SOLOPOS.COM - Indah Tri WInarni (Istimewa/Solopos)

Solopos.com, SOLO – Penelitian  atau riset adalah upaya pemecahan masalah secara ilmiah dan berdasarkan fakta empiris. Penerapan riset dalam suatu negara memiliki peran penting untuk meemecahkan masalah demi kemajuan negara tersebut.

Negara memberikan anggaran besar dalam pengembangan riset. Hal tersebut dilakukan sebagai upaya menghadapi persaingan global yang semakin kompetitif. Berdasarkan kajian Research and Development World (2023), Indonesia menempati peringkat ke-34 dari 40 negara dengan anggaran riset yang tergolong rendah.

Promosi Selamat Datang Kesatria Bengawan Solo, Kembalikan Kedigdayaan Bhineka Solo

Menyikapi fakta tersebut, Wakil Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) Syarief Hasan meminta pemerintah menaikkan anggaran pengembangan riset, seharusnya dinaikkan setiap tahun dan menjadi skala prioritas.

Seiring perkembangan zaman, permasalahan berbagai sektor negara semakin banyak dan kompleks. Upaya pemerintah menekan dan mengatasi masalah tentu telah dilakukan, mulai dari keputusan dan kebijakan, pemanfaatan teknologi, atau pemecahan masalah melalui riset.

Riset adalah proses ilmiah dalam mencari jawaban dari sebuah masalah. Proses riset dilakukan secara sistematis. Diawali dengan menentukan masalah yang hendak dicari solusinya. Lalu menyusun hipotesis sementara dan dilanjutkan merancang penelitian, seperti mempersiapkan alat dan bahan, mengumpulkan data, dan teknik riset.

Setelah itu eksperimen dilakukan secara objektif untuk menghasilkan kesimpulan penelitian yang sesuai dengan hipotesis awal. Tahap akhir adalah menulis laporan riset yang dapat dipublikasikan sehingga memberikan manfaat bagi masyarakat.

Penerapan riset memang melalui tahapan dan membutuhkan waktu tidak sebentar. Itulah salah satu penyebab minimnya pembelajaran riset di sekolah-sekolah. Di Indonesia, seorang anak akan mendapatkan ilmu riset ketika memasuki dunia perkuliahan.

Riset diidentikkan dengan tugas kuliah. Pembelajaran berbasis riset perlu diterapkan di sekolah-sekolah. Modifikasi kurikulum terintegrasi ilmu riset bisa dilakukan demi mewujudkan generasi peneliti yang peka terhadap masalah di berbagai bidang kehidupan.

Delapan strategi pembelajaran berbasis riset yang dikembangkan Griffith University dapat diterapkan dalam proses pembelajaran di sekolah. Pertama, hasil penelitian-penelitian dapat menjadi referensi materi bahan ajar.

Kedua, temuan penelitian mutakhir sebagai pendukung pembelajaran dan peserta didik diajak mengembangkan temuan-temuan mutakhir lainnya. Ketiga, pembelajaran difokuskan pada isu-isu global teraktual.

Keempat, mengajarkan materi metodelogi penelitian. Kelima, pembelajaran dilakukan berkelompok bersama teman untuk membiasakan forum diskusi. Keenam, melibatkan peserta didik dalam penelitian sekolah atau institusi.

Ketujuh, mendorong peserta didik selalu berpartisipasi dalam penelitian dan menjadikan riset atau penelitian sebagai budaya sekolah. Kedelapan, memperkaya proses pembelajaran dengan nilai-nilai seorang peneliti, di antaranya objektif, menghargai pandangan orang lain, toleransi terhadap penemuan orang lain, dan memiliki kemampuan analisis.

Selain delapan strategi tersebut, penerapan pembelajaran berbasis riset dapat didasari empat filosofi konstruktivisme, yaitu pembelajaran membangun peserta didik, mengembangkan prior knowledge, proses interaksi sosial, dan pembelajaran bermakna melalui pengalaman nyata.

Model pembelajaran yang diterapkan seperti active learning, inquiry based learning, problem based learning, dan peer instruction. Penerimaan pengetahuan riset menjadikan peserta didik tidak hanya penikmat, tetapi juga pencipta dan pengembang ilmu pengetahuan. Inovasi-inovasi bermunculan dan permasalahan ikut berkurang.

Sudah saatnya sekolah berbasis riset diterapkan dalam kurikulum sekolah di Indonesia. Hasil riset yang telah dipublikasikan bisa menjadi bahan pertimbangan dalam kemajuan bangsa. Apresiasi tersebut sebagai bukti bahwa hasil riset yang dilakukan tidak sekadar artikel ilmiah.

Mendukung penuh inovasi yang tercipta dalam bidang teknologi, ekonomi, sosial, kesehatan, dan disiplin ilmu lainnya sebagai bukti bahwa generasi Indonesia siap bersaing dalam ranah internasional.

Hasil Programme for International Student Assessment (PISA) yang diinisiasi oleh Organization for Economic Co-operation and Development (OECD) masih menjadi tolak ukur keberhasilan pendidikan suatu negara.

Inovasi pendidikan terus dilakukan demi kemajuan bangsa. Seperti halnya Singapura, salah satunya melalui Nanyang Polytechnic Singapura, yang menerapkan pembelajaran berbasis riset sebagai upaya membekali peserta didik belajar seumur hidup, mengembangkan teknologi dan ekonomi Singapura.

Di Indonesia ada SMA Trensains Muhammadiyah Sragen yang mengajarkan peserta didik mencari dan memecahkan masalah bidang kehidupan. Terdapat mata pelajaran riset di kelas XI yang mengharuskan peserta didik melalukan riset dan hasilnya layak dipublikasikan di jurnal sekolah.

Peserta didik didorong mengikuti kompetisi riset nasional dan internasional. Sebelum masuk dunia perkuliahan, peserta didik telah menguasai ilmu riset atau penelitian. Terpenting adalah terwujudnya peserta didik yang berpikir kritis, analitik, mengedepankan inovasi, dan fokus pada pemecahan masalah.

(Esai ini terbit di Harian Solopos edisi 25 Oktober 2023. Penulis adalah guru SMA Muhammadiyah Trensains Sragen)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya