SOLOPOS.COM - Penampilan seni khas Jawa Timur sebagai salah satu pembuka Kongres Bahasa Jawa VII di The Alana Solo, Selasa – Kamis (28-30/11/2023). (Solopos.com/Maymunah Nasution)

Pemerintah Provinsi Jawa Tengah, Pemerintah Provinsi Jawa Timur, dan Pemerintah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta baru saja bekerja sama menyelenggarakan Kongres Bahasa Jawa VII.

Pada kongres VII ini Jawa Tengah menjadi tuan rumah. Kongres bertempat di The Alana Hotel and Convention Center di Kecamatan Colomadu, Kabupaten Karanganyar, pada Selasa hingga Kamis (28—30/11/2023).

Promosi Isra Mikraj, Mukjizat Nabi yang Tak Dipercayai Kaum Empiris Sekuler

Salah satu keputusan penting kongres tersebut adalah menyerahkan tuan rumah penyelenggaraan Kongres Bahasa Jawa VIII pada 2028 kepada Pemerintah Provinsi Jawa Timur.

Kongres bahasa Jawa diselenggarakan tiap lima tahun sekali, lokasi bergiliran di Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Daerah Istimewa Yogyakarta. Kongres yang baru saja selesai adalah kongres VII. Artinya ”rezim” kongres bahasa Jawa telah berlangsung lebih dari 30 tahun.

Selalu mengemuka pertanyaan, setelah kongres lalu apa? Pertanyaan ini menjadi penting karena dari kongres ke kongres tampak nyata penurunan kualitas pembelajaran bahasa Jawa di sekolahan dan kualitas penggunaan bahasa Jawa di keluarga-keluarga dan lingkungan orang-orang Jawa.

Secara kuantitas teridentifikasi ada perkembangan bahasa Jawa yang menggembirakan. Era desentralisasi meniscayakan daerah-daerah lokus kebudayaan Jawa punya wewenang besar menyelenggarakan pendidikan bahasa Jawa bersama pelestarian, pembinaan, dan pemberdayaannya.

Generasi orang-orang Jawa kini jauh lebih sejahtera. Sebagian di antara mereka menjadi diaspora karena menempuh studi atau bekerja di luar negeri. Mereka membawa kejawaaan mereka di luar negeri. Diaspora berperan melebarkan pengenalan bahasa Jawa dan budaya Jawa secara lebih umum.

Ketika orang-orang Jawa makin sejahtera, penerbitan buku-buku berbahasa Jawa—sebagian diterbitkan swadaya oleh penulisnya—tak pernah berhenti. Artinya reproduksi bahasa Jawa dalam wujud teks sastra dan nonsastra terus berkesinambungan.

Walakin, kekhawatiran ihwal penurunan kualitas berbahasa Jawa makin kentara. Makin banyak generasi muda Jawa yang tak punya ”rasa kejawaan”, sekadar menjadi wong Jawa karena lahir di keluarga Jawa, tinggal di lokus kebudayaan Jawa, dan berbahasa Jawa (ngoko) tiap hari.

Dalam lanskap kebudayaan dan bahasa Jawa demikian ini ”rezim” kongres bahasa Jawa tidak mempunyai kekuatan eksekusi. Semua rekomendasi diserahkan kepada pemerintah tiga provinsi sebagai pemangku kebijakan dan diserahkan kepada seluruh komunitas masyarakat Jawa yang hidup di lokus peradaban Jawa (Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Daerah Istimewa Yogyakarta).

Realisasi hasil kongres boleh dikatakan sepenuhnya tergantung pada kepedulian ”rezim” di tiga provinsi itu. Dibutuhkan satu kelompok kerja khusus yang memantau realisasi rekomendasi hasil kongres.

Dengan demikian, pada kongres berikutnya tersaji data konkret tentang kemunduran bahasa Jawa di daerah mana dan kemajuan bahasa Jawa di daerah mana. Data akan menjadi landasan perumusan langkah teknis dan strategis memajukan, melestarikan, dan memberdayakan bahasa Jawa. Tanpa langkah demikian ”rezim” kongres bahasa Jawa hanya akan menjadi rutinitas berbiaya besar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya