SOLOPOS.COM - Pengunjung menikmati pemandangan di promenade Objek Wisata Gunung Kemukus, Kecamatan Sumberlawang, Sragen, Rabu (4/5/2022). (Espos/Wahyu Prakoso)

Pada pekan lalu Bupati Sragen Kusdinar Untung Yuni Sukowati menyampaikan pandangan tentang ketidaksesuaian antara potensi, target, dan realisasi pendapatan sektor pariwisata di kabupaten ini.

Pendapatan asli daerah (PAD) sektor pariwisata di Kabupaten Sragen masih terlalu rendah apabila dibandingkan dengan potensi. PAD sektor pariwisata tak sejalan dengan besarnya alokasi anggaran yang digelontorkan Pemerintah Kabupaten Sragen yang miliaran rupiah.

Promosi Mabes Polri Mengusut Mafia Bola, Serius atau Obor Blarak

Bupati Sragen menyebut potensi pariwisata di Kabupaten Sragen beragam dan banyak. Saat ini budaya masyarakat Kabupaten Sragen belum mendukung peningkatan PAD sektor ini karena keinginan mayoritas warga kabupaten ini adalah berwisata secara gratis.

Budaya berwisata secara gratis ini bukan hanya muncul dalam benak warga pada umumnya, melainkan juga menjangkiti para pejabat daerah. Bupati Sragen menyindir pejabat yang meminta gratisan saat mengunjungi kompleks wisata Gunung Kemukus.

Kabupaten Sragen memiliki sejumlah objek wisata yang berpotensi memberikan sumbangan besar terhadap PAD. Ada empat objek wisata unggulan yang dikelola Pemerintah Kabupaten Sragen, yakni pemandian air panas Bayanan, objek wisata religi Gunung Kemukus, objek wisata Sangiran, dan kolam renang Kartika.

Ada dua isu penting dalam pengelolaan objek wisata di daerah agar mampu menghasilkan pendapatan. Pertama, kelayakan kawasan wisata didatangi masyarakat dan mereka rela membayar tiket masuk.

Kedua, mentalitas masyarakat untuk membayar atau kemauan membayar untuk mendapatkan layanan pariwisata. Perlu studi kelayakan menentukan tarif masuk kawasan wisata di Kabupaten Sragen, terutama kawasan wisata milik lokal dan di bawah wewenang pemerintah kabupaten.

Studi kelayakan ini penting agar tarif masuk kawasan wisata sesuai harapan warga. Dengan hasil studi tersebut, pemerintah daerah dan pengelola bisa memetakan aspek-aspek yang perlu ditingkatkan di kawasan wisata itu.

Penataan kawasan wisata dan penyediaan fasilitas penting diperhatikan. Ini terkait dengan kualitas layanan dan kepuasan masyarakat. Ketika layanan memuaskan, fasilitas menyenangkan, warga tak akan keberatan membayar tiket masuk berharga wajar.

Di kawasan wisata Gunung Kemukus antusiasme masyarakat berkunjung meningkat setelah revitalisasi. Sayangnya, itu hanya sementara karena masyarakat hanya penasaran dengan perubahan pascarevitalisasi.

Antusiasme turun dan Gunung Kemukus kembali menjadi objek wisata ziarah, bukan wisata keluarga seperti yang didengungkan. Kasus di Gunung Kemukus menunjukkan ada masalah dalam studi kelayakan sebelum revitalisasi.

Dengan studi kelayakan yang baik, semestinya semua potensi, hambatan, peluang, dan kelemahan Gunung Kemukus bisa dipetakan sejak dini. Pemerintah daerah juga harus mendidik masyarakat untuk lebih menghargai objek wisata.

Salah satunya membangun rasa memiliki objek wisata tersebut di kalangan masyarakat. Rasa memiliki berkontribusi pada kehendak menjaga. Rasa memiliki salah satunya bisa diwujudkan dengan kemauan membayar tiket masuk.

Tokoh dan pejabat harus menjadi contoh. Jangan suka minta fasilitas gratisan masuk objek wisata. Jika mereka masih meminta fasilitas gratisan tentu akan menjadi contoh bagi masyarakat yang tak punya kewajiban struktural.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya