SOLOPOS.COM - Ponco Suseno (Solopos/Istimewa)

Solopos.com, SOLO – Suatu hari awal Januari 2024 hujan sangat deras. Sesekali terdengar suara petir yang menggelegar. Tak berapa lama, listrik di rumah kami di Kartasura, Sukoharjo, padam. Pada saat itulah anak bungsu saya ketakutan.

Sambil menangis, ia berlari dan segera mendekap erat ibunya. Tak berapa lama, anak bungsu saya itu terlelap tidur di pangkuan ibunya. Begitu anak saya terbangun, anak saya tidak takut lagi karena listrik di rumah kami sudah menyala dan tak ada lagi suara petir yang menggelegar.

Promosi Berteman dengan Merapi yang Tak Pernah Berhenti Bergemuruh

Anak saya telah mengatasi rasa takut dengan tidur. Takut memang tak bisa dihindarkan pada usianya yang masih di bawah tiga tahun (batita). Terlepas dari ketakutan yang dirasakan anak bungsu saya itu, saya merasa hal itu sangat wajar.

Rasa takut yang muncul itu justru semakin mendekatkan dirinya pada ibunya. Tentu, anak saya juga akrab dengan saya selaku ayahnya.  Dalam hidup memiliki rasa takut tidak salah. Yang salah adalah memiliki rasa takut secara berlebihan.

Ini sama artinya dengan memiliki ambisi itu penting, tapi terlalu berambisi (ambisius) itu malah bisa merugikan diri sendiri. Percaya diri itu bagus, terlalu percaya diri justru akan melenakan. Sesuatu yang berlebihan itu tidak baik.

Pada Maret 2020, Indonesia dilanda pandemi Covid-19. Pada saat itu banyak orang takut terinfeksi virus corona. Dampak terburuk dari virus tersebut adalah berisiko meninggal dunia. Pada awal masa pandemi Covid-19, banyak orang beranggapan keselamatan jiwa sedang terancam, baik yang memiliki penyakit penyerta atau yang tidak memiliki penyakit penyerta.

Agar tak terinfeksi virus corona, berbagai upaya dilakukan. Membeli vitamin di apotek untuk menopang daya tahan tubuh, menjaga pola hidup yang bersih dan sehat, hingga ada yang hanya berdiam diri di rumah alias mengurung diri di dalam rumah dengan harapan tak terpapar virus corona.

Pada saat itu ada yang beranggapan orang rebahan di rumah saja bisa menjadi “pahlawan” karena turut mencegah persebaran virus corona. Itu menjadi bagian respons yang menggelikan, namun masuk akal untuk menghindari ancaman Covid-19.

Saya sempat memprotes, mosok hanya dengan glundhang-glundhung di rumah bisa jadi seorang “pahlawan”. Di negara maju, seperti Amerika Serikat, ketakutan ternyata bisa dikelola menjadi sebuah hiburan menarik.

Di negara adidaya tersebut pernah ada program reality show berupa Fear Factor. Format acara ini bertujuan menghilangkan segala rasa takut dari dalam diri manusia, seperti beraksi di ketinggian, di dalam air, hingga harus berhadapan dengan hewan yang menjijikkan.

Itu semua dilakukan agar fear is not a factor for you. Manusia membutuhkan rasa takut. Dengan memiliki rasa takut manusia harus menyiapkan berbagai upaya preventif agar tak mengalami berbagai hal buruk.

Rasa takut juga mendorong naluri manusia menghindari mara bahaya dan lebih bisa mewawas diri. Salah satu manfaat rasa takut menjadikan seseorang bisa fokus dan memotivasi diri ke hal-hal positif.

Ketakutan yang wajar akan menjadi energi positif mengubah kelemahan menjadi kelebihan. Lantaran didasari rasa takut, orang tak akan mudah menyakiti orang lain, membohongi orang lain, melukai orang lain, hingga tak berani merugikan bangsa dan negara.

Itulah derajat rasa takut paling tinggi sebagai makhluk ciptaan-Nya. Orang yang takut melanggar ketentuan Tuhan Yang Maha Kuasa tak akan gampang berbuat yang merugikan dirinya sendiri dan orang lain. Orang yang takut berbuat dosa itu adalah mulia.

Bisa dibayangkan ada orang yang tak pernah memiliki rasa takut pada siapa pun, termasuk kepada Sang Pencipta. Tentu orang itu akan sering bertindak kebablasan. Tak mengherankan kasus korupsi merajalela dan angka kriminalitas meningkat.

Bisa jadi masih maraknya korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN) di negeri ini berawal dari orang tak punya lagi rasa takut. Perilaku korup di Indonesia saat ini sudah memasuki berbagai sendi kehidupan.

Perilaku buruk itu juga merebak di apartur Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) yang mestinya menjadi garda terdepan memberantas korupsi. Ironis sekali. Lantaran tak punya rasa takut sama sekali, perang pecah.

Rusia dan Ukraina masih terlibat perang hingga sekarang. Serangan Hamas ke wilayah Israel berbuah pembalasan Israel ke Gaza dan menjadi perang berkepanjangan. Termutakhir, pasukan Amerika Serikat dan Inggris melancarkan operasi militer di Timur Tengah, membombardir wilayah Yaman.

Terjadinya perang tersebut bisa memicu terjadinya perang dunia ketiga. Perang seperti itu karena ada negara yang tak memiliki rasa takut lagi. Bahwa sering kali perang hanya menimbulkan kesengsaraan bagi warga.

Merawat rasa takut pada prinsipnya akan menguntungkan diri sendiri dan orang lain. Sekali lagi, takut di sini adalah takut yang wajar dan bisa segera diatasi lebih lanjut. Jadi bukan merawat rasa takut yang berlebihan.

Tak perlu takut untuk memiliki rasa takut. Orang yang takut adalah orang yang mengamalkan ilmu dalam kehidupan nyata. Dengan memiliki rasa takut, orang akan selalu mewawas diri dan memperhitungkan apa yang akan diperbuat pada masa mendatang.

Orang yang merawat rasa takut bisa jadi telah menentukan masa depan secara on the track. Rasa takut yang dirawat itulah yang akan menjaga dirinya untuk tak berbuat neka-neka. Saat dia punya rasa takut, dia akan takut berbuat dosa karena dia selalu ingat siapakah dirinya dan ke mana akan kembali? Di atas langit masih ada langit.

Berawal dari rasa takut yang dirasakan anak bungsu saya pada awal Januari lalu, saya memetik pelajaran berharga bahwa merawat rasa takut itu sangat penting. Saya jadi paham, kenapa setiap manusia diberi rasa takut sejak kecil.

Kalau tidak bermanfaat bagi manusia, niscaya rasa takut itu tak akan diciptakan untuk manusia. Terima kasih buah hatiku, mari sama-sama merawat rasa takut untuk sesuatu yang lebih baik dan bermanfaat bagi kehidupan. Tak hanya untuk kita, tapi untuk semua. Semoga.



(Esai ini terbit di Harian Solopos edisi 22 Januari 2024. Penulis adalah jurnalis Solopos Media Group)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya