SOLOPOS.COM - Y Bayu Widagdo (FOTO/Dok)

Y Bayu Widagdo (FOTO/Dok)

Wartawan Jaringan Informasi
Bisnis Indonesia (JIBI)

Promosi Uniknya Piala Asia 1964: Israel Juara lalu Didepak Keluar dari AFC

Semua orang kini sudah tahu Chelsea akhirnya menjadi jawara Liga Champions 2012 setelah mengalahkan Bayern Munich lewat adu penalti, Minggu (20/5) dini hari. Saya tidak bermaksud mengulas panjang lebar laga kedua tim itu. Saya hanya mengingatkan kembali  laga Chelsea-Bayern mengubah semua prediksi para pengamat sepak bola di mana pun beberapa bulan lalu.
Saat babak delapan besar dimulai hampir semua media massa menulis dengan judul besar-besar bahwa final Liga Champions 2012 akan diisi oleh raksasa Spanyol, Barcelona dan Real Madrid. Skenario itu tampaknya akan terealisasi karena hingga babak semifinal kedua klub Spanyol itu tetap bertahan dengan gagah. Namun, kali ini kegenitan para pemain Barca dan Madrid harus tunduk kepada kedisiplinan Munich dan dinginnya Chelsea.
Kebetulan saya baru tiba di Barcelona pagi hari saat malam harinya Madrid harus mengakui keunggulan Munich pada leg kedua. Malam sebelumnya, penggemar Barca menangis melihat tim kesayangannya digulung Chelsea. Jadi saya tiba di Barcelona dalam suasana yang tidak tepat.
Sejumlah warga Barcelona yang saya temui mengaku sangat sedih karena Puyol dan kawan-kawan tidak bisa melaju ke Stadion  Arena. Namun, mereka juga bergembira karena Real Madrid juga mengalami kegagalan yang sama.
”Saya menangis saat Barca gagal melaju ke final. Tapi esok harinya saya bergembira ria karena Madrid juga ditaklukkan Munich,” kata Ana, direktur pemasaran sebuah restoran terkenal di pinggir pantai Barcelona.
Saya sempat heran, mengapa Ana bergembira ria dengan kegagalan Madrid? Soal dia sedih karena Barca itu jelas. Ungkapan gembira karena Madrid gagal melaju juga banyak diutarakan warga Barcelona lainnya yang sempat saya temui.
”Kami orang Catalonia, bukan Spanyol. Barca adalah Catalonia, kami beda dengan mereka yang ada di Madrid,” jelas Ana berapi-api saat saya bertanya lebih lanjut soal ini.
Menurut dia, perseteruan antara Barcelona dengan Real Madrid bukan hanya soal sepak bola semata. El Clasico bukan semata persaingan siapa jagoan dalam sepak bola, namun sudah melebar ke persoalan gengsi ibu kota dengan kota pinggiran hingga ke soal emosi kemerdekaan sebuah teritori.
”Tapi kami tidak seperti orang-orang Basque yang sampai membentuk ETA untuk mengacaukan Madrid,” tambah Ana.
Euskadi Ta Askatasuna (ETA) merupakan organisasi perlawanan bersenjata yang dibentuk orang-orang Basque untuk memisahkan diri dari Spanyol. Tindakan mereka sering kali memakan korban jiwa. ”Kami tidak suka dominasi Madrid, tapi juga tidak setuju cara-cara ETA.”
Saat di Madrid, suasana serupa pun saya jumpai. Iniesta, bell boy hotel The Ritz Madrid, pun bersuka ria saat Barcelona gagal. ”Saya sedih saat CR7 gagal, tapi diobati kegagalan Barca…he…he…,” kata dia.
Bagi masyarakat Spanyol, sepak bola memang segalanya. Mereka tidak terlalu antusias diajak bicara orang asing seperti saya. Namun, saat topik pembicaraan beralih ke soal bola, apalagi soal Real Madrid dan Barcelona, mereka langsung antusias dan menunjukkan kehangatan.
”Mungkin berlebihan, tapi bagi saya sepak bola sudah seperti agama. Menyatukan kami, meski untuk persaingan antarklub kami tetap berseteru,” ujar Fernandez, manajer sebuah hotel mewah di Marbela.
Menurut dia, saat Spanyol menjadi juara Piala Eropa 2008 dan kemudian mengawinkannya dengan menjadi juara Piala Dunia 2010, seluruh rakyat terasa bersatu sebagai warga Spanyol tanpa mempersoalkan asal-usul Catalonia, Castilia, Galicia ataupun Basque. Tim nasional Spanyol pun berintikan para pemain Real Madrid yang Castilia atau pun Barcelona yang orang-orang Catalonia. Juga ada yang Basque, seperti David Villa.
”Bisa dikatakan dengan bola ini kami bisa rekonsiliasi,”ujar Fernandez.  Saya setuju bahwa sepak bola bisa menjadi faktor utama terjadinya rekonsiliasi. Meski kadang-kadang, juga gara-gara sepak bola, orang bisa bermusuhan seperti sering kita lihat di Indonesia.
Balik dari Spanyol saya membaca kabar baik dari Solo. Ada upaya rekonsiliasi antara kakak beradik Hangabehi dan Tedjowulan yang selama ini sama-sama mengaku sebagai Sinuhun Paku Buwono XIII. Seharusnya di Keraton Kasunanan Surakarta hanya ada satu matahari.
Setelah delapan tahun mendeklarasikan diri sebagai Paku Buwono (PB) XIII, Tedjowulan akhirnya rela meletakkan jabatan raja yang disandangnya itu demi bersatunya kembali keluarga Keraton Kasunanan Surakarta.
Tedjowulan berganti gelar menjadi Panembahan Agung dengan posisi sebagai orang kedua setelah PB XIII Hangabehi yang merupakan kakaknya. Kabarnya gelar Panembahan Agung itu berdasarkan kesepakatan mereka berdua.
Tapi kabar kontra pun muncul. Sebagian sentana dalem serta sejumlah adik kandung PB XIII Hangabehi yang selama ini mengelola Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat menolak sekaligus tidak mengakui rekonsiliasi antara PB XIII Hangabehi dan PB XIII Tedjowulan.
Alasan mereka, ada keterlibatan pihak luar, Walikota Solo Joko Widodo,  dalam proses rekonsiliasi itu karena khawatir dipelintir menjadi persoalan politik. Apalagi Jokowi sedang dalam proses pencalonan menuju kursi gubernur DKI Jakarta
Sebagai orang Jawa yang berada di luar tembok Keraton Kasunanan Surakarta, terus terang saya tidak nyaman dengan kondisi selama ini melihat perpecahan keluarga di Keraton Solo. Mengapa mesti udreg-udregan di antara kaum yang semestinya menjadi panutan masyarakat ini? Dalam proses penyelesaian perselisihan atau rekonsiliasi, bila para pihak bersengketa tidak bisa menyelesaikan sendiri, sebenarnya wajar saja bila melibatkan pihak luar.
Jadi, bila Hangabehi dan Tedjowulan mau berekonsiliasi kenapa mesti ada pihak yang mempersoalkan? Bukankah seharusnya kita dukung supaya hal itu benar-benar terwujud?
”Soalnya sepak bola Solo tidak sekuat di Madrid atau Barcelona, Mas. Coba kalau bal-balan Solo bisa juara Liga Indonesia, mungkin rekonsiliasi di Keraton Kasunanan Surakarta bisa dari dulu,” ujar Mas Slamet, teman saya. Meski sama nama, dia bukan keturunan Kiai Slamet.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya