SOLOPOS.COM - Jafar Shodiq (Solopos/Istimewa)

Solopos.com, SOLO — Petani tembakau menghadapi dilema di tengah perubahan zaman. Budi daya tembakau tak secerah beberapa dekade lalu. Masalah yang dihadapi petani tembakau kian hari semakin kompleks. Masalah yang mereka hadapi tidak hanya urusan tata niaga.

Mereka juga terdesak kepentingan dari berbagai kampanye antitembakau yang dilakukan sejumlah kalangan. Kalangan antitembakau—antirokok—hingga badan-badan dunia, organisasi-organisasi kesehatan, semakin menekan sektor pertembakauan.

Promosi Selamat Datang Kesatria Bengawan Solo, Kembalikan Kedigdayaan Bhineka Solo

Pada 2014, petani tembakau di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) menggugat organisasi Forum Jogja Sehat Tanpa Tembakau (FJSTT) ke Pengadilan Negeri (PN) Kota Jogja karena dianggap menurunkan penghasilan para petani tembakau. Mereka menuntut organisasi tersebut mengganti kerugian paar petani tembakau dan mengganti nama organisasi.

Dua arus besar bertemu dalam kepentingan yang berbeda: petani tembakau dengan kepentingan budi daya sebagai mata pencarian dan kampanye global antitembakau—antirokok—yang berorientasi kesehatan masyarakat.

Tembakau hingga saat ini masih menjadi aset besar yang menjadi penggerak multisektor ekonomi masyarakat. Komoditas pertanian ini—hingga kini—berkontribusi menghidupi dua jutaan petani, membuka delapan ratusan unit usaha, dan menyerap 600.000 tenaga kerja formal. Industri ini telah menyerap nilai investasi hingga Rp1,4 triliun.

Peran terhadap pendapatan negara melalui cukai sangat besar. Setidaknya, pada 2021, penerimaan cukai dari industri hasil tembakau mencapai Rp188,81 triliun atau berkontribusi 9,66% terhadap APBN.

Basis produksi tembakau terbesar kedua di Indonesia adalah Provinsi Jawa Tengah. Tembakau asal Jawa Tengah berkontribusi 23% dari keseluruhan produksi tembakau nasional. Total hasil panen 57.643 ton pada 2020.

Kapasitas produksi berskala besar ini untuk memenuhi kebutuhan domestik dan kepentingan ekspor.  Salah satu suplai terbesar dari lahan pertanian di Kabupaten Temanggung. Setidaknya ada tujuh varietas tanaman tembakau di Temanggung, yaitu varietas Kemloko 1 hingga Kemloko 6 dan Sindoro.

Di antara seluruh varietas yang dikembangkan di Temanggung, varietas Kemloko 5 terbilang istimewa. Varietas ini dikenal pula dengan nama tembakau srinthil. Ini jenis tembakau unggul yang dikembangkan di sejumlah negara lain, termasuk China.

Kabupaten Klaten punya jenis tembakau unggulan lain, yaitu tembakau untuk kebutuhan cerutu. Klaten adalah satu-satunya daerah di Jawa Tengah yang menghasilkan tembakau vorstenland dan tembakau dark fire-cured atau tembakau asepan. Mayoritas dieskpor.

Data Badan Pusat Statistik menunjukkan dari seluruh hasil pertanian nasional, ekspor tembakau Indonesia sebanyak 20.000 ton hingga 30.000 ton per tahun. Produk industri hasil tembakau yang diekspor pada 2021 mencapai total 91.000 ton. Nilai ekspor ini mencapai US$855 juta atau Rp12 Triliun.

Total produksi tembakau dalam negeri sekitar 180.000 ton per tahun. Kebutuhan tembakau untuk industri secara keseluruhan  mencapai 410.000 ton per tahun. Data termutakhir menunjukkan produksi tembakau turun 9,41% pada 2021 dibanding tahun sebelumnya.

Penurunan Hasil Panen

Ini memicu kebijakan mengimpor hasil tembakau untuk memenuhi kebutuhan. Data Badan Pusat Statistik menunjukkan pada 2021 volume impor tembakau mencapai US$586,68 juta. Ini naik  6,58% dari tahun sebelumnya yang mencapai US$550,41 juta.

Pengimpor terbesar tembakau ke Indonesia adalah China. Totalnya 50.470 ton pada 2021. China adalah negara yang mengembangkan varietas Kemloko, tembakau unggul yang sebelumnya tumbuh subur di Temanggung.

Di tengah hasil panen yang menurun ditambah gencarnya kampanye antirokok, volume ekspor industri hasil tembakau dalam neger justru meningkat. Pada 2016 muncul wacana tentang Rancangan Undang-undang tentang Pertembakauan.

Pemicunya adalah industri hasil tembakau dalam negeri yang makin gencar meningkatkan volume impor tembakau, sebagian besar dari China. Saat itu, muncul wacana menyelamatkan petani tembakau dalam negeri dengan secepatnya membatasi impor tembakau.

Impor tembakau berpotensi memicu pelemahan fondasi perekonomian petani tembakau lokal dan menggerus sentra usaha tembakau. Petani tembakau lokal juga menghadapi tantangan lain berupa makin tergerusnya lahan pertanian yang mulai beralih fungsi.

Sulitnya mempertahankan budi daya tembakau juga sejalan dengan penurunan volume produksi tembakau. Penurunan ini terjadi secara global, seiring ”keberhasilan” kampanye antirokok. Kebutuhan pokok bahan baku industri hasil tembakau dalam negeri disuplai negara-negara pembudi daya tembakau seperti China, Brasil, India, hingga Zimbabwe.

Indonesia saat ini masih beradal di jajaran teratas negara pengekspor tembakau. Terlepas dari penurunan volume, hasil pertanian tembakau di Indonesia masih terbilang produktif lantaran memiliki kekayaan berupa spesifikasi tanah, cuaca, dan posisi geografis.

Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo menyebut kalau memang merokok diyakini sebagai musuh terbesar bagi kesehatan, jika memang pendapatan negara yang luar biasa besar dari pabrik rokok dan cukai rokok dianggap sudah tidak penting, hapuskan saja tembakau dari tanah air, larang pertanian tembakau, dan alihkan petani ke komoditas lain. Setelah itu tutup semua pabrik rokok.

Berbicara tembakau sebaiknya tidak harus bermuara pada rokok semata. Persoalan tembakau tidak saja berkaitan dengan masalah kesehatan, tapi juga menyangkut kehidupan para petani, pendapatan negara, dan perekonomian masyarakat.

Ihwal isu kesehatan, negara sebenarnya telah mengatur melalui Peraturan Pemerintah Nomor 81 Tahun 1999 dan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2003. Beberapa hal yang diatur adalah kandungan kadar nikotin dan tar, persyaratan produksi dan penjualan rokok, persyaratan iklan dan promosi rokok, dan penetapan kawasan tanpa rokok.

(Esai ini terbit di Harian Solopos edisi 21 September 2022. Penulis adalah Manajer Video Solopos Media Group)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya