SOLOPOS.COM - Krisnanda Theo Primaditya (Solopos/Istimewa)

Sejarah baru tercatat di tlatah Surakarta pada Selasa (03/1/2023). Rekonsiliasi antara Sunan Paku Buwono (PB) XIII dan Lembaga Dewan Adat (LDA) Keraton Kasunanan berhasil terlaksana di Sasana Narendra. Kesepakatan antarkerabat kerato nmenjadi penerang bagi kelestarian istana penerus dinasti Mataram itu.

Konflik internal Keraton Kasunanan Surakarta akhirnya memasuki tahap akhir. G.K.R. Wandansari (Mbak Moeng) sebagai Ketua LDA Keraton Surakarta didampingi Kanjeng Prabu Wirabhumi dan G.R.Ay Herniatie Sriana Munasari. bertemu PB XIII, Putra Mahkota K.G.P.A.A. Hamengkunegoro Sudibya Rajaputra Narendra Mataram dan Prameswari Dalem G.K.R. Paku Buwono untuk membahas kelangsungan Keraton Kasunanan.

Promosi Ayo Mudik, Saatnya Uang Mengalir sampai Jauh

Sejalan dengan rekonsiliasi tersebut, rencana pembangunan oleh Pemerintah Kota (Pemkot) Solo dalam beberapa waktu ke depan pun akan menyasar keraton. Mas Wali Kota, Gibran Rakabumingraka dilansir Solopos (2/1/2023) menyebutkan akan melaksanakan program revitalisasi kawasan Baluwarti. Menarik ditunggu kelanjutan rencana pembangunan Pemkot Solo yang mengarah pada lingkup keraton itu.

Aspek Revitalisasi Keraton

Kendati demikian, rencana revitalisasi yang dinakhodai Pemkot Solo perlu mempertimbangkan beberapa aspek. Pertama, adalah aspek budaya dan nilai historis. Nilai keluhuran yang terkandung pada objek revitalisasi harus dipertahankan. Keraton Kasunanan adalah pusat kebudayaan Jawa.

Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat adalah aset bangsa Indonesia di sektor kebudayaan. Mulai dari arsitektur bangunan hingga artefak budaya yang terdapat di dalamnya menjadi saksi sejarah dinasti Mataram. Oleh sebab itu, sudah seyogianya dijaga dan dilestarikan oleh segenap lapisan masyarakatnya.

Kedua, aspek sosial. Aspek ini mencakup wilayah Keraton Kasunanan Surakarta yang tersusun dari berbagai kompleks bangunan. Setiap orang yang mendiami kompleks keraton wajib menjalin hubungan yang baik. Terjalinnya kekerabatan yang hangat di dalam tembok Cepuri harus senantiasa memberi contoh bagi kompleks di luarnya.

Hubungan antara masyarakat di sekitar kompleks Keraton Kasunanan dengan keraton itu sendiri memerlukan perhatian khusus. Sebagaimana keraton yang ditopang oleh warga di sekitarnya sebagai suatu kesatuan masyarakat budaya.

Keraton bukan lagi sebagai pusat pemerintahan melainkan sebagai pusat kebudayaan Jawa. Revitalisasi pada aspek sosial ini akan mampu memupuk bahkan mengembangkan nilai-nilai luhur budaya Jawa kepada warga di sekitar keraton bahkan pada masyarakat Kota Surakarta.

Ketiga, aspek pariwisata. Aspek ini menjadi nilai tambah tidak hanya bagi Keraton Kasunanan, namun juga bagi Kota Solo. Sektor pariwisata di Kota Solo memang  tengah menjalani tren yang positif. Pemkot Solo melakukan beberapa revitalisasi fasilitas publik untuk mendorong peningkatan di sektor ini.

Sebagai pusat kebudayaan Jawa, Keraton Kasunanan dapat menyerap banyak wisatawan. Situs bangunan dan peninggalan benda maupun tak benda dapat dijadikan sebagai daya tarik bagi pengunjung.

Keempat,  aspek pendidikan. Aspek terpenting dari suatu objek yang mengalami revitalisasi adalah fungsi dan manfaatnya di ranah pembelajaran dan pendidikan. Naskah dan arsip-arsip bersejarah yang tersimpan di Keraton Kasunanan perlu didayagunakan. Tujuannya supaya naskah lawas itu tetap dapat dimanfaatkan untuk tujuan akademis dan perkembangan ilmu pengetahuan.

Masih dalam tataran pendidikan, keraton dapat dijadikan kiblat bagi pelajar di Solo untuk mengimplementasikan nilai-nilai karakter dan sikap sebagai anak muda yang bermoral, beradab, dan berbudaya. Menjadikan anak muda Solo sebagai garda terdepan pewaris kebudayaan Jawa.

Seluruh aspek di atas menjadi suatu bagian rekonstruksi Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat. Rekonstruksi yang menyeluruh itu diharapkan mampu mengalihkan citra keraton pada beberapa periode ke belakang yang diliputi awan mendung. Sudah saatnya keraton bangkit dan mulai memberikan citra yang baik bagi perkembangan kebudayaan.

Surakarta the Spirit of Java

Cita-cita yang diidam-idamkan oleh banyak kalangan akhirnya terwujud. Keraton Kasunanan Surakarta telah bersatu dan siap menyongsong pembangunan bersama Pemkot Solo. Adapun bersama Istana Mangkunegaran, Kota Bengawan siap merealisasikan diri sebagai jiwa dan semangatnya Jawa sebagaimana slogan the spirit of Java.

Jiwa dan semangat Jawa yang dimaksud adalah sikap dan karakter yang mendasari seseorang bertindak sesuai dengan nilai keluhuran Jawa. Orang Jawa adalah manusia ulet, gigih, pekerja keras, bermartabat, sederhana, dan memiliki sikap tepa seliro (tenggang rasa). Jati diri yang diilhami itu  menjadi dasar orang Jawa bertindak dan berperilaku.

Kesadaran menjadi orang Jawa yang demikian adalah aset yang tidak ternilai. Melalui kedua istana trah dinasti Mataram, Solo akan menjelma menjadi kota budaya. Hal itu menjadi modal dasar untuk menyongsong globalisasi yang pengaruhnya dirasakan dalam setiap sendi kehidupan.

Tidak hanya sebagai simbol kebudayaan, Keraton Kasunanan dan Istana Mangkunegaran dapat menjadi subjek kebudayaan. Sebagai aktor kebudayaan, kedua istana dapat menyebarkan pengaruhnya pada masyarakat di sekitarnya. Eksistensi kedua istana itu akan direkonstruksi kembali dalam panggung sejarah Solo.

Dengan demikian, sejarah Keraton Solo telah memasuki babak baru, rekonsiliasi yang terselenggara menjadi batu loncatan untuk merekonstruksi masa depan yang gilang-gemilang. Sejarah pun memberikan pelajaran berharga untuk lebih baik tetap bersatu dan bekerja sama pada lingkup internal maupun eksternal. Karena dengan bekerja sama, apa pun permasalahannya dapat diselesaikan dengan mudah.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya