang dihasilkan tidak semuanya diberikan kepada kreator. Terlepas dari itu, aksi mengemis daring ini benar-benar menghasilkan uang. Saya yakin aktivitas mengemis daring di Indonesia juga sama.

Buktinya, aksi tak tahu malu itu direplikasi oleh banyak kreator yang minim kreativitas. Parahnya lagi, kreator tersebut akan beranggapan tidak perlu kreatif untuk menghasilkan uang di media sosial.  Yang paling menjengkelkan, aksi aneh para kreator itu juga mendapat apresiasi dari penonton.

Entah apa motifnya ternyata banyak penonton yang mengirimkan gift kepada pengemis daring. Kedermawanan itu yang membuat pengemis daring semakin banyak.  Ini juga tidak terlepas dari pesohor media sosial atau influencer yang kerap memberikan giveaway atau hadiah kepada followers mereka.



Aksi sosial yang awalnya bernilai positif itu kemudian berubah menjadi negatif karena ternyata mendidik sebagian pengikut mereka menjadi suka meminta-minta dengan menjual kesedihan mereka.

Banyak pesohor media sosial itu yang kewalahan meladeni para pengikut mereka yang terus-menerus meminta bantuan. Fenomena menjamurnya pengemis daring ini mengonfirmasi masyarakat Indonesia memang suka berderma.

Indonesia pada 2022 dinobatkan sebagai negara paling dermawan di dunia berdasarkan World Giving Index yang dikeluarkan Charities Aid Foundation (CAF). Ada tiga indikator yang menunjukkan masyarakat Indonesia dermawan, yaitu kebiasaan membantu orang asing, keinginan berdonasi, dan waktu yang cukup banyak dihabiskan sebagai sukarelawan.

Penilaian CAF itu mungkin ada benarnya bahwa orang Indonesia memang suka berdonasi karena mungkin memiliki empati yang sangat tinggi. Meskipun empati itu kerap disalahgunakan olehorang-orang yang malas bekerja untuk mendapatkan uang.

Sebagai makhluk sosial, manusia saling memang jamak membantu antarsesama. Jangan sampai bantuan yang diberikan justru disalahgunakan, bahkan dalam kondisi ekstrem bisa membuat orang itu semakin dalam di jurang kemiskinan dan kemalasan.

Seperti di dunia nyata, aksi mengemis menjadi perhatian banyak kalangan. Banyak pemerintah daerah yang membuat larangan memberikan uang kepada pengemis. Keberadaan pengemis yang menjadi masalah sosial ini sulit diberantas karena memang masih banyak dermawan yang memberikan uang kepada mereka.

Kedermawanan itu akan terus membuat pengemis berada di jalan mengais rezeki. Sedangkan di dunia maya, pemutusan tren mengemis daring bisa dilakukan dengan gerakan cancel culture. Budaya ini bisa menjadi medium bersama untuk menghentikan tren yang bersifat merusak, seperti mengemis daring itu.

Cancel culture pada mulanya gerakan di media sosial untuk mengajak khalayak menolak selebritas, merek, hingga suatu acara yang bertentangan dengan norma-norma sosial.

Gerakan ini juga sah diaplikasikan untuk mengentikan tren-tren di media sosial yang bersifat dekonstruktif. Tidak memberikan gift atau tidak menonton aksi aneh kreator-kreator tersebut bisa dihentikan perilaku mengemis daring.

(Esai ini terbit di Harian Solopos edisi 21 Desember 2022. Penulis adalah jurnalis Solopos Media Group)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya