SOLOPOS.COM - Ilustrasi orang gila (Madamenoire.com)

Tentang Islam diasuh oleh H. Muhammad Amir, S.H., C.N., Ketua Majelis Pembina Yayasan Pendidikan Islam Al Mukmin Ngruki, Sukoharjo. Tentang Islam juga dimuat di subrubrik Ustaz Menjawab Khazanah Keluarga Harian Umum Solopos, setiap Jumat.

Solopos.com, SOLO — Di Ngawi, Jawa Timur, seorang istri pergi meninggalkan suaminya yang sakit psikologis. Sang suami tidak bisa menafkahi keluarga sebagaimana mestinya.

Promosi Tragedi Simon dan Asa Shin Tae-yong di Piala Asia 2023

Apakah hal tersebut benar bila ditinjau dari kacamata Islam? Simak ulasannya kali ini, seperti pernah dimuat di Harian Umum Solopos, Jumat (14/6/2013).

Pertanyaan

Assalamu’alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh.
Pak, nama saya Marni (samaran) ibu rumah tangga dan suami saya bernama Anton (samaran). Suami saya mantan lurah atau di suatu daerah. Saya berumah tangga sudah lebih 22 tahun. Saya dikaruniai oleh Allah tiga orang anak.

Selama kurang lebih 21 tahun berumah tangga, keadaan rumah tangga sudah banyak mengeluarkan uang, tenaga, pikiran, bahkan masih punya tanggungan utang di bank cukup besar, maka suami saya menjadi berubah 180 derajat, pola berpikir, berinteraksi dengan keluarga dan masyarakat.

Suami saya tidak bertanggung jawab terhadap keluarga, diam tidak mau bicara, seperti orang sudah kehilangan ingatan alias gila. Pertanyaan saya Pak Ustaz.

1. Ditinjau dari hukum Islam, suami saya pernah melakukan praktik suap, beli suara kepada masyarakat, dengan tujuan agar menang atau terpilih sebagai Kades.

2. Karena suami saya sudah tidak berkomunikasi, hilang ingatan dan lupa menjalankan salat. Dosakah dia?

3. Karena saya tidak tahan, sekarang saya pulang ke kampung orang tua saya, di Jawa Timur. Sedang ketiga anak ikut nenek.

Mohon solusi dan nasihat yang terbaik buat saya.
Wassalamu’alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh. [Marni, Ngawi]

Ustaz Menjawab

Wa’alaikumsalam warahmatullaahi wabarakaatuh.
Ibu Marni yang sedang dilanda musibah. Sebagai seorang Islam, bila sedang mendapat musibah, ujian, cobaan, maka harus minta pertolongan Allah dengan sabar dan salat. Itulah romantika kehidupan. Setiap Nabi, Rasul dan orang beriman pasti mengalami ujian, cobaan, dan gangguan, antara lain perasaan takut, kekurangan makanan, haus, lapar, sakit dan sebagainya, maka harus sabar, ikhtiar, tawakal dan berdoa.

Mengapa suami ibu menjadi gila? Menurut pendapat Ustaz, suami ibu menjadi gila karena beberapa sebab.

1. Sudah pernah menjadi pejabat sebagai kepala desa (delapan tahun), seharusnya disyukuri dan jangan serakah pada jabatan, apalagi caranya melanggar norma agama, hukum, kesopanan dan kesusilaan seperti dengan cara menyogok, suap, beli suara, maka hal demikian hukumnya haram.

2. Orang yang kurang menerima ing pandum, bahkan serakah terhadap harta pangkat, jabatan, hal tersebut tidak akan kenal puas, kecuali Malaikat Izrail telah mencabut nyawanya, alias mati. Setelah masuk ke liang kubur, maka baru puas dengan penyesalan, karena siksa kubur.

3. Orang yang sedang hilang ingatan (gila), tidak ada kewajiban menjalankan salat, kecuali sesudah sembuh atau sudah normal kembali.

Meskipun orang sedang sakit parah, akan tetapi akalnya masih normal, maka wajib menjalankan salat sesuai dengan kemampuannya.

4. Karena suami sedang sakit, perlu dimusyawarahkan dengan seluruh keluarga, misalnya dimasukkan ke rumah sakit jiwa, agar bisa sembuh, dan biayanya gotong royong seluruh keluarga.

Siapa tahu Allah akan memberi kesembuhan, lalu kembali sehat, bisa kerja, bisa salat, bisa tobat dan bisa nyicil seluruh hutang-hutangnya.

Ibu jangan putus asa dalam mengharapkan rahmat Allah SWT.

Solusi dan nasihat Ustaz sebagai berikut.

1. Jagalah salat lima waktu dengan khusyuk dan berjamaah.

2. Di samping ibadah mahdhoh, juga lakukan ibadah ghoiru mahdhoh (ibadah sunat, seperti salat Dhuha, Tahajjud, Witir, dan sebagainya).



3. Rajin-rajinlah baca Alquran, meskipun hanya beberapa ayat, biar sedikit tapi rutin.

4. Biasakan bersedekah terhadap anak-anak yatim atau miskin.

5. Hadapilah semua musibah dengan sabar dan salat khusyuk.

6. Hidupkan bermusyawarah dengan keluarga, minta fatwa dengan para ulama, kiai, ustaz terdekat atau dengan mendengarkan radio-radio dakwah.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya