SOLOPOS.COM - Mochammad Ilham Iqbal (Solopos/Istimewa)

Solopos.com, SOLO – Seiring perkembangan dunia menuju revolusi industri keempat, Indonesia merangkul konsep society 5.0. Ini adalah konsep masyarakat yang berpusat pada manusia yang menggabungkan teknologi inovatif dengan kesejahteraan warga.

Bidang pemasyarakatan di Indonesia telah menjadi saksi berbagai analisis kritis yang mengeksplorasi potensi dampak dari pengintegrasian prinsip-prinsip society 5.0. Penting menggali konteks historis, tokoh-tokoh kunci, dan dampak dari analisis kritis society 5.0 di bidang pemasyarakatan di Indonesia.

Promosi Pramudya Kusumawardana Bukti Kejamnya Netizen Indonesia

Penting pula menganalisis kontribusi individu-individu yang berpengaruh, mendiskusikan berbagai perspektif, dan memberikan analisis yang beralasan dengan mempertimbangkan aspek positif dan negatif.

Dalam memahami analisis kritis society 5.0 di bidang pemasyarakatan di Indonesia, penting untuk melihat konteks historis dan tokoh-tokoh kunci yang telah membentuk diskusi tentang ini.

Sistem pemasyarakatan di Indonesia, seperti halnya di banyak negara lain di dunia, menghadapi tantangan berupa kepadatan penghuni dan sumber daya yang tidak memadai.

Konsep society 5.0 adalah konsep penjara pintar yang menarik perhatian dengan fokus pada rehabilitasi dan reintegrasi narapidana melalui teknologi canggih.

Salah satu tokoh kunci dalam memajukan analisis kritis society 5.0 di bidang pemasyarakatan adalah Profesor Bambang Rudjito. Dia berpendapat prinsip-prinsip society 5.0 dapat mentransformasi lembaga pemasyarakatan dengan mengintegrasikan teknologi seperti kecerdasan buatan, virtual reality, dan big data analytics.

Semua itu diberdayakan untuk meningkatkan pendidikan narapidana, pengembangan keterampilan, dan dukungan kesehatan mental. Penelitian dan publikasi Rudjito menginspirasi para akademikus dan pembuat kebijakan untuk mempertimbangkan potensi pendekatan transformatif ini.

Dampak dari analisis kritis tentang society 5.0 di bidang pemasyarakatan di Indonesia mencakup berbagai bidang, termasuk rehabilitasi narapidana, efisiensi operasional, dan persepsi masyarakat.

Pertama, integrasi prinsip-prinsip society 5.0 dalam sistem pemasyarakatan dapat meningkatkan fokus pada rehabilitasi narapidana. Dengan memanfaatkan teknologi, narapidana dapat mengakses ruang kelas virtual, program pelatihan kejuruan, dan sesi terapi yang dipersonalisasi.

Hasilnya adalah potensi keberhasilan reintegrasi ke dalam masyarakat meningkat sehingga mengurangi tingkat residivisme. Kedua, analisis kritis terhadap society 5.0 di lembaga pemasyarakatan memungkinkan efisiensi operasional dan peningkatan keamanan.

Teknologi pintar dapat membantu memantau perilaku narapidana serta memastikan keamanan bagi narapidana dan staf. Selain itu, penerapan analisis data besar membantu dalam mengidentifikasi pola dan mengatasi celah keamanan sehingga meningkatkan manajemen lembaga pemasyarakatan secara keseluruhan.

Ketiga, pengaruh society 5.0 di bidang pemasyarakatan memiliki potensi untuk membentuk persepsi masyarakat dan mengurangi stigma yang terkait dengan pemenjaraan.

Dengan menekankan rehabilitasi narapidana dan reintegrasi yang sukses, society 5.0 bertujuan menciptakan masyarakat penuh kasih yang memberikan kesempatan bagi semua individu, terlepas dari kesalahan masa lalu mereka.

Individu-individu yang berpengaruh memiliki peran penting dalam membentuk analisis kritis tentang society 5.0 di bidang pemasyarakatan di Indonesia. Mari kita analisis dua perspektif berbeda yang muncul.

Satu perspektif berfokus pada dampak positif society 5.0 di lembaga pemasyarakatan. Para pendukungnya berpendapat bahwa dengan mengadopsi pendekatan ini, Indonesia dapat mengatasi tantangan seperti kepadatan penghuni dan sumber daya yang terbatas.

Mereka percaya teknologi canggih dapat merevolusi rehabilitasi narapidana yang mengarah pada penurunan tingkat kejahatan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat. Di sisi lain, perspektif kritis menyoroti potensi kelemahan dan masalah etika yang terkait dengan society 5.0 di lembaga pemasyarakatan.

Para kritikus berpendapat bahwa ketergantungan yang berlebihan pada teknologi dapat merendahkan martabat pengalaman penjara dan merusak pentingnya interaksi manusia secara tradisional dalam rehabilitasi.

Selain itu, ada kekhawatiran tentang privasi data dan potensi penyalahgunaan atau eksploitasi informasi tahanan. Analisis kritis terhadap society 5.0 di bidang pemasyarakatan di Indonesia mencerminkan ambisi negara ini untuk menggabungkan kemajuan teknologi dengan kesejahteraan masyarakat.

Dengan melihat konteks historis, tokoh-tokoh kunci, dan dampak analisis ini, jelaslah bahwa society 5.0 memiliki potensi yang signifikan dalam meningkatkan rehabilitasi narapidana dan mendorong efisiensi operasional.

Sangat penting untuk mempertimbangkan perspektif yang beragam dan mengatasi masalah etika yang terkait dengan ketergantungan yang berlebihan pada teknologi.

Perkembangan pada masa depan dalam bidang ini harus memprioritaskan keseimbangan antara integrasi teknologi dan mempertahankan elemen manusia dalam sistem pemasyarakatan yang pada akhirnya berjuang menuju masyarakat yang lebih berbelas kasih dan inklusif.

(Esai ini terbit di Harian Solopos edisi 5 Maret 2024. Penulis adalah mahasiswa Politeknik Ilmu Pemasyarakatan)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya