SOLOPOS.COM - Rumi Iqbal Doewes (Solopos/Istimewa)

Solopos.com, SOLO — Memasuki pekan ke-11 persaingan Liga 1 Indonesia 2022 kian panas. Dalam pergulatan lima besar hanya terpaut dua angka sehingga mudah sekali terjadi pergeseran posisi dalam klasemen sementara dan berdampak pada meningkatnya tensi pertandingan yang tinggi, diikuti dengan panasnya persanginan antar suporter Liga Indonesia yang bertanding.

Kabar duka kembali menyelimuti sepak bola Indonesia. Laga derbi Jawa Timur yang mempertemukan Arema FC dan Persebaya berakhir dengan tragedi memilukan. Sampai tulisan ini dibuat, tercatat sebanyak 131 orang meninggal dunia [kini telah bertambah menjadi 134 orang yang meninggal dunia]. Sementara ratusan lainnya mengalami luka-luka.

Promosi Strategi Telkom Jaga Jaringan Demi Layanan Telekomunikasi Prima

Kekecewaan terhadap hasil akhir diyakini menjadi salah satu sebab terbesar yang mendorong terjadinya kericuhan di dalam stadion, terlebih terdapat fakta yang dianggap menyakitkan oleh Aremania mengingat selama 23 tahun lamanya Arema tidak pernah kalah di kandang ketika menghadapi Persebaya.

Rekor apik tersebut kemudian sirna tatkala Persebaya berhasil menaklukkan Arema. Selain kekecewaan, kericuhan ini juga tampaknya disebabkan berbagai akumulasi ketidakdisiplinan suporter di Indonesia secara umum. Tragedi yang terjadi di Stadion Kanjuruhan, Kabupaten Malang, ini menyita perhatian berbagai media internasional.

Banyaknya korban meninggal menempatkan insiden di Stadion Kanjuruhan masuk urutan kedua dalam 10 besar tragedi kerusuhan di stadion yang menelan korban jiwa terbesar, di bawah  tragedi di Estadio Nacional, Lima, Peru, pada 24 Mei 1964, yang menyebabkan 328 orang meninggal.

Ini menjadi salah satu insiden terburuk dalam sejarah persepakbolaan Indonesia, bahkan dunia. Pada rentang 1995-2017 telah jatuh 58 korban jiwa. Sangat disayangkan ketika prestasi sepak bola Indonesia mulai bangkit justru terjadi tragedi.

Tim nasional Indonesia senior mentas di Piala Asia 2023 setelah 16 tahun hilang dari kompetisi tertinggi di level Asia tersebut, runner-up Piala AFF 2020, meraih medali perunggu SEA Games 2021, naik 20 peringkat di FIFA kurang dari satu tahun, tim nasional Indonesia U-16 sukses menjuarai Piala AFF U-16 2022, dan Indonesia resmi ditunjuk FIFA sebagai tuan rumah kejuaraan Piala Dunia U-20 2023.

Indonesia berhasil menyisihkan Brasil dan Peru yang juga mengajukan diri menjadi tuan rumah. FIFA bisa saja mengkaji keputusan menjadikan Indonesia sebagai tuan rumah penyelenggaraan Piala Dunia U-20. Tentu merugikan rakyat Indonesia yang sudah menanti momentum bersejarah itu.

Memerangi Kekerasan

Ketika ada kerusuhan suporter, apa hukuman yang diberikan federasi sepak bola Indonesia kepada mereka? Denda? Tanpa penonton di beberapa laga? Menonton tanpa atribut? Di mana efek jeranya? Hukuman-hukuman yang dijatuhkan federasi kepada klub setelah kerusuhan dan kekerasan terbukti tidak membuat para suporter menjadi dewasa.

Federasi tidak atau belum belajar bahwa ketidakdewasaan sejumlah suporter merupakan akibat dari mereka yang terlalu lembek dalam memberikan hukuman atau pilih kasih. UEFA pernah memberikan hukuman pengurangan enam poin (di babak kualifikasi Piala Eropa 2016) dan denda 120.000 euro kepada federasi sepak bola Rusia karena pendukungnya menyerang penjaga keamanan stadion, menyalakan kembang api, serta memasang spanduk dan bendera bernada rasis saat tim nasional Rusia menghadapi Republik Cheska pada 2012.

Efek yang diberikan UEFA kepada Rusia membuat negara tersebut berbenah dan membangun efek jera dengan membuat regulasi dengan hukuman berat untuk suporter yang membuat keributan. Misalnya, klub yang suporternya melakukan kekerasan atau kerusuhan dihukum tanpa penonton selama satu sampai tiga tahun atau lebih, didiskualifikasi dari liga, hingga degradasi.

Semakin berat hukuman para suporter akan semakin berhati-hari dalam bertindak karena berdampak pada keberlangsungan klub yang didukung. Fanatisme suporter sepak bola Indonesia bukan hanya di Indonesia. Pemerintah Yunani memutuskan menghentikan liga sepak bola setelah terjadi kerusuhan pada laga Olympiakos versus Panathinaikos.

Pemerintah Yunani juga bertindak tegas. Mereka memutuskan menghentikan tiga liga teratas di Yunani lantaran kerusuhan tersebut. Ini bukan kali pertama liga Yunani dihentikan. Sebelumnya, dua kali liga sepak bola negara itu dihentikan karena berbagai masalah.

Operator liga dan induk organisasi sepak bola Indonesia perlu lebih tegas dalam menindaklanjuti setiap kekerasan oleh suporter. Jika terlalu permisif, jangan heran akan bertambah lagi korban-korban yang akan berjatuhan ketika menyaksikan sepak bola Indonesia.

Suporter memang sangat dibutuhkan klub sepak bola. Kehadiran mereka bisa meningkatkan semangat dan menghasilkan  pemasukan  bagi  tim. Suporter memberikan keuntungan dan juga kerugian kepada klub sepak bola. Suporter bisa meningkatkan nama klub yang dibela. Sepak bola tanpa suporter ibarat rendang tanpa daging.

Banyak pihak mengibaratkan suporter itu pemain  ke-12  bagi  klub  sepak bola. Pada  era  ketika  sepak bola  sudah mejadi kekuatan ekonomi, peran suporter menjadi sesuatu yang vital bagi suatu klub. Fenomena berbagai kericuhan dan kerusuhan yang dilakukan para suporter sesungguhnya dapat menjadi representasi wajah olahraga Indonesia.

Para pencinta olahraga sepatutnya menganggap kerusuhan dan kericuhan yang dilakukan para suporter merupakan masalah bersama. Perlu pembenahan di segala sisi. Kerusuhan di lapangan sebenarnya terjadi karena ada celah yang memungkinkan kerusuhan itu terjadi.

Pertama, lemahnya sistem pengelolaan pertandingan karena ketidakprofesionalan pengelolaan sepak bola. Petugas keamanan perlu dievaluasi atau mungkin pelatihan terkait safety and security regulation standar FIFA. FIFA melarang penggunaan gas air mata atau gas pengendali massa.

Kedua, kualitas infrastruktur pertandingan sepak bola di indonesia, terutama stadion masih jauh dari kualitas stadion ideal. Stadion tentu mempunyai batas maksimal kapasitas penonton. Dengan kondisi stadion sekarang, pengelola harus memahami kapasitas suporter yang masuk ke dalam stadion.

Kelompok-kelompok suporter perlu mengadakan pembinaan dan pemantauan kondisi internal demi mewujudkan perilaku well being. Ketiga, mengaktifkan kembali forum Indonesia damai  menyatukan seluruh suporter di  indonesia. Sepak bola adalah alat pemersatu bangsa Indonesia. Semua kelompok suporter bisa saling memberikan informasi atau bersilaturahmi menjadikan suporter yang sportif dan ideal.

Keempat, membudayakan suporter siap menang dan siap kalah (legawa) dan menciptakan lagu perdamaian selama pertandingan. Apabila ini terwujud pasti akan menghadirkan realitas sepak bola itu indah, sepak bola itu membahagiakan, sepak bola itu mengasyikkan.

(Esai ini terbit di Harian Solopos edisi 7 Oktober 2022. Penulis adalah dosen di Program Studi Kepelatihan Olahraga, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya