SOLOPOS.COM - Ary Yulistiana (Solopos/Istimewa)

Solopos.com, SOLO – Hasil survei Badan Pusat Statistik (BPS) yang dirilis pada Februari 2023 menunjukkan tingkat pengangguran terbuka berdasarkan tingkat pendidikan mayoritas lulusan SMK (9,42%), lebih rendah daripada hasil survei tahun sebelumnya (11, 13%), namun tetap saja tertinggi dibandingkan jenjang pendidikan lainnya.

Itu perlu menjadi bahan evaluasi, sejauh mana program-program pendidikan vokasi seperti program magang atau praktik kerja lapangan (PKL), pembelajaran berbasis produk, teaching factory, usaha mandiri, maupun link and match dengan dunia industri berjalan.

Promosi Banjir Kiper Asing Liga 1 Menjepit Potensi Lokal

Diperlukan juga analisis lebih lanjut sebab terjadi kesenjangan kualitas antara sekolah kejuruan satu dengan sekolah kejuruan lainnya, baik sekolah negeri maupun swasta. Pada proses pembelajaran SMK berupaya berjalan dinamis agar dapat mengikuti arus perubahan.

Laporan The World Economic Forum dalam The Future of Jobs Reports 2020 tentang disrupsi ganda bagi pekerja dan laporan McKinsey dalam Otomasi dan Masa Depan Pekerjaan di Indonesia pada September 2019 menyatakan akan ada jutaan pekerjaan yang digantikan oleh mesin.

Ini sebenarnya tidak perlu dianggap ancaman. Justru prediksi tersebut dapat dijadikan rambu-rambu dalam penyusunan peta jalan pengembangan pendidikan kejuruan. Keterampilan-keterampilan baru dibutuhkan di era automasi.

Keterampilan yang dimaksud bukan hanya keterampilan teknologi, namun juga keterampilan sosial, emosional, dan keterampilan kognitif yang lebih tinggi, seperti kreativitas dan kemampuan memecahkan masalah rumit.

Murid-murid SMK perlu dipersiapkan agar terlatih dalam bidang vokasi yang kreatif, inovatif, dan siap terjun dalam derasnya arus perubahan. Dunia usaha dan dunia industri adalah mitra yang penting bagi SMK untuk membekali para murid dengan keterampilan yang sesuai riil.

Diperlukan komunikasi intensif untuk mencapai titik temu mengenai yang dibutuhkan dunia industri dan yang harus dipersiapkan SMK. Dunia kerja perlu secara gamblang menyampaikan kebutuhan. Pengelola sekolah perlu mengecek dokumen apakah telah sesuai dengan persyaratan industri, termasuk dengan standar kompetensi kerja nasional Indonesia (SKKNI).

Dunia industri hendaknya tidak memandang SMK sebagai sumber tenaga kerja, namun pandanglah sebagai potential market dan potential resources agar sama-sama mendapatkan manfaat.

Ini menjadikan bidang vokasi atau pendidikan kejuruan adalah investasi besar untuk masa depan dunia usaha dan dunia industri di Indonesia. Lulusan SMK diharapkan semakin relevan dengan dunia industri karena telah terjadi penyelarasan kedua belah pihak.

Dalam lampiran Keputusan Menteri Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi Nomor 165/M/2021 tentang Program Sekolah Menengah Kejuruan Pusat Keunggulan (SMK PK), bidang keahlian yang saat ini dikembangkan adalah teknologi konstruksi dan properti, teknologi manufaktur dan rekayasa, energi dan pertambangan, teknologi informasi.

Kemudian kesehatan dan pekerjaan sosial, agrobisnis dan agroteknologi, kemaritiman, bisnis dan manajemen, pariwisata, serta seni dan ekonomi kreatif. Program SMK PK bertujuan menghasilkan lulusan yang terserap di dunia kerja atau berwirausaha melalui keselarasan pendidikan vokasi yang mendalam dan menyeluruh serta diharapkan menjadi pusat peningkatan kualitas dan rujukan bagi SMK lainnya.

Momentum saat ini memberikan kesempatan bagi para pemimpin bisnis, pemerintahan, dan kebijakan pendidikan untuk memfokuskan upaya bersama pada peningkatan kualitas sarana prasarana SMK, pelatihan ulang dan peningkatan keterampilan guru dan siswa, peningkatan jumlah jam untuk magang di dalam maupun di luar negeri, serta intervensi penggunaan teknologi dalam skala besar.

Untuk mengatasi tantangan substansial yang dihadapi pasar tenaga kerja saat ini, pemerintah harus mengejar pendekatan holistik, menciptakan hubungan dan koordinasi aktif antara penyedia pendidikan, keterampilan, pekerja dan pengusaha, dan memastikan kolaborasi yang efektif antara pelaku pendidikan vokasi, pelaku usaha dan industri, pemerintah daerah dan pemerintah pusat.

Saat ini Kementerian Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi berupaya keras untuk memfasilitasi kebutuhan tersebut. Untuk mengembangkan layanan pendidikan kejuruan sekaligus menyiapkan lulusan agar relevan dengan kebutuhan dunia usaha dan industri, potensi daerah harus benar-benar dikenali dan dikembangkan dengan kerja sama kemitraan yang strategis.

Data daerah melalui produk domestik regional bruto (PDRB) sebagai indikator penting untuk mengetahui potensi daerah di sebuah wilayah dapat dijadikan acuan dalam pengembangan SMK. Pemerintah daerah dapat memberikan rekomendasi mengenai jurusan di SMK yang perlu diselaraskan maupun penyesuaian program yang diperlukan.

Setiap SMK harus mempersiapkan siswa-siswanya untuk selalu meningkatkan kompetensi dan membangun hubungan yang “mesra” dengan dunia usaha dan dunia industri sehingga selalu memiliki standar yang selaras untuk bertahan dan terus berkembang.

Tuntutan dunia kerja tentang soft skill, karakter, kemandirian, dan kreativitas mesti dipenuhi dalam mencetak lulusan SMK untuk mengejawantahkan profil pelajar Pancasila. Dengan hubungan yang mesra antara dunia usaha dan dunia industri, SMK tidak lagi menjadi penyumbang pengangguran terbesar, namun menjadi pendukung pertumbuhan ekonomi di wilayah masing-masing.

(Esai ini terbit di Harian Solopos edisi 29 November 2023. Penulis adalah guru SMKN 9 Kota Solo)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya