SOLOPOS.COM - Niyoko (Istimewa)

Solopos.com, SOLO – Politik  identitas adalah sebuah alat politik suatu kelompok seperti etnis, suku, agama, atau lainnya dengan tujuan, misalnya, untuk melawan atau meraih kekuasaan.

Identitas atau agama diinterpretasikan secara ekstrem untuk meraih dukungan dari orang-orang yang merasa sama secara ras, etnik, agama, atau unsur perekat lainnya.

Promosi Iwan Fals, Cuaca Panas dan Konsistensi Menanam Sejuta Pohon

Beberapa politikus menggunakan identitas dan agama untuk meraih kekuasaan seperti yang tampak dalam pemilihan umum anggota legislatif, pemilihan kepala daerah, atau pemilihan presiden.

Identitas sosial adalah suatu pengetahuan dan pengakuan diri individu sebagai anggota suatu kelompok serta pengakuan kelompok kepada individu tersebut sebagai anggotanya (Giles & Johnson, 1987). Identitas sosial dapat meliputi, antara lain, religi, etnis, dan kelas sosial.

Identitas etnis adalah identifikasi individual dengan unit sosial yang anggotanya mempunyai asal-usul bersama dan berbagi unsur budaya yang sama dan mereka berpartisipasi dalam  kegiatan yang didasarkan  pada  unsur budaya dan asal-usul bersama (Yinger, 1976).

Identitas etnis akan muncul pada masyarakat yang kompleks, misalnya masyarakat dengan aparatur negara dan kelas sosial yang berfungsi membagi masyarakat dalam berbagai kategori. Identitas-identitas yang terdapat dalam kelas sosial tersebut berkaitan erat dengan identitas budaya karena merupakan cakupan dari identitas budaya.

Identitas budaya adalah kesadaran dasar terhadap karakteristik khusus kelompok yang dimiliki seseorang dalam hal kebiasaan hidup, adat, bahasa, dan nilai-nilai (Dorais, 1988).

Menurut Kramer et al. (2011), ada hubungan antara identitas sosial dengan relasi antarkelompok. Hal tersebut berangkat dari proposisi bahwa dalam kurun waktu yang sama, individual aktor berafiliasi dengan beberapa kelompok sekaligus.

Setiap kelompok memiliki fokus kegiatan tersendiri (unik), maka implikasinya pada diri setiap aktor terendap bermacam-macam identitas (sesuai dengan kegiatan kelompok-kelompok yang menjadi afiliasinya). Kelompok politik melahirkan identitas politik.

Kelompok bisnis melahirkan identitas pengusaha dan pedagang. Kelompok kampus melahirkan identitas intelektual. Kelompok keagamaan melahirkan identitas religiositas dan sebagainya. Dalam kehidupan suatu komunitas atau masyarakat yang semakin kompleks, semakin banyak ditemukan bermacam-macam identitas sosial.

Konflik Sosial

Afiliasi sejumlah aktor pada sebuah kelompok melahirkan perasaan senasib sepenanggungan (in-group feeling). Bersamaan dengan itu tumbuh perasaan tidak senasib dan tidak sepenanggungan (out-group feeling) kepada aktor-aktor yang tidak berafiliasi pada kelompoknya.

Mereka dianggap sebagai orang luar dan memiliki identitas sosial yang berbeda. Sebagai contoh aktor yang berafiliasi pada organisasi keagamaan. Aktor-aktor yang berafiliasi pada kelompok Islam  memiliki dan mengembangkan identitas sosial yang berbeda dengan aktor-aktor yang berafiliasi pada kelompok Kristen, Hindu, Buddha, dan Konghucu.

Mereka berbeda dalam hal prinsip hidup atau keyakinan (belief), simbol, dan upacara-upacara keagamaan (ritual). Anggota kelompok-kelompok keagamaan tersebut memelihara identitas sosial sendiri yang berbeda satu sama lain.



Relasi antarkelompok tersebut bisa melembagakan kohesi sosial yang ditandai dengan toleransi dan saling memahami (understanding) posisi dan peran masing-masing.

Relasi antarkelompok tersebut bisa diwarnai konflik sosial yang dikenal dengan konflik atas nama agama. Relasi antarkelompok itu dapat mengembangkan koherensi sosial tetapi dapat pula melembagakan konflik sosial. Baik kohesi sosial maupun konflik sosial  ditentukan oleh latar belakang historis dan faktor  eksternal, seperti kepentingan ekonomi dan politik.

Identitas sosial yang berbeda mengembangkan relasi antarkelompok yang berbeda, maka relasi antarkelompok yang berkembang di kalangan pemeluk agama bisa amat bervariasi. Kalangan yang memiliki identitas ulama (kiai, pastur, pendeta) mengembangkan relasi dengan kelompok agama lain yang berbeda dengan umat (massa).

Relasi antarkelompok yang dikembangkan oleh ulama boleh jadi diwarnai dengan toleransi dan mengedepankan titik-titik persamaan dalam berhubungan dengan sesama manusia. Sementara itu, relasi antarkelompok yang dikembangkan oleh umat (massa) lebih menonjolkan perbedaan-perbedaan.

Tendensi demikian bisa menyulut konflik bernuansa agama atau atas nama agama. Konflik tersebut bisa berkembang sengit ketika berpapasan dengan kepentingan ekonomi dan politik. Kelompok agama lain bukan hanya dianggap sebagai kelompok yang memiliki perbedaan belief, simbol, dan ritual, tetapi juga dianggap sebagai kelompok yang menguasai kehidupan ekonomi.

Mereka dianggap sebagai kelompok yang menciptakan kesenjangan ekonomi, karena itu acapkali lalu memancing kerusuhan. Tanpa dipolitisasi sekalipun relasi antarkelompok  an sich dapat menimbulkan konflik sosial, apalagi bila relasi antarkelompok dipolitisasi untuk tujuan meraih kekuasaan.

Politisasi itu dengan cara menyebar kebencian, menajamkan perbedaan, menyebar hoaks, mengapitalisasi identitas sosial dan agama. Risiko yang timbul adalah konflik dan pembelahan sosial yang semakin dalam.

Sebaiknya para kontestan politik tidak lagi menggunakan politik identitas, tetapi berkompetisi  pada visi, misi, gagasan, program, prestasi kerja yang telah dicapai dan yang akan dikerjakan mendatang.

Penyelenggara pemilihan umum, peserta pemiliham umum, dan masyarakat pemilih harus cerdas dan waspada terhadap isu-isu suku, agama, ras, dan golongan yang bisa memecah belah bangsa, harus mengutamakan menjaga hubungan sosial yang diwarnai toleransi dan konsensus.

Apabila masyarakat mampu menumbuhkan hubungan yang dilandasi kepentingan yang sama (like interest) dan kepentingan bersama (common interest) seperti demi kemajuan dan kesejahteraan bangsa, maka pemilihan umum benar-benar merupakan pesta demokrasi.

(Esai ini terbit di Harian Solopos edisi 11 Februari 2023. Penulis adalah dosen di Universitas Negeri Yogyakarta dan alumnus Program S3 Kajian Budaya Universitas Sebelas Maret)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng

Sudaryono-Hendi Bersaing Ketat di Survei LKPI untuk Pilgub Jateng 2024

Sudaryono-Hendi Bersaing Ketat di Survei LKPI untuk Pilgub Jateng 2024
author
Newswire , 
Chelin Indra Sushmita Minggu, 28 April 2024 - 19:07 WIB
share
SOLOPOS.COM - Kepala LKPP Hendrar Prihadi dalam acara sosialiasi Rancangan Undang-Undang Pengadaan Barang dan Jasa Publik yang digelar di kendal, Jawa Tengah, Rabu (3/4/2024).(Istimewa)

Solopos.com, SEMARANG — Ketua DPD Gerindra Jawa Tengah Sudaryono dan Kepala LKPP RI Hendrar Prihadi bakal bersaing ketat dari hasil survei bursa Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur Jateng 2024 yang diselenggarakan Lembaga Kajian Pemilu Indonesia (LKPI).

Direktur Eksekutif LKPI Tobu Lubis, dalam pernyataan yang diterima di Semarang, Minggu, survei tersebut dilakukan di 35 kabupaten/kota dengan responden sebanyak 1.820 orang yang berusia di atas 17 tahun.

Promosi Iwan Fals, Cuaca Panas dan Konsistensi Menanam Sejuta Pohon

Responden sebanyak itu diambil dari populasi Daftar Pemilih Tetap (DPT) Pemilihan Umum 2024 di Provinsi Jateng sebanyak 28.289.413 orang.

Merujuk hasil survei top of mind bakal calon gubernur di Pilkada Jateng 2024 yang digelar LKPI, berikut tokoh yang masuk dalam bursa, yakni Hendrar Prihadi atau Hendi, Sudaryono, Taj Yasin Maimoen (mantan Wagub Jateng), Dico M. Ganinduto (Bupati Kendal), Muhammad Yusuf Chudlori (Gus Yusuf), dan Irjen Pol Ahmad Lutfie (Kapolda Jateng).

Koran Solopos

Elektabilitas Hendi yang juga mantan Wali Kota Semarang mencapai 21,2% diikuti Sudaryono sebesar 19,1% kemudian Taj Yasin Maimoen mencapai 16,6%.

Di bawahnya, Ahmad Lutfie dengan perolehan 11,7%, Dico M. Ganinduto sebesar 11,1%, kemudian Gus Yusuf dengan tingkat elektabilitasnya 9,2%, sementara yang tidak memilih mencapai 11,1%.

Berdasarkan survei itu, diketahui bahwa dari 1.820 responden warga Jateng yang terpilih sebagai responden, baru sebanyak 49,3% yang mengetahui akan adanya Pilkada Jateng pada November 2024, dan selebihnya, yakni 50,7% tidak tahu atau tidak mengerti akan adanya pilkada.

Emagazine Solopos

“Penarikan sampel menggunakan teknik pengambilan sampel secara acak bertingkat atau multi stage random sampling,” katanya sebagaimana dilansir Antara.

Selain itu, kata dia, survei yang digelar mulai 12 -22 April 2024 itu diklaim memiliki margin of error kurang lebih 2,3 persen dengan tingkat kepercayaan atau level of confidence sebesar 95%.

Menanggapi hasil survei LKPI yang menempatkan Sudaryono sebagai sosok baru dengan perolehan cukup tinggi, pengamat politik Universitas Pembangunan Nasional (UPN) Veteran Yogyakarta Ludiro Madu mengatakan bahwa sosok Sudaryono berarti sudah dikenal masyarakat Jateng.

Interaktif Solopos

“Masyarakat Jateng ingin pemimpin yang baru maka Sudaryono menjadi pilihan masyarakat Jateng. Karena ingin adanya angin segar atau perubahan bagi Jawa Tengah,” katanya.

Meskipun adanya jagoan kuat dari PDI Perjuangan, yakni Hendi, ia menilai masyarakat Jateng akan lebih cenderung memilih Sudaryono sebagai cagub pilihan.

“Walaupun ada jagoan dari PDIP, yakni Hendrar Prihadi, tetapi masyarakat Jateng akan lebih cenderung memilih Sudaryono sebagai Cagub pilihan,” ujar Ludiro.



Diakuinya, pertarungan pada Pilgub Jateng akan sangat ketat sehingga menjadi peluang Sudaryono untuk kerja keras untuk memenangkan Pilgub Jateng.

Tak hanya itu, kata dia, kemenangan Prabowo-Gibran di Pilpres 2024 juga akan berdampak bagi Sudaryono untuk mendapat dukungan besar dari semua kalangan masyarakat Jateng.

“Jadi, kemenangan Prabowo-Gibran di Pilpres 2024 juga akan berdampak bagi Sudaryono untuk dapat dukungan dari semua kalangan masyarakat Jateng,” katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.

Pilih Maskot Semar, KPU Jateng Launching Tahapan Pilgub Jateng 2024

Pilih Maskot Semar, KPU Jateng Launching Tahapan Pilgub Jateng 2024
author
Imam Yuda Saputra Minggu, 28 April 2024 - 18:56 WIB
share
SOLOPOS.COM - Semar Ki Lurah Bodronyono sebagai maskot Pilgub Jateng diperkenalkan dalam acara Peluncuran Tahapan Pilgub Jateng 2024 di Sam Poo Kong, Kota Semarang, Sabtu (28/4/2024). (KPU Jateng)

Solopos.com, SEMARANG – Komisi Pemilihan Umum Provinsi Jawa Tengah atau KPU Jateng secara resmi meluncurkan tahapan Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur Jawa Tengah (Pilgub Jateng) 2024. Acara peluncuran digelar di Sam Poo Kong, Kota Semarang, Sabtu (27/4/2024).

Hadir dalam acara tersebut perwakilan dari KPU RI, Penjabat (Pj) Gubernur Jateng, Nana Sudjana; jajaran Forkopimda Jateng, Bawaslu Jateng, KPU kabupaten/kota se-Jateng, perwakilan partai politik, perguruan tinggi, tokoh masyarakat, organisasi kemasyarakatan, hingga organisasi keagamaan.

Promosi Iwan Fals, Cuaca Panas dan Konsistensi Menanam Sejuta Pohon

Dalam acara tersebut, KPU Jateng juga memperkenalkan maskot serta jinggle resmi Pilgub Jateng 2024. Selain itu, KPU Jateng juga menayangkan iklan layanan masyarakat untuk Pilgub 2024.

Sementara itu, maskot yang dipilih KPU Jateng dalam menggelar Pilgub Jateng 2024 adalah Semar Ki Lurah Badranaya, tokoh pewayangan punakawan yang memiliki sifat adil, jujur, tulus, bijaksana, cerdas, dan berpengetahuan luas. Ekspresi bahagia pada wajah Semar melambangkan ramah dan keberadaannya yang ikonik serta dihormati oleh masyarakat Jawa.

Koran Solopos

Pemilihan Semar sebagai maskot Pilgub Jawa Tengah 2024 dilakukan setelah melakukan diskusi dengan instansi terkait, budayawan, dan seniman untuk mendesain logo pilgub dan memberikan masukan terkait pilihan maskot. Maskot Semar Ki Lurah Badranaya diubah dengan bentuk yang lebih futuristik untuk mencerminkan citra KPU Jateng yang kekinian dalam pemanfaatan teknologi informasi dalam penyelenggaraan Pilgub Jateng 2024.

peluncuran pilgub jateng 2024

Acara Peluncuran Tahapan Pilgub Jateng 2024 di Sam Poo Kong, Kota Semarang, Sabtu (28/4/2024). (KPU Jateng)

Tagline atau slogan yang dipilih untuk Pilgub Jateng 2024 adalah “Luwih Becik Luwih Nyenengke”, yang menggambarkan harapan agar pelaksanaan pilgub dapat berjalan lebih baik dan membuat semua pihak yang terlibat merasa senang bagi warga Jawa Tengah.

Emagazine Solopos

Acara ini juga dimeriahkan dengan penampilan Tari Lentera Jawa serta hiburan dari artis Pongki Barata dan Kiki Juliar OVJ.

Dalam sambutannya, Ketua KPU Provinsi Jawa Tengah, Handi Tri Ujiono, menyampaikan bahwa peluncuran ini bertujuan untuk memperkenalkan maskot dan jinggle Pilgub Jateng 2024, yang menggambarkan Semar sebagai sosok yang arif, bijaksana, dan tanggap terhadap perubahan zaman.

Sementara itu, Pj Gubernur Jawa Tengah, Nana Sudjana, menyatakan bahwa kolaborasi adalah kunci kesuksesan dalam pilkada serentak tahun 2024 ini serta menekankan pentingnya menjaga netralitas dan memberikan pelayanan secara profesional kepada para kontestan.

Interaktif Solopos

Ketua KPU RI, Hasyim Asy’ari yang hadir bersama Anggota, Yulianto Sudrajat berterima kasih kepada Pemprov Jateng atas dukungan anggaran yang diberikan untuk melaksanakan Pilgub Jateng 2024. Hasyim berharap pelaksanaan Pilkada di Jawa Tengah berjalan sukses, lancar, dan aman, serta dapat meningkatkan partisipasi masyarakat dalam demokrasi.

Acara Peluncuran Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur Jawa Tengah Tahun 2024 ini dapat ditonton oleh masyarakat di kanal youtube KPU Jateng.



Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.

Perkokoh Keimanan Siswa, SD Warga Gelar Kegiatan Ketakwaan di Tawangmangu

Perkokoh Keimanan Siswa, SD Warga Gelar Kegiatan Ketakwaan di Tawangmangu
author
Ahmad Mufid Aryono Minggu, 28 April 2024 - 18:55 WIB
share
SOLOPOS.COM - Siswa kelas 5 SD Warga saat melakukan senam pagi dalam kegiatan ketakwaan di Hotel BIP Tawangmangu, Karanganyar pada Kamis-Jumat (18-19/4/2024). Kegiatan yang mengangkat tema Menjadi Anak yang Berkarakter ini bertujuan untuk memperkokoh keimanan dan memperkuat karakter positif para siswa. (Istimewa)

Solopos.com, SOLO– Sebanyak 77 siswa kelas 5 SD Warga Solo mengikuti kegiatan ketakwaan di Hotel BIP Tawangmangu, Karanganyar pada Kamis-Jumat (18-19/4/2024). Kegiatan yang mengangkat tema Menjadi Anak yang Berkarakter ini bertujuan memperkokoh keimanan dan memperkuat karakter positif para siswa.

Wakil Kepala Sekolah Bidang Kesiswaan SD Warga Solo, Conie, menjelaskan para siswa diberangkatkan dari SD Warga ke Tawangmangu dengan menggunakan bus. Para siswa juga didampingi 13 guru serta 9 perwakilan orang tua dan wali siswa. Selain itu ada juga seorang ustaz dan pemuka agama Katolik dan Kristen.

Promosi Iwan Fals, Cuaca Panas dan Konsistensi Menanam Sejuta Pohon

Kata Conie, kegiatan ketakwaan ini memang rutin digelar setiap tahunnya. “Harapan siswa-siswa SD Warga ini tidak hanya cerdas di bidang akademik, melainkan harus punya keimanan yang kuat dan punya karakter yang bagus,” kata dia.

Conie menerangkan di hari pertama kegiatan, Kamis (18/4/2024), kegiatan berfokus untuk sesi keagamaan dari masing-masing agama.”Bagi siswa Katolik dan Kristen kita kumpulkan jadi satu untuk mendapatkan materi dari pemuka agama Kristen dan Katolik dan melakukan beberapa praktik keagamaan lainnya. Sementara siswa Islam mendapatkan bimbingan langsung dengan ustaz terkait pemahaman agama, salat berjemaah, dan beberapa ibadah lainnya,” jelas dia.

Koran Solopos

Supaya tidak bosan, di hari pertama pihaknya juga menyiapkan beberapa kuis berhadiah bagi para siswa. “Kami menyediakan beberapa doorprize yang dibagikan saat sesi kuis kepada para siswa. Supaya mereka tidak sepaneng-sepaneng banget,” kata dia.

Kemudian pada hari kedua atau Jumat (19/4/2024), kegiatan ketakwaan berfokus untuk melatih kekompakan dan kreativitas siswa dengan agenda outbound.

“Mulai pagi kami awali dengan senam bersama kemudian dilanjutkan aneka gim outbound yang melatih ketangkasan dan kekompakan para siswa,” imbuhnya.

Emagazine Solopos

Conie juga menyampaikan apresiasi setinggi-tingginya kepada para orang tua dan wali siswa SD Warga. Lantara selama kegiatan ini berlangsung mereka selalu mendukung dan mudah diajak bekerja sama.

“Beruntungnya kami punya hubungan yang baik dengan para orang tua siswa, sehingga kalau ada kegiatan seperti ini selalu dapat dukungan. Bahkan mereka juga tak sungkan bila harus ikut terjun langsung di kegiatan seperti yang dilakukan 9 orang tua siswa yang ikut ke Tawangmangu,” jelas dia.

Interaktif Solopos


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Memuat Berita lainnya ....
Solopos Stories