SOLOPOS.COM - Damar Sri Prakoso (Istimewa/Solopos)

Solopos.com, SOLO — Dalam kurun 77 tahun terakhir ini, Kota Solo belum pernah sekalipun dipimpin seorang perempuan. Berdasarkan informasi di laman wikipedia, sejak 1946 hingga sekarang terdapat 18 wali kota yang pernah memimpin Kota Solo, semuanya laki-laki.

Diawali R.T Sindoeredjo (19 Mei 1946—15 Juli 1946), Iskak Tjokroadisurjo (15 Juli 1946—14 November 1946), Sjamsoeridjal (14 November 1946—13 Januari 1949), Soedjatmo Soemowerdojo (14 Januari 1949—10 Juli 1949), Soeharjo Soerjopranoto (10 Juli 1949—1 Mei 1950).

Promosi Selamat Datang di Liga 1, Liga Seluruh Indonesia!

Kemudian, K. Ng. Soebekti Poesponoto (1 Mei 1950—1 Agustus 1951), Muhammad Saleh Werdisastro (1 Agustus 1951—1 Oktober 1955 dan 1 Oktober 1955—17 Februari 1958), Oetomo Ramelan (17 Februari 1958—10 November 1965), Raden Koesnandar (11 Januari 1968—6 November 1973), Indrijo Jatmo Pranoto (6 November 1973—9 Mei 1974), Soemari Wongsopawiro (9 Mei 1974—1980).

Selanjutnya, Soekatmo Prawirohadisebroto (1980—1985), H.R Hartomo (1985—1990 dan 1990—1995), Kolonel Inf (Purn.) Imam Soetopo (1995—1999), Slamet Suryanto (10 April 2000—10 April 2005), Joko Widodo (28 Juli 2005—28 Juli 2010 dan 28 Juli 2010—1 Oktober 2012), F.X. Hadi Rudyatmo (19 Oktober 2012—28 Juli 2015 dan 17 Februari 2016—17 Februari 2021), dan kini Kota Solo dipimpin Gibran Rakabuming Raka sejak 26 Februari 2021.

Saat ini Gibran menjadi calon wakil presiden mendampingi calon presiden Prabowo Subianto di Pemilu 2024. Sebelum akhirnya memutuskan berkontestasi di Pemilu 2024, santer terdengar kabar Gibran bakal meninggalkan Solo untuk bertarung di pemilihan gubernur Jawa Tengah atau DKI Jakarta.

Sejak itu mulai dijajaki kemungkinan-kemungkinan siapa pengganti Gibran untuk memimpin Solo. Banyak tokoh yang muncul dengan segala kalkulasi.

Saya membayangkan seandainya Kota Solo kelak dipimpin seorang perempuan. Pasti keren.  Ini belum pernah terjadi. Pada Kuliah Umum Kepemimpinan Perempuan dan Transformasi Sosial, Senin (18/4/2022), disebut kepemimpinan perempuan di sektor swasta maupun publik sangat penting bagi kesejahteraan bangsa.

Didukung riset lembaga McKinsey pada 2018-2021, salah satu pembicara dalam kuliah umum itu, Director of External Affairs PT H.M. Sampoerna Tbk. Elvira Lianita, mengatakan kepemimpinan perempuan mampu menciptakan organisasi yang lebih sehat, egaliter, serta menghasilkan keputusan yang komprehensif dan inklusif karena melihat dari berbagai aspek (fisipol.ugm.ac.id).

Terlepas dari dinamika dan proses politik yang mengantarkan seorang perempuan hingga ke kursi eksekutif, saya angkat topi untuk daerah lain yang sudah pernah merasakan ”sentuhan tangan” perempuan.

Banyak daerah di Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Daerah Istimewa Yogyakarta yang dipimpin seorang perempuan. Di Jawa Tengah dan DIY, misalnya Bupati Demak Eisti’anah (2021—2026), Bupati Grobogan Sri Sumarni (2016—2021 dan 2021—2026), Bupati Pekalongan Fadia Arafiq (2021—2026), Bupati Purbalingga Dyah Hayuning Pratiwi (2016—2021 dan 2021—2026), Bupati Tegal Umi Azizah (2019—2024), Bupati Sleman Kustini Sri Purnomo (2021—2026).

Perempuan yang duduk di posisi wakil kepala daerah saat ini empat orang. Mereka adalah Ristawati Purwaningsih yang mendampingi Arif Sugiyanto memimpin Kabupaten Kebumen, Tri Yuli Setyowati mendampingi Arief Rohman di Kabupaten Blora.

Kemudian Yuli Hastuti yang mendampingi Agus Bastian di Kabupaten Purworejo, dan Hevearita Gunaryanti Rahayu yang mendampingi Hendrar Prihadi untuk periode kedua memimpin Kota Semarang.

Saat ini Hevearita naik menjadi Wali Kota Semarang menggantikan Hendrar Prihadi yang ditugaskan Presiden Joko Widodo memimpin Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (LKPP).

Di Soloraya juga pernah ada perempuan pemimpin. Kabupaten Karanganyar pernah dipimpin Bupati Rina Iriani dua periode. Kabupaten Klaten dipimpin Bupati Sri Mulyani (2017—2021 dan 2021—2026), Kabupaten Sragen dipimpin Bupati Kusdinar Untung Yuni Sukowati (2016—2021 dan 2021—2026), dan Kabupaten Sukoharjo dipimpin Bupati Etik Suryani (2021—2026).

Kabupaten Boyolali pernah dipimpin Penjabat Bupati Sri Ardiningsih (2015—2016). Hanya Kabupaten Wonogiri yang senasib dengan Kota Solo, belum pernah dipimpin perempuan.

Bagaimana rasanya Kota Solo kelak dipimpin seorang perempuan? Ini bukan sesuatu yang mustahil juga. Di Kota Solo, sebenarnya tidak kekurangan figur perempuan yang patut diperhitungkan untuk memimpin Kota Solo.

Rektor Universitas Surakarta (Unsa) Astrid Widayani tak hanya cakap berkiprah di dunia pendidikan, Astrid selama ini peduli terhadap dunia usaha mikro, kecil, dan menengah dan juga aktif dalam kepengurusan Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (Hipmi) Kota Solo.

Sekar Krisnauli Tandjung masih sangat muda, namun kini menjabat Ketua DPD II Partai Golkar Kota Solo. Ketua Umum Ormas Generasi Anak Bangsa, Diah Warih Anjari, pernah mendaftar sebagai calon wakil wali Kota Solo di DPD PDI Perjuangan Jawa Tengah, Semarang, Rabu (11/12/2019).

Ketua Badan Promosi Pariwisata Daerah (BPPD) Solo, Retno Wulandari, juga layak udiperhitungkan. Dia General Manager (GM) The Sunan Hotel, Presiden Indonesia Marketing Association (IMA) Chapter Solo 2019—2021, dan pemrakarsa Komunitas Public Relations Solo Raya (ProSolo).

Tidak banyak perempuan di Kota Solo yang memiliki kiprah dan peran strategis seperti mereka. Kalau pun ada figur perempuan lain yang patut didorong untuk maju, mari sejak sekarang kita ramaikan. Entah peluangnya menjadi calon wali kota atau calon wakil wali kota, itu tidak masalah.

Perempuan punya peran sebagai natural born leader. Banyak perempuan yang berhasil memegang keseimbangan di dunia profesional hingga rumah tangga.

Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia (BI) Destri Damayanti menegaskan hal itu dalam acara virtual bertajuk Memaknai Ulang Peran dan Kepemimpinan Perempuan yang diselenggarakan Bank Indonesia sebagai pembuka Festival Kartini 2022.

Ada tiga hal yang perlu dipedomani kaum perempuan dalam menjalankan kepemimpinan, yaitu cintai apa yang dipimpin, bekerja sama dengan banyak mendengar, dan jadilah diri sendiri.

Jika selama ini masih ada yang memandang perempuan hanya jadi kelas kedua dalam pemilu, hanya jadi pelengkap dalam pemilu, sekadar memenuhi syarat daftar caleg, dan belum dilihat sebagai subjek politik yang dominan di Indonesia, saya menantang para perempuan di Kota Solo untuk lebih berani tampil.



Mereka harus siap mencalonkan diri atau dicalonkan sebagai pemimpin Kota Solo. Sebenarnya siapa pun dapat menjadi pemimpin selama dilakukan dengan langkah yang nyata.

Saya berharap mudah-mudahan partai politik di Kota Solo makin berani mendorong perempuan untuk berkontestasi di pemilihan wali Kota Solo, sebagai calon wali kota maupun calon wakil wali kota.

(Esai ini terbit di Harian Solopos edisi 21 November 2023. Penulis adalah wartawan Solopos Media Group)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya