SOLOPOS.COM - (FOTO/Istimewa)

Ahmad Djauhar, Wartawan Jaringan Informasi Bisnis Indonesia (JIBI) (FOTO/Istimewa)

Sebagian kaum muslimin di berbagai penjuru dunia kemarin memeringati ulang tahun kelahiran Nabi Besar Muhammad SAW sebagai salah satu bukti kecintaan terhadap rasul Allah itu. Ada yang tidak merayakannya, karena kelompok ini berpandangan kegiatan perayaan Maulid Nabi sebagai hal yang baru, mengada-ada.
Tulisan ini tidak akan membahas perbedaan pandangan tersebut, karena masing-masing memiliki alasan yang kuat tentunya. Pembelajaran yang dapat kita petik dari momentum hari kelahiran nabi akhir zaman itu adalah teladan kepemimpinan yang senantiasa aktual di setiap generasi.
Sejarah membuktikan betapa Muhammad berhasil meletakkan fondasi yang kokoh dalam pembentukan peradaban maupun tata dunia baru berdasarkan Islam, yang meliputi berbagai aspek kehidupan, dan mampu bertahan hingga berabad-abad setelahnya.
Hal itu tentu saja tak terlepas dari prinsip dasar kepemimpinan yang digariskan oleh Muhammad—berdasarkan wahyu yang diterimanya. Tanpa kepemimpinan yang kuat, mustahil pemerintahan Islam dalam waktu singkat mampu menaklukkan berbagai kekuatan yang sebelumnya telah menguasai basis kekuasaan mereka, tak jarang yang berusia ratusan tahun.
Ciri dasar kepemimpinan yang digariskan Muhammad antara lain adalah mendengarkan aspirasi yang berkembang, melindungi golongan minoritas atau kelompok lemah, mementingkan kesejahteraan dan kesetaraan, serta menegakkan hukum yang berkeadilan.
Ketika berbagai aspek dasar kepemimpinan ini diterapkan, dalam waktu singkat pemerintahan Islam yang berpusat di Madinah mampu mewujudkan tata pemerintahan yang ditaati dan disegani oleh rakyat yang amat majemuk itu.
Betapa tidak. Karena penerapan aturan hukum yang adil, misalnya, masyarakat dari kelompok minoritas yang sebelumnya sering disia-siakan atau menjadi bulan-bulanan golongan kuat, kini merasa merdeka dan merasa sederajat.
Hal lain yang juga berubah fundamental adalah sistem kesejahteraan masyarakat yang bagus seiring dengan dibentuknya rumah harta (bayt_al-maal) yang sengaja menghimpun perbendaharaan negara—terutama bahan pangan—yang ditujukan bagi kaum tak mampu (duafa dan fakir miskin). Walhasil, tidak terlalu besar ketimpangan antara si kaya dan si miskin.
Kemajuan pesat lain yang dicapai adalah promosi ilmu pengetahuan dan teknologi. Pencapaian ini terjadi karena para pemimpin Islam ketika itu berinisiatif menerjemahkan dan mengadopsi berbagai ilmu pengetahuan yang berasal dari mana pun, untuk kemudian dikembangkan lebih jauh. Tradisi keilmuan benar-benar mencapai puncak kejayaannya pada abad-abad awal peradaban Islam, sehingga Eropa kemudian harus benar-benar menjadi ”murid yang baik” agar mampu menyerap ilmu pengetahuan dan teknologi tersebut.
Padahal, belum lama berselang, di era kegelapan atau jahiliah, masyarakat di Jazirah Arab praktis kurang dikenal oleh warga dunia karena mereka hidup bersuku-suku dan mengembara ke sana ke mari, sehingga tidak mengenal yang namanya peradaban.
Namun, setelah pemerintahan Madinah terbentuk, dalam waktu singkat dunia mengalami pencerahan secara total. Peradaban Islam pun melahirkan begitu banyak hal yang hingga kini masih menjadi inspirasi maupun rujukan dalam pengembangan ilmu pengetahuan maupun teknologi modern.

Promosi Uniknya Piala Asia 1964: Israel Juara lalu Didepak Keluar dari AFC

Mundur
Patut disayangkan bahwa beberapa abad kemudian, kepemimpinan Islam dalam peradaban dunia mengalami kemunduran. Hal itu terjadi antara lain karena inkosistensi para pemimpin pemerintahan berikutnya. Mereka cenderung melupakan prinsip yang digariskan oleh Muhammad SAW, sehingga tidak sedikit di antara mereka terjebak untuk sekadar menikmati kekuasaan ketimbang memikirkan kepentingan umat.
Hingga kini pun, kita menyaksikan betapa banyak pemimpin kita yang cenderung melupakan massa yang memilihnya sehingga dia mampu berada di kursi empuk kekuasaan. Tak hanya kekuasaan eksekutif, melainkan kekuasaan legislatif, bahkan yudikatif. Mereka lebih memikirkan bagaimana cara memperkaya diri, sebelum kekuasaan yang di genggamannya berakhir seiring perjalanan waktu.
Sungguh sebuah ironi, bahwa tidak sedikit pemimpin kita yang berlatar belakang muslim aktif, termasuk mereka yang dulunya aktivis organisasi keislaman di kampus, namun di panggung politik berubah menjadi badut yang berperilaku tidak beda dengan para petualang politik murni itu.
Kita menyaksikan para pemimpin itu secara berjemaah menjadi kelompok koruptor, yang merampok hak-hak rakyat, mengorbankan kepentingan umat dan bahkan tidak ragu untuk berbohong jika terhadap mereka diterapkan penegakan hukum. Benar-benar bertolak belakang dengan ketentuan mengenai kepemimpinan yang digariskan oleh Rasulullah SAW.
Seyogianya, melalui peringatan kelahiran Nabi Muhammad SAW ini, para pemimpin kita menjadi sadar bahwa kehidupan di dunia ini sangat singkat, termasuk kekuasaan itu. Lebih penting lagi adalah mereka hendaknya ingat bahwa kelak harus mempertanggungjawabkan kepemimpinannya di hadapan Yang Maha Adil.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya