SOLOPOS.COM - Rini Yustiningsih (Istimewa/Dokumen pribadi)

Wajah koridor Jalan Gatot Subroto (Gatsu) Solo dalam  tiga tahun terakhir secara bertahap telah berubah. Warga Soloraya biasa mengenal kawasan ini sebagai Singosaren.

Di tahun 1980-1990-an, selain kawasan belanja, Singosaren merupakan lokasi ngehits nongkrong anak muda saat itu. Singosaren menjadi ruang anak-anak muda berkomunitas menyalurkan hobi mereka. Seperti komunitas remaja BMX atau bicycle motocross atau dikenal pula sepeda off-road, sepeda untuk balapan dan akrobatik.

Promosi Yos Sudarso Gugur di Laut Aru, Misi Gagal yang Memicu Ketegangan AU dan AL

Ada pula komunitas anak punk. Yang saat itu bukanlah anak punk yang identik dengan kriminalitas, suka minta-minta atau ngamen di bangjo perempatan jalan. Saat itu, Singosaren menjadi ruang nongkrong anak-anak punk untuk bebas berekspresi dari mulai gaya berpakaian, hingga aksesoris yang dikenakan. Sejak 1980-an Singosaren telah menjelma sebagai kawasan belanja dan ruang kreatif anak-anak muda.

Salah satu magnet pusat belanja yakni Matahari Singosaren yang menempati Singosaren Plaza. Warga Solo lebih familiar dengan Matahari Singosaren sebagai ancer-ancer  dibanding nama Jalan Gatsu dan Singosaren Plaza.

Pascakerusuhan Mei 1998, Singosaren Plaza juga turut menjadi korban amuk massa saat itu. Hancur terbakar, kaca-kaca ambrol, semua dagangan ludes dilalap si jago merah. Pun halnya dengan pertokoan di sepanjang jalan Gatsu.

Matahari Singosaren bukanlah penghuni tunggal di Singosaren Plaza. Jagoan ritel nasional ini  berada satu atap bersama pasar tradisional Pasar Singosaren.

Pasar tradisional dengan komoditas sembako, aneka bumbon dan sayur-sayuran berada di lantai satu (basement) Singosaren Plaza, sementara lantai dua dan tiga ditempati Matahari Singosaren. Ada pula bursa handphone yang sejak tahun 2004-2016an menjadi sentra penjualan gawai Soloraya alias jujugan utama para pembeli gawai.

Pusat belanja ini makin lengkap dengan kehadiran deretan toko dari mulai yang menjual barang-barang fesyen, pernak-pernik tekstil, restoran, hingga mainan anak.

Sejak tahun 2000-an magnet Singosaren sebagai pusat nongkrong anak-anak muda mulai pudar. Ini seiring dengan arsitektur bangunan-bangunan di kawasan itu yang “lebih tertutup”, pascakerusuhan pemilik toko/gerai mengubah konsep bangunan bertembok tinggi dan tebal.  Trauma kerusuhan masih membekas. Sebelumnya bangunan pertokoan mereka didominasi kaca dan fasad bangunan lebih tebuka.

Perkembangan teknologi digital yang makin masif juga mengubah gaya hidup anak muda dalam berkomunikasi. “Tradisi” nongkrong, kongko di suatu tempat tergantikan lewat gawai. Hal inilah yang menyebabkan jagongan, tongkrongan anak muda tidak lewat pertemuan tatap muka langsung. Kondisi ini semakin diperparah oleh pandemi.

Singosaren yang sebelumnya identik dengan kawasan tak pernah tidur sejak saat itu menjadi sunyi, dijauhi anak muda. Selepas pukul 16.00 WIB deretan pertokoan tutup, tinggal Plaza Singosaren yang beroperasi dan belakangan makin sepi seiring lapak-lapak online yang kian menjamur.

Hidupkan Lagi

Sejak 2018 sebelum pandemi, sebuah komunitas yang menamakan dirinya Solo is Solo menginisiasi menghidupkan kembali Singosaren. Menjadikan kawasan Gatsu hidup lagi seperti dulu, mengembalikan kejayaan Singosaren sebagai ruang anak muda berekspresi. Irul Hidayat, komando Solo is Solo, yang dijumpai pekan lalu, bercerita banyak.

Idenya sederhana, bukan Gatsu yang semata-mata menjadi sasaran dia bersama 100 anggota komunitas ini. Lebih luas lagi, menghidupkan  kembali kampung kuno Kemlayan. “Kampung-kampung kuno dan sarat budaya tidak hanya di Baluwarti, Kauman dan Laweyan. Kemlayan juga,” ujarnya.

Ya Kemlayan adalah kelurahan di mana Singosaren dan Gatsu ini berada. Kelurahan berpenghuni 3.782 jiwa ini meliputi wilayah Singosaren, Darpoyudan, Notodiningratan, Kusumodiningratan. Berlokasi dengan Keraton Solo dan segaris lurus dengan Pura Mangkunegaran.

Pada masa Paku Buwono (PB) X  yang berkuasa 1893-1939, Kemlayan sudah dikenal sebagai kampung para seniman. Dulu para abdi dalem di bidang kesenian diberi tempat tinggal oleh raja Solo, di Kemlayan. Ada penari keraton, penabuh gamelan, dalang, sastawan dan lainnya.

Di era moderen Kemlayan juga melahirkan seniman-seniman termahsyur. Maestro Keroncong Gesang Martohartono, dalang Ki Anom Suroto, seniman karawitan Mloyowidodo, penari S. Ngaliman, dan koreografer tari Sardono W. Kusumo.

Jika Kauman dan Laweyan merupakan kampung batik, maka embrio Kemlayan adalah sebagai kampung seni. Nama-nama gang di Kemlayan pun identik dengan kesenian. Gang Empu Sedah, Empu Gandring, Empu Baradah hingga Bedoyo ada di sana.

Menyusuri gang-gang di Kampung Kemlayan ini, ibarat menyusuri labirin yang saling terhubung satu sama lain. Labirin bertemunya tradisional dan modernisasi. Gemerlap bangunan dii sepanjang Gatsu mewakili gaya modernisasi, sementara bangunan-bangunan di bagian dalam gang mewakili nilai-nilai tradisi. Beberapa rumah masih mempertahankan arsitektur lama.

Ada pendapa berupa joglo, gandhok tengen (ruangan-ruangan di sebelah kanan pendapa), gandok kiwo (ruangan di sebelah kiri). Salah satunya Ndalem Pradja Loekitan. Rumah milik Gunawan Joko Maryono yang biasa disapa Pak Gun ini merupakan satu dari arsitektur gagrak lawas di Kemlayan. Bagian depan bangunan ini menghadap Gatsu, berupa regol besar warna biru dengan topeng rajamala besar terpasang di atas pintu. Dari pintu gerbang, sekitar 150 meter baru terdapat bangunan utama. Suasana sangat asri, sejuk,  jomplang  dengan hiruk pikuk Gatsu.

Pendapa luas dengan seperangkat lengkap gamelan terdapat di pendapa itu. Pria berambut putih itu sebenarnya sudah lama menjadikan Pradja Loekitan sebagai ruang berkesenian. Dia bahkan rela merogoh kocek pribadi untuk mengundang seniman-seniman dari luar negeri.

“Pernah saya mengundang seniman pantomin dari Jerman. Pakai duit pribadi dan saudara-saudara. Dan masyarakat tidak dipungut biaya untuk datang ke rumah ini. Nonton biar ramai,” ujar Pak Gun yang merupakan cucu R.Ng. Prodjoloekito-seorang arsitek era PB X-seraya mengingat-ingat peristiwa tersebut.

Selain kediaman Gunawan, ada pula hidden gem permata-permata tersembunyi di Kemlayan yang melahirkan seniman-seniman. Bangunan tembok keliling yang dibangun sejak PB X juga masih berdiri utuh dengan ornamen mural 3D. Kediaman Gesang juga masih kokoh berdiri dengan lukisan mural Gesang berukuran besar di tembok.

Butuh waktu minimal satu jam mengelilingi labirin Kemlayan untuk menemukan tempat-tempat unik, sarat sejarah. Pak Gun melakukan kerja-kerja senyap untuk menggairahkan Kemlayan.



Sama halnya dengan komunitas Solo is Solo. Upaya sejak 2018 membuahkan hasil. Komunitas ini bersama Pemkot Solo di bawah Wali Kota Gibran Rakabuming Raka, selama dua tahun terakhir gencar menghidupkan lagi Kemlayan sebagai kampung seni.

Distrik seni dan kreativitas hadir lewat seni mural yang menghiasi tembok-tembok pertokoan dan rumah-rumah di dalam gang. Art market dengan beragam kerajian dan ruang berekspresi seni hadir setiap akhir pekan dan hari libur.

Kegiatan ini akhirnya menjadi denyut baru bagi kehidupan Solo berkreativitas. Inilah yang akhirnya menjadikan Solo dinobatkan UNESCO masuk dalam Jaringan Kota Kreatif Dunia pada Oktober 2023.

Sudah dua tahun, Solo berjuang menembus UNESCO Creative Cities Network (UCCN).  Kegagalan di tahun-tahun sebelumnya salah satunya disebabkan oleh belum ada identitas melekat Solo kota kreatif.  Kegiatan-kegiatan seni yang ada saat itu bersifat event tahunan, bukan merupakan ruang seni kreatif yang melekat dengan kehidupan warga setiap harinya.

Kehadiran Gatsu/Kemlayan menjadi distrik seni dan kreatif menguatkan identas Solo sebagai kota kreatif kategori  Cities of Crafts & Folk Arts atau Kota Kerajinan dan Seni Rakyat. Gayung bersambut, tinggal menemukan dan menghidupkan kembali permata-permata tersebunyi di Kemlayan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya