SOLOPOS.COM - Moh. Khodiq Duhri (Solopos/Istimewa)

Solopos.com, SOLO – Make PSISra Great Again. Kalimat itu tertera di sebuah selebaran kertas HVS yang ditempel di sejumlah tempat umum di Kabupaten Sragen. Kertas itu, antara lain, tertempel di gapura Kampung Gambiran, Kelurahan Sine, Kecamatan Sragen.

Saya sedikit geli dengan penggunaan istilah “great” pada selebaran kertas putih itu. Saya tidak mengetahui batasan “great” yang dimaksud. Jika “great” yang dimaksud mengacu pada prestasi klub berjuluk Laskar Sukowati, prestasi mana yang pernah ditorehkan klub yang jadi kebanggaan publik Bumi Sukowati itu?

Promosi Ayo Mudik, Saatnya Uang Mengalir sampai Jauh

Sejak berdiri pada 1980, PSISra Sragen belum pernah mencicipi kasta tertinggi liga Indonesia. Salah satu prestasi terbaik PSISra Sragen ialah menembus babak semifinal Liga 3 Regional Jawa Tengah pada 2017.

Kala itu mimpi skuat PSISra Sragen untuk menembus babak final Liga 3 Regional Jawa Tengah sekaligus promosi ke Liga 2 pupus setelah di babak semifinal leg kedua dihajar Persis Solo Gotong Royong dengan skor 1-4 di Stadion Manahan, Kota Solo.

Selebihnya, PSISra Sragen lebih banyak berkutat di Divisi 2, Divisi 1, Liga Nusantara, dan Liga 3. Kerap kali PSISra Sragen absen berkompetisi karena ketiadaan dana. Melalui selebaran itu, suporter PSISra Sragen yang berjuluk Laskar Sukowati (Lassus) Mania berharap ada yang menghidupkan kembali PSISra Sragen yang dalam beberapa tahun terakhir absen dari kompetisi.

Para suporter ini seperti tidak rela dengan kebangkitan kembali Sragen United yang akan berkompetisi di Liga 3 tahun ini. Bupati  Karanganyar Juliyatmono melalui PT JYM Karya Indonesia (JKI) mengakuisisi klub sepak bola Sragen United.

Juliyatmono ingin menghidupkan klub yang sedang mati suri sejak terakhir berlaga di Liga 2 pada 2017 itu. Protes terhadap kemunculan kembali Sragen United juga digelorakan di Stadion Taruna Sragen.

Di stadion berkapasitas 1.000 penonton itu belum lama ini terpampang spanduk bertuliskan “Kalau memang untuk kemajuan sepak bola Sragen, kenapa tidak PSISra Sragen.” Dalam dunia sepak bola protes dari suporter kepada manajemen klub merupakan hal yang lumrah.

Umumnya protes itu disampaikan supoter untuk mengkritik penampilan buruk tim kebanggaan mereka. Selama tidak disampaikan dengan cara anarkistis, protes dari supoter itu wajar. Dari protes yang disampaikan suporter, ada kekhawatiran keberadaan Sragen United bisa menenggelamkan PSISra sebagai klub asli kebanggaan wong Sragen.

Berbeda dengan PSISra Sragen, Sragen United memang bukan klub yang lahir di Bumi Sukowati. Sebelum berganti nama menjadi Sragen United, klub berjuluk Gajah Purba ini bernama Laga FC yang pernah bermain di Divisi Utama setelah promosi dari Liga Nusantara pada 2014.

Klub yang pernah diasuh legenda sepak bola Indonesia, Uston Nawawi, ini sempat dikenal sebagai klub nomaden karena sering berpindah markas. Laga FC pernah bermarkas di Jombang, Surabaya, dan Kota Batu.

Pada 27 Februari 2017, Laga FC dibeli oleh pengusaha di Kabupaten Sragen, Indika Wijaya Kusuma, senilai Rp5 miliar. Laga FC kemudian berpindah homebase ke Kabupaten Sragen hingga kemudian berganti nama menjadi Sragen United.

Sragen United pernah mencicipi kompetisi Liga 2 pada 2017. Sayang, kondisi stadion yang kurang layak berbuah keributan suporter saat Sragen United menjamu Persis Solo di Stadion Taruna Sragen. Hal itu membuat Sragen United mendapat sanksi dari PSSI hingga membuat klub ini “terusir” dari Bumi Sukowati.

Pada musim kompetisi yang sama Sragen United harus pindah ke Pacitan hingga berganti nama menjadi Laga Pacitan FC. Hal itu menguatkan citra Sragen United sebagai klub nomaden. Pelatih asal Swedia, Stefan Hansson, sempat ditunjuk untuk menukangi klub ini.

Derby Sragen

Sayang, manajerial yang buruk serta minimnya dukungan dana membuat klub menunggak pembayaran gaji pemain dan pelatih. Akhirnya pengelolaan klub Sragen United diambil alih oleh Asprov PSSI Jawa Tengah.

Kebangkitan Sragen United setelah diakuisisi Juliyatmono bisa menjadi angin segar bagi iklim sepak bola di Bumi Sukowati. Kekacauan klub yang terjadi pada 2017 bisa menjadi modal berharga untuk menata manajemen klub.

Selain membutuhkan dukungan dari publik Kabupaten Sragen, Sragen United juga membutuhkan dukungan finansial dari pemilik klub. Suka tidak suka, Sragen United akan tampil di kompetisi Liga 3.

Tidak ada salahnya publik di Kabupaten Sragen mendukung Sragen United yang bakal berkompetisi di Liga 3. Bila tampil apik di Liga 3, tidak menutup kemungkinan Sragen United bisa mengambil hati wong Sragen.

Untuk tampil maksimal dalam kompetisi butuh dukungan kuat baik dari segi pendanaan maupun manajerial tim. Stadion Taruna bisa dibilang masih layak untuk pertandingan Liga 3 Stadion ini juga kerap dipakai sebagai homebase PSISra Sragen saat bermain di kompetisi Liga 3.

Harapan jangka panjangnya adalah ekosistem sepak bola di Bumi Sukowati tertata dengan baik. Membangun ekosistem sepak bola bisa dimulai dari manajemen klub yang dijalankan secara profesional dengan dukungan modal yang kuat.

Bila klub bisa survive mengarungi kompetisi, dukungan dari publik Bumi Sukowati akan datang cepat atau lambat. Salah satu ekosistem sepak bola yang perlu dibenahi di Kabupaten Sragen adalah dukungan infrastruktur stadion.

Sejauh ini Stadion Taruna hanya lolos verifikasi untuk menyelenggarakan laga di kompetisi Liga 3. Untuk menyelenggarakan kompetisi Liga 2 dibutuhkan pembenahan dengan dukungan dana yang tidak sedikit.

Ini tantangan yang harus dijawab bila salah satu klub sepak bola asal Kabupaten  Sragen bisa lolos ke Liga 2. Apabila Sragen United mampu bermain maksimal di Liga 3, bukan tidak mungkin akan memantik semangat manajemen PSISra Sragen untuk bangkit.

Bukan hal yang mustahil PSISra Sragen juga bisa tampil di Liga 3 bila mendapat sokongan modal yang memadai. Jika itu terjadi, bisa saja ke depan akan muncul laga bertajuk derby Sragen yang mempertemukan PSISra Sragen dan Sragen United.



Tentu hal itu bisa menjadi tontonan menarik yang menghibur publikKabupaten Sragen, apalagi jika ekosistem sepak bola di Bumi Sukowati bisa tertata dengan baik.

(Esai ini terbit di Harian Solopos edisi 7 Oktober 2023. Penulis adalah jurnalis Solopos Media Group)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya