SOLOPOS.COM - Area sekitar Tugu Susu Murni akan menjadi lokasi pemasangan baliho Pemilu 2024 oleh KPU Boyolali. (Solopos.com/Ni’matul Faizah).

Filsuf Ernst Cassirer menyebut manusia adalah animal symbolicum, makhluk yang menggunakan simbol. Simbol selalu bermakna. Di dalamnya terdapat pengetahuan dan kebudayaan. Yang tergolong simbol yang diciptakan manusia, antara lain, mitos, religi, bahasa, seni, sejarah, ilmu pengetahuan.

Dalam kehidupan manusia banyak menciptakan simbol sebagai penanda hasil kebudayaan. Pemeritah Kabupaten Boyolali yang membangun berbagai simbol atau ikon daerah adalah bagian dari kerja kebudayaan. Pada 18 Desember 2023, Bupati Boyolali M. Said Hidayat meresmikan enam tugu dan taman baru.

Promosi Championship Series, Format Aneh di Liga 1 2023/2024

Enam ikon baru itu adalah Tugu Kalpataru, Tugu Adipura, Taman Metal,  Pesanggrahan Karang Tumaritis, Tugu Sayur, dan ikon Ceret dan Pogo di rest area Cepogo. Total ikon baru itu menghabiskan Rp9 miliar.

Pembangunan enam ikon baru itu menambah aneka ikon yang sebelumnya telah dibangun di kabupaten ini. Itu tentu saja bukan sekadar bangunan yang terbuat dari batu, cor, atau tembaga. Secara umum fungsi taman yang paling mendasar adalah menjadi ruang terbuka hijau sekaligus ruang publik.

Taman menjadi ruang terbuka hijau yang menjadi bagian penting dari penjagaan kualitas lingkungan. Sedangkan fungsi tugu yang umum adalah sebagai pemberi kesan ciri khas suatu daerah, sebagai penanda suatu peristiwa penting yang terjadi di tempat itu, bisa menjadi monumen kuburan atau atas tokoh tertentu, dan mengetahui batas wilayah.

Dua fungsi dasar taman dan tugu itu dalam konteks kini seharusnya tak berhenti di situ saja. Artinya pembelanjaan dana Rp9 miliar itu seharusnya jangan berhenti hanya menjadi ikon daerah yang mati, yang tak punya fungsi pemberdayaan bagi lingkungan sekitarnya.

Misalnya Tugu Sayur yang dibangun di Pasar Mangu, Kecamatan Ngemplak, Kabupaten Boyolali. Pasar Mangu dikenal sebagai pasar sayuran, melengkapi pasar-pasar lain seperti di Kecamatan Cepogo. Tugu Sayur harus bisa menjadi pendorong usaha pertanian dan bisnis masyarakat.

Tak cukup mempertahankan usaha pertanian, tetapi juga mengembangkan lebih optimal. Yang lebih penting lagi adalah pelibatan masyarakat dalam berbagai kegiatan pengembangan usaha ikonik itu. Dalam beberapa tahun terakhir, pemerintah getol membikin kawasan sentra industri ini dan itu di berbagai tempat.

Tak cukup membikin papan nama, tetapi harus ada serangkaian kegiatan untuk mengembangkan sentra usaha masyarakat itu menjadi lebih berkembang. Di sinilah tantangan bagi Pemerintah Kabupaten Boyolali. Bagaimana bisa memberdayakan ikon-ikon kawasan yang telah dibangun itu agar berperan penting bagi pemberdayaan kawasan sekitarnya, misalnya bagi kalangan usaha mikro dan kecil.

Bisa saja pembangunan ikon-ikon baru itu diselaraskan dengan rencana penataan pedagang kaki lima di seluruh kawasan Kabupaten Boyolali—terutama kawasan urban—yang akan direalisasikan pada 2024 dan telah dirancang secara matang pada 2023.

Tidak ada salahnya menjadikan ikon-ikon baru sebagai sentra pedagang skala mikro dan kecil yang sebelumnya berstatus pedagang kaku lima, tentu dengan penataan sedemikian rupa sehingga tugu dan taman itu tidak malah menjadi kumuh.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya