SOLOPOS.COM - Herni Budiati (Solopos/Istimewa)

Solopos.com, SOLO – Implementasi  Kurikulum Merdeka menerapkan kegiatan intrakurikuler, ekstrakurikuler, dan kokurikuler dalam bentuk proyek penguatan profil pelajar Pancasila.

Manfaat proyek ini adalah  menjadi sarana mendorong murid menjadi pelajar sepanjang hayat yang kompeten, berkarakter, dan berperilaku sesuai nilai-nilai Pancasila.

Promosi 204,8 Juta Suara Diperebutkan, Jawa adalah Kunci

Proyek ini memberikan kesempatan kepada murid mengalami pengetahuan sebagai proses penguatan karakter sekaligus kesempatan belajar dari lingkungan sekitarnya. Di SMPN 23 Solo ini menjadi tantangan baru.

Kepala sekolah sebagai pemimpin pembelajaran harus mampu menciptakan situasi belajar yang aktif dan berkelanjutan. Pengelolaan proyek ini bertujuan membangun budaya positif di satuan pendidikan seperti berpikiran terbuka, senang mempelajari hal baru, dan sikap kolaboratif.

Potensi besar sumber daya manusia, sarana dan prasarana, dukungan orang tua murid, dan jalinan kemitraan dengan pihak luar menjadi aset kepala sekolah menerapkan strategi yang diharapkan mampu mewujudkan proyek penguatan profil pelajar Pancasila yang terencana, sistematis, dan berkualitas.

Berbagai dukungan itu tidak sepenuhnya siap 100%, terutama dalam hal sumber daya manusia. Guru pengampu proyek ini beragam usianya, berbeda masa kerja, berbeda pengalaman mengajar, berbeda cara mengelola kelas, dan berbeda kemampuan mengaplikasikan teknologi informasi.

Perbedaan tersebut tidak semuanya berkorelasi dengan kemampuan guru dalam membuat konsep, inisiatif, komitmen, dan daya juang. Kepala sekolah berupaya menerapkan srtaregi rencanakan, pastikan, implementasikan, dan refleksikan—disingkat repair—yang diharapkan mewujudkan proyek berdiferensiasi yang mengakomodasi kebutuhan murid.

Peran kepala sekolah adalah membentuk tim fasilitasi, merencanakan waktu, modul, materi, media, dan asesmen yang berpusat pada murid. Membangun komunikasi untuk kolaborasi antara orang tua murid, warga satuan pendidikan, dan narasumber maupun mitra pengaya proyek.

Peran lainnya adalah mengembangkan komunitas praktis untuk peningkatan kompetensi pendidik; mendampingi proyek dan mengelola sumber daya satuan pendidikan secara transparan dan akuntabel.

Kemudian melakukan coaching secara berkala bagi pendidik dan merencanakan, melaksanakan, merefleksikan, serta mengevaluasi pengembangan aktivitas dan asesmen proyek yang berpusat pada murid.

Tantangannya adalah belum ada pengalaman melaksanakan proyek;  budaya positif satuan pendidikan belum terbangun secara maksimal dalam hal keterbukaan dalam berpikir, mempelajari hal-hal baru, dan berkolaborasi.

Tantangan berikutnya, harus mampu memahamkan guru bahwa perencanaan pelaksanaan dan asesmen pembelajaran berbasis proyek sangat penting untuk tercapainya tujuan pembelajaran.

Tak kalah penting adalah sebagian besar guru belum memahami konsep, implementasi, dan penilaian pembelajaran berbasis proyek; serta sebagian besar guru belum memiliki pengalaman menjalin kemitraan untuk mendukung proses pembelajaran.

Strategi dimulai dari tahap rencanakan, yaitu merencanakan sosialisasi, pembentukan tim fasilitasi, hingga perencanaan pengelolaan sumber daya manusia terutama guru dalam menyusun modul, materi, lembar kerja, media dan asesmennya.

Sosialisasi proyek dilaksanakan kepada guru, murid, dan orang tua murid. Kepala sekolah menyusun koordinasi yang sistematis dan terencana, serta membuka ruang kolaborasi mengajar antarguru mata pelajaran yang berbeda.

Sistem jadwal blok memungkinkan murid mengikuti pembelajaran secara fokus, utuh, dan berkualitas. Guru tidak terbebani karena saat kegiatan kokurikuler hanya fokus pada proyek.

Skema koordinasi dilaksanakan dengan membuat jadwal pertemuan dengan tim fasilitasi dan semua yang terlibat dalam proyek penguatan pelajar Pancasila.

Penyusunan modul, materi, lembar kerja, media pembelajaran, penyiapan asesmen, kemitraan dengan pihak luar sekolah, kesepahaman terhadap skenario pembelajaran, dan runtutan pelaksanaan proyek terwujud dalam jadwal yang terkoordinasi.

Ruang Kolaborasi

Tahap pastikan adalah membangun komunikasi antara orang tua murid, warga satuan pendidikkan, dan narasumber maupun mitra pengaya. Di samping itu juga mengembangkan komunitas praktisi di satuan pendidikan untuk peningkatan kompetensi pendidik yang berkelanjutan.

Hal tersebut dilakukan dengan memfasilitasi berbagai forum pertemuan dan pembinaan, diskusi dengan guru pengampu, membuka ruang kolaborasi dengan membiasakan berbagi tugas untuk menyiapkan semua keperluan administratif maupun teknis, dan membentuk jalur komunikasi dalam jaringan yang memudahkan koordinasi dan komunikasi.

Tahap implementasi dilaksanakan dengan mendampingi proyek dan mengelola sumber daya secara transparan dan akuntabel sekaligus melakukan coaching secara berkala bagi pendidik. Kepala sekolah mengawal secara langsung dengan monitoring periodik dan menyeluruh.

Murid mengikuti pembelajaran secara variatif, konten materi maupun proses. Media pembelajaran dikemas secara variatif sehingga mengakomodasi semua tipe gaya belajar murid. Selain dari guru, sumber belajar murid diperoleh dari Internet, buku, maupun media pembelajaran yang variatif.

Proses pembelajaran dilaksanakan secara klasikal, kelompok, maupun individu di dalam dan di luar kelas. Penilaian formatif dilaksanakan sebagai perbaikan kualitas pembelajaran.

Guru pengampu melaksanakan penilaian secara langsung berdasarkan asesmen yang telah terencana beserta rubrik yang tersedia.



Pada semua produk, guru wajib memberikan umpan balik yang positif untuk peningkatan kualitas karya dan kegiatan diupayakan menyertakan seluruh warga sekolah.

Tahap refleksikan direalisasikan melalui umpan balik dan refleksi dari tim fasilitasi, wakil kepala sekolah bidang kurikulum, tim komite pembelajaran, dan guru-guru pelaksana proyek.

Evaluasi dan refleksi menjadi pedoman dalam perbaikan kualitas pelaksanaan proyek selanjutnya. Kolaborasi guru antarmata pelajaran dalam perencanaan, pelaksanaan, hingga penilaian memerlukan koordinasi dan komunikasi intensif, sehingga tujuan proyek berdiferensiasi diperoleh maksimal.

Analisis kebutuhan murid lebih ditekankan supaya pendekatan yang digunakan saat pelaksanaan proyek berikutnya lebih bersifat lokal, namun bermuatan global.

Pengemasan materi dan sumber belajar, penyusunan skenario dan media pembelajaran, serta penentuan asesmen dalam proyek disusun lebih sistematis dan terencana.

Guru berperan sebagai fasilitator dan murid belajar berdasar kodrat serta memperoleh kemerdekaan mengembangkan diri. Dampak strategi ini adalah terbangun budaya positif di satuan pendidikan. Indikasinya tercipta situasi belajar yang aktif dan berkelanjutan bagi guru dalam komunitas belajar.

Hal ini ditandai makin terasahnya kinerja guru dalam berkolaborasi, berkembangnya keterbukaan berpikir, dan guru senang belajar hal baru karena proyek bersifat lintas mata pelajaran.

Pembiasaan berkoordinasi dan berkomunikasi membuahkan kinerja makin solid dan rasa tanggung jawab bersama makin berkembang.

Keterampilan guru menyusun modul, membuat skenario pembelajaran, menyusun lembar kerja, menyiapkan media pembelajaran, dan asesmen formatif maupun sumatif makin terasah dan kemampuan mengelola kelas lebih meningkat.

(Versi lebih singkat esai ini terbit di Harian Solopos edisi 6 September 2023. Penulis adalah Kepala SMPN 23 Solo)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya