SOLOPOS.COM - Fathorrazi (FOTO/Dok)

Fathorrazi (FOTO/Dok)

Alumnus TMI Al-Amien
Prenduan, Sumenep, Madura
dan Universitas Islam Negeri
Sunan Kalijaga Jogja

Promosi Pembunuhan Satu Keluarga, Kisah Dante dan Indikasi Psikopat

jika macam kitab suci kerap terbaca
diurai dan ditafsirkan
mengapa renda bara tetap berlumur lara
mengapa hidup terjal di altar batu-batu paksa.
percuma saja
ladang pikiran basahmu meranumkan aniaya
rapalkan alpa panermu
kultuskan atas asma paling sakral.
macam apa legitimasi diri
demi menelanjangi keragaman hayati
percuma saja kitab suci diagungkan
jika yang terlahir rumu-rumus kamuflase yang menghancurkan.

Realitas isu kekerasan organisasi kemasyarakatan (ormas) anarkistis seolah tiada tuntas dibahas dan dicerna ulang. Indonesia yang memiliki ragam agama seakan tidak dipahami oleh kelompok garis keras. Lebih miris lagi, jargon kedamaian yang dapat meredam aksi anarkisme, bak sekadar makanan yang bergizi kemudian dimuntahkan begitu saja. Jargon kedaimaian itu hanya bualan belaka.
Keberadaan ormas yang ”berwajah sangar” dan mengatasnamakan ”kebenaran” mendapat reaksi negatif dari sebagian masyarakat yang kontra karena bisa meracuni sendi-sendi kebebasan individu atas keyakinan masing-masing atau atas nama kebebasan berpikir sekalipun. Oleh karena itu, mereka ingin bebas dari ancamann ormas anarkistis tidak lebih karena alasan masyarakat merasa risih, cemas, maupun terancam.
Jika dilihat dengan kaca mata model premanisme,  ormas anarkistis bisa juga disebut gaya premanisme, selain sebutan premanisme intelektual akademis hingga preman pedesaan dan perkotaan yang tidak segan-segan memalak seseorang di titik jalan rawan. Sebagaimana kita mafhum, aksi premanisme acap kali meresahkan masyarakat, lantaran tindakan brutal dijadikan senjata untuk bertindak. Hal ini seolah menegaskan kedamaian sekedar utopia, tidak mungkin menjelma dalam roda kehidupan ini.
Siapa pun akan mengatakan kekerasan dalam bentuk atau maksud apa pun bukan cara utama dalam menyelesaikan persoalan. Harus disadari bahwa kekerasan berdampak mengobrak-abrik hak individu (khusus) yang berimbas negatif pada persaudaraan (solidaritas) di antara kita. Mau dibawa ke mana semangat kasih sayang, peduli, gotong royong, toleransi, tenggang rasa yang dibangun susah payah itu?

Kepentingan
Apakah makna pluralitas (inklusif) sekadar cukup diungkapkan, kemudian hilang bagai asap? Rasanya, kita memang menghadapi utopia membangun rasa aman, tenteram, makmur, damai dan sentosa di sebuah negeri yang kerap terbentur kepentingan yang berbeda dan diselesaikan dengan kekerasan.
Kita terlalu banyak menelan rasa pahit, walaupun hanya sedikit yang menyadarinya. Lebih miris lagi, ketika hukum yang katanya panglima demi menghajar ketidakadilan, kini tumpul. Jika hal tersebut belum tuntas, siapa yang berani bertanggung jawab? Selain itu, mirisnya lagi teriakan atas nama Tuhan, seolah tidak ditambatkan dalam hatinya paling dalam. Teriakan mengatasnamakan Tuhan itu, menurut saya hanya sebatas menegaskan kemuakan terhadap keyakinan agama lain (legitimasi semu).
Bukankah kita diajarkan akan pentingnya makna atau simbol Bhinneka Tunggal Ika, Pancasila dan UUD 45, serta ilmu-ilmu keagamaan selama bertahun-tahun kita disekolahkan? Hal tersebut tidak hanya berisikan subtansi yang kering, bukan pula dianggap sekadar isapan jempol. Selain itu, kita diajarkan bagaimana menghargai dan menghormati perbedaan etnis, suku, ras, dan agama.
Jika kita hidup dalam kedamaian, berarti bukan memarginalkan, mendiskreditkan, mendiskriminasikan. Apa pun alasannya, tindakan brutal tanpa ada alasan objektif bukanlah penyelesaian yang menyehatkan. Hemat saya, merebaknya ormas garis keras mengatasnamakan kepentingan masyarakat salah satunya mengindikasikan lemahnya peran pemerintah dan aparat keamanan dalam menangani problematika yang membelit negeri ini.
Problematika ormas memang tak ada habisnya seiring makin seringnya aksi anarkistis yang masyhurnya berprinsip demi menegakkan hal yang makruf demi menangkal kemungkaran (ya’muruna bil ma’rufi wayanhawna ‘anil munkari). Namun realitasnya, tidaklah demikian.
Aksi anarkisme hingga menyebabkan jatuhnya korban tidaklah sesuai dengan apa yang diharapkan masyarakat. Aksi mereka diminorkan dengan ya’muruna bil munkari wayanhawna ‘anil ma’rufi. Saya rasa, kalau begitu adanya, mereka (ormas anarkistis) tidak punya rasa malu mengais ludahnya sendiri.
Salah satu ormas anarkistis yang sering menjadi sorotan, ulahnya kerap kali menebar model kekerasan tersebut. Konklusi sementara saya adalah mereka tidak sungguh-sungguh memaknai ayat berbunyi: Wa ya’muruna bil ma’rufi wa yanhauna ‘anil munkar wa sari’una fil khairati. Ulâika minas-shalihin (QS Al Imran: 114) dan hadis: man roa minkum munkara fal yughairrhu biyadihi. Ada ormas yang berjargon Islam yang mestinya sangat baik jika bersikap humanis (Islam rahmatan lil alamin), tidak serta-merta harus menghakimi atas kebenaran yang diyakininya sendiri.
Saya hanya berharap ormas tak tergesa-gesa bertindak anarkistis. Saya setuju dengan keberadaan ormas di tengah-tengah masyarakat di negeri ini. Akan tetapi, kontribusi ormas tersebut diharapkan memberikan pencerahan untuk kepentingan bersama, bukan malah bertindak anarkis.
Selain dari itu, masalah menyangkut membubarkan ormas anarkistis tentu tidak bisa asal membubarkan. Ada prosedur tertentu yang tidak mudah. Ormas diatur dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1985 tentang Organisasi Kemasyarakatan serta Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 1986 tentang Keormasan sebagai Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1985.
Baru-baru ini berembus kabar tentang RUU Ormas yang akan menggantikan UU Ormas yang berlaku sekarang. Semoga subtansi RUU tersebut dapat menampung aspirasi rakyat dan tidak boleh disusupi unsur-unsur yang dapat merugikan aspirasi rakyat.
Pada akhirnya, sebagai manusia yang merupakan makhluk sempurna di antara ciptaan-Nya, saya berharap ormas anarkistis bersikap humanis dan kritis yang mencerdaskan. Bukan berpikir keruh penuh egoisme individu demi memuaskan keinginan semu, utamanya bagi ormas yang gandrung menebar kekerasan dan main hakim sendiri. Ini deskripsi kecil saya. Selebihnya, wallahu ‘alam bish-shawabin.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya