SOLOPOS.COM - Haryono Wahyudiyanto (Solopos/Istimewa)

Solopos.com, SOLO – Hingga  matchday ketiga, Piala Dunia U-17 2023 di Indonesia relatif berjalan lancar. Kelancaran pertandingan itu tidak dibarengi sukses penyelenggaraan. Penonton di stadion yang menjadi venue Piala Dunia U-17, yaitu Stadion Gelora Bung Tomo Surabaya, Stadion Manahan Solo, Stadion Si Jalak Harupat Kabupaten Bandung, dan Jakarta International Stadium tak banyak.

Di Stadion Manahan Solo, kondisi sepi penonton terjadi sejak laga pembuka Grup B, Jumat (10/11/2023). Laga Mali versus Uzbekistan itu hanya ditonton langsung  3.014 orang. Itu sudah termasuk 500 tiket gratis yang didistribusikan untuk pelajar.

Promosi Pemilu 1955 Dianggap Paling Demokratis, Tentara dan Polisi Punya Partai Politik

Jumlah penonton di Stadion Manahan itu minim karena Federasi Sepak Bola Dunia (FIFA) menargetkan setiap pertandingan Piala Dunia U-17 di Indonesia disaksikan 10.000 orang hingga 18.000 orang. Kondisi yang sama terjadi di Kabupaten Bandung dan Jakarta.

Saat Inggris berpesta gol 10-0 melawan Kaledonia Baru pada pertandingan Grup C di Jakarta International Stadium, hanya disaksikan 6.684 penonton. Saat Senegal membuat kejutan dengan mengalahkan Argentina 2-1 di Stadion Si Jalak Harupat, hanya terdapat 6.222 penonton.

Stadion Gelora Bung Tomo Surabaya beruntung karena tim Indonesia U-17 bermain di sana. Berdasarkan catatan FIFA, jumlah penonton yang hadir ketika Indonesia melawan Ekuador pada Jumat (10/11/2023) malam 30.583 orang. Penonton yang menyaksikan laga Indonesia versus Panama pada Senin (13/11/2023) mencapai 17.239 orang.

Animo masyarakat menonton pertandingan di Stadion Manahan kurang. Tingkat keterisian kamar-kamar hotel tak signifikan. Dampak ekonomi kurang terasa bagi para pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM).

Minimnya jumlah penonton selama Piala Dunia U-17 itu berbanding terbalik dengan gegap gempita pemerintah dan PSSI menyambut event ini. Renovasi besar-besaran stadion dilakukan untuk menyambut event tersebut. Ditambah  pemolesan dan pengadaan lapangan pendamping untuk latihan tim peserta Piala Dunia U-17.

Jika dibandingkan dengan Piala Dunia U-17 sebelumnya, seperti dikutip dari Panditfootball, hingga hari kedua penyelenggaraan (11/11/2023), total 80.797 penonton datang langsung ke stadion. Pertandingan Indonesia adalah laga dengan jumlah penonton terbanyak. Jumlah tersebut sebenarnya hampir mendekati separuh jumlah penonton yang hadir di edisi Brasil 2019.

Pada edisi 2019, jumlah penonton yang hadir ke stadion 174.603 orang atau rata-rata 3.358 orang per pertandingan. Jumlah penonton edisi 2019 memang turun dibanding edisi 2017 yang digelar di India. Total 1.347.133 penonton memadati stadion dengan rata-rata 25.906 penonton per pertandingan.

Mundur ke edisi 2015 yang digelar di Chili, sebanyak 482.490 penonton hadir ke stadion dengan rata-rata 9.279 penonton di tiap pertandingan. Pada edisi 2013, sebanyak 318.108 menonton pertandingan dalam turnamen yang digelar di Uni Emirat Arab. Rata-rata tiap pertandingan dihadiri 6.117 penonton.

Jumlah penonton akan meningkat lebih banyak jika tim tuan rumah melaju terus di turnamen. Turnamen Piala AFF U-16 2022 bisa dijadikan contoh ketika jumlah penonton mengikuti prestasi tim Indonesia. Pada laga awal fase grup antara Indonesia melawan Filipina, penonton yang datang ke Stadion Maguwoharjo hanya 1.439.

Di pertandingan kedua melawan Singapura, jumlahnya naik menjadi 1.759 orang. Pada laga terakhir fase grup melawan Vietnam, jumlahnya melonjak drastis hingga 10.599. Pada babak semifinal, 9.427 penonton hadir pada laga melawan Myanmar itu. Jumlah penonton kembali naik di laga final melawan Vietnam, yakni 22.579 orang.

Posisi Arkhan Kaka dan kawan-kawan  kritis setelah dikalahkah Maroko 1-3 pada matchday terakhir  Grup A di Stadion Gelora Bung Tomo Surabaya, Kamis (16/11/2023). Setelah laga itu, Indonesia sebenarnya masih menempati posisi keempat tim peringkat ketiga terbaik yang berhak lolos ke babak 16 besar.

Posisi Indonesia rawan tergusur dari tim seperti Meksiko atau Korea Selatan. Minimnya jumlah penonton sebenarnya tidak perlu diratapi kalau pemerintah sadar event ini bukan untuk mengeruk keuntungan dengan mendatangkan banyak penonton ke stadion.

Sepak bola kelompok usia adalah soal pembinaan. Gelar juara penting, namun bukanlah tujuan utama. Langkah para pemain masih panjang. Para pemain membutuhkan jam terbang lebih tinggi untuk menjadi pemain profesional.

Setelah ini para pemain akan kembali ke klub dan mayoritas mereka masuk dalam komunitas Elite Pro Academy (EPA) yang selama ini berjalan di Liga 1. Pembinaan yang baik telah melahirkan pemain-pemain profesional jebolan Piala Dunia U-17 yang malang melintang di klub top dunia.

Mereka juga menjadi langganan di skuad tim nasional. Beberapa pemain yang moncer, antara lain, Xavi Hernandez, Fernando Torres, Iker Casillas, dan Cesc Fabregas (Spanyol), Ronaldinho dan Neymar (Brasil), Francesco Totti dan Gianluigi Buffon (Italia), Toni Kroos dan Mario Gotze (Jerman), serta Phil Foden (Inggris).

Kita harus mengapresiasi Arkhan Kaka dan kawan-kawan yang telah bermain apik selama penyisihan Grup A Piala Dunia U-17. Walau tampil sebagai tim “gratisan” karena Indonesia sebagai tuan rumah, mereka membuktikan mampu bersaing dengan rapor dua imbang melawan Ekuador dan Panama serta sekali kalah dari Maroko.

Setidaknya Garuda Asia tidak menjadi bulan-bulanan karena berpartisipasi di ajang ini tanpa melalui kualifikasi.  Persiapan Bima Sakti membangun tim cukup singkat karena sebenarnya Indonesia fokus menyiapkan tim untuk Piala Dunia U-20.

(Esai ini terbit di Harian Solopos edisi 18 November 2023. Penulis adalah wartawan Solopos Media Group)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya