SOLOPOS.COM - Budi Hantara (Solopos/Istimewa)

Solopos.com, SOLO – Setiap tahun kita memperingati Hari Sumpah Pemuda untuk mengenang jasa para pemuda pelopor perjuangan bangsa Indonesia. Pemuda adalah individu dengan karakter yang dinamis, bahkan bergejolak, dan optimistis, namun belum memiliki pengendalian emosi yang stabil.

Pemuda harus mendapatkan bimbingan yang tepat supaya menjadi sumber daya manusia unggul. Dilihat dari segi usia pemuda adalah penduduk yang berusia 15 tahun hingga 24 tahun. Berdasarkan batasan usia tersebut, pada umumnya pemuda masih berstatus pelajar. Sepak terjang pelajar tidak akan terlepas dari peran guru sebagai panutan.

Promosi Kisah Pangeran Samudra di Balik Tipu-Tipu Ritual Seks Gunung Kemukus

Peran guru dalam sejarah perjuangan bangsa Indonesia sangat penting. Guru pendorong semangat juang kaum terpelajar untuk mewujudkan Indonesia yang merdeka dan berdaulat. Guru sebagai kaum intelektual berperan penting dalam perjuangan meraih kemerdekaan bangsa Indonesia.

Soekarno menuliskan kalimat-kalimat yang dahsyat tentang guru dalam buku Di Bawah Bendera Revolusi. Ia menulis hanja goeroe jang benar-benar rasoel kebangoeanan dapat membawa anak ke dalam alam kebangoenan. Hanja goeroe jang dadanja penoeh dengan djiwa kebangoenan dapat menoeroenkan kebangoenan ke dalam djiwa anak. 

Soekarno menempatkan guru pada posisi sosial paling terhormat, paling bermartabat, dan paling bermuruah. Ia tidak memandang guru sebagai ”pahlawan tanpa tanda jasa”. Bung Karno menempatkan guru jauh di atas pahlawan.

Sejarah menunjukkan betapa penting peran kaum terpelajar (pemuda dan guru) dalam perjuangan bangsa Indonesia. Lahirnya kesadaran berbangsa dan bernegara yang ditandai munculnya berbagai pergerakan nasional tidak bisa dipisahkan dari peran para pemuda.

Sumpah Pemuda adalah gerakan kemerdekaan Indonesia yang diinisiasi Perhimpunan Pelajar Indonesia yang diketuai Sugondo Djojopuspito. Pada saat kongres pada 27 Oktober 1928 yang berlangsung di Gedung Katholieke Jongenlingen Bond, Sugondo Djojopuspito mengajak para pemuda memperkuat semangat persatuan.

Mohammad Yamin menyumbangkan pemikiran penting bagi masa depan bangsa Indonesia. Ada beberapa faktor yang memengaruhi persatuan bangsa Indonesia, khususnya di kalangan pemuda. Faktor tersebut meliputi bahasa, hukum adat, pendidikan, dan kemauan untuk membangun persatuan dalam lingkar perbedaan.

Pada Kongres Pemuda II tanggal 28 Oktober 1928, para pemuda sepakat pendidikan kebangsaan merupakan fondasi utama untuk membangun persatuan bangsa. Untuk mewujudkan persatuan bangsa disusunlah ikrar Sumpah Pemuda.

Mohammad Yamin merumuskan Ikrar Sumpah Pemuda sebagai berikut: Kami putra dan putri Indonesia, mengaku bertumpah darah yang satu, tanah air Indonesia. Kami putra dan putri Indonesia mengaku berbangsa satu, bangsa Indonesia. Kami putra dan putri Indonesia menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia.

Pada saat itu para pemuda dari berbagai penjuru tanah air mengikrarkan diri bersatu demi bangsa dan negara Indonesia. Sumpah Pemuda menegaskan semangat persatuan benar-benar berkobar dalam dada putra putri Indonesia.

Tidak ada lagi sekat-sekat perbedaan yang menjadi penghalang di antara pemuda Indonesia. Pemuda/pelajar dan guru sebagai tokoh intelektual pada masa itu berhasil mengusir penjajah dari Indonesia.

Bagaimana dengan pemuda dan guru masa kini? Pada era globalisasi ini kondisinya jauh berbeda. Guru tidak lagi menjadi sosok yang ”digugu lan ditiru”. Guru tidak lagi menjadi panutan yang memiliki otoritas tunggal kebenaran dalam keilmuan.

Globalisasi telah menggerus nilai-nilai budaya luhur bangsa kita. Sekarang banyak pemuda/pelajar yang tidak lagi menghormati guru. Kenakalan mereka semakin melampaui batas karena keluarga sebagai pusat pendidikan yang pertama dan utama gagal menananmkan nilai-nilai moralitas dan nilai kemanusiaan pada anak-anak mereka.

Sikap orang tua yang memanjakan anak sering menimbulkan konflik. Bila anak ditegur atau diberi sanksi karena melakukan pelanggaran, orang tua berusaha membela anak tanpa menggunakan akal sehat. Pada zaman ini banyak orang tua yang tidak kooperatif dan menunjukkan sikap arogan.

Guru yang bertujuan mendidik supaya anak memiliki adab yang baik justru dianggap bersalah. Tantangan guru pada era globalisasi saat ini sungguh berat. Guru memiliki dua tugas berat yang abadi, yaitu mengembangkan pengetahuan atau nalar dan memperteguh nilai-niali moralitas dan nilai kemanusiaan.

Tugas besar ini menjadi semakin berat bila guru tidak mendapat perlindungan dari pemerintah. Apabila guru tidak mendapatkan perlindungan hukum pada saat terjadi konflik dengan peserta didik dan orang tua, jangan salahkan bila semakin banyak guru yang tidak peduli pada peserta didik.

Pemuda/pelajar yang memiliki kecerdasan intelektual dan memiliki adab yang mulia  menjadi harapan karena sangat menentukan masa depan bangsa. Bila adab pemuda/pelajar kita buruk, bisa dipastikan masa depan bangsa kita juga buruk.

Walaupun mereka memiliki kecerdasan intelektual yang unggul, apabila adabnya buruk tidak akan bisa membangun masa depan bangsa menjadi lebih baik. Peringatan Hari Sumpah Pemuda yang ke-95 pada 20 Oktober 2023 yang baru saja berlalu adalah momentum yang tepat untuk mengajak seluruh pemuda Indonesia meneladani semangat Sumpah Pemuda.

Mengajak mereka melakukan refleksi dan kembali pada koridor sebagai kaum terpelajar yang bermartabat luhur. Pemuda harus mampu beradaptasi dengan perputaran cepat roda zaman, tetapi tidak boleh terbawa arus zaman.

Pemuda harus peka terhadap situasi di sekitarnya. Jangan saampai mati rasa. Jika angkatan muda mati rasa, maka matilah semua bangsa. Pesan Pramoedya Ananta Toer tersebut kiranya bisa kita petik untuk menyadarkan para pemuda yang sebagian tampak semakin tidak peduli pada masa depan bangsa.

(Esai ini terbit di Harian Solopos edisi 1 November 2023. Penulis adalah guru SMPN 1 Ngawi, Kabupaten Ngawi, Provinsi Jawa Timur)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya