SOLOPOS.COM - Ilustrasi menopause (Solopos Dok)

Masalah reproduksi pada wanita tidak hanya menyangkut soal kehamilan, persalinan, dan masa nifas. Tetapi bisa mencakup masalah yang lebih luas yaitu dari masa menarche (mulai haid) sampai menopause.

Sebagian besar wanita yang mendekati usia 45 tahun mengalami kegelisahan ketika menghadapi menopause bahkan mengalami perubahan emosi yang cukup besar saat menghadapi gejala menopause.

Promosi Mabes Polri Mengusut Mafia Bola, Serius atau Obor Blarak

Menoapuse berasal dari bahasa Yunani yaitu menos artinya bulan dan pause yang artinya berhenti. Menurut WHO, menopause adalah berakhirnya siklus menstruasi secara alami yang terjadi pada wanita usia 45 sampai 55 tahun. Seorang wanita dikatakan menopause jika tidak mengalami menstruasi lagi minimal 12 bulan.

Banyak sekali gejala atau tanda yang muncul dalam diri seorang wanita saat memasuki menopause mengutip dari Ali Baziad, 2008. Baik gejala jangka pendek maupun gejala jangka panjang. Gejala jangka pendek yang dapat terjadi di antaranya vasomotor, psikologis, metabolisme, perubahan penampilan fisik, dan urogenital.

Gejala vasomotor yakni sakit kepala, mudah berdebar, sakit kepala dan mudah berkeringat. Gejala psikologis yaitu terjadi perubahan mood, depresi, cemas, mudah tersinggung, gangguan libido, mudah marah, cemburu, iri, dan menyalahkan diri. Perubahan metabolisme yaitu kolesterol tinggi, mudah gemuk. Perubahan fisik yakni rambut rontok, kulit kusam dan kering, kuku rapuh, mata mudah iritasi dan berair.

Perubahan urogenital biasanya berupa nyeri bersenggama, nyeri berkemih, vagina kering, ngompol, keputihan. Dampak atau gejala jangka panjang yang terjadi yakni osteoporosis, penyakit jantung koroner, dementia, kanker usus besar dan stroke.

Menopause merupakan proses alamiah yang terjadi karena wanita bertambah tua. Mengutip dari Guyton, 2011, Selama kehidupan seksual wanita, ovarium wanita memiliki 400 folikel primordial yang berubah menjadi folikel vesikuler dan mengalami ovulasi. Saat usia wanita berusia 45 tahun, hanya tinggal beberapa folikel primordial yang tetap tertinggal dan dirangsang oleh FSH dan LH dan fungsi ovarium wanita fungsinya menurun sebagai penghasil estrogen.

Produksi hormon steroid juga berangsur menghilang sehingga fungsi estrogen juga menghilang. Bila pembentukan estrogen turun sampai tingkat kritis maka estrogen tidak dapat menghambat pembentukan FSH dan LH untuk menyebabkan ovulasi.

Sementara itu, Marpaung dkk, 2019 menjelaskan pada dasarnya menopause atau disebut klimakterium dibagi menjadi lima tahap yaitu:

1.Pra menopause

Pra menoapause yakni masa antara usia 40 tahun dan dimulainya siklus haid yang tidak teratur. Masa selama 4-5 tahun sebelum terjadinya menopause. Pada fase ini, menstruasi mulai tidak teratur dan pada fase ini wanita masih subur sehingga masih ada kemungkinan hamil.

2.Perimenopause

Perimenopause atau transisi menopause adalah periode waktu pada tahun terakhir kehidupan reproduksi wanita. Pada periode ini, terjadi perubahan interval menstruasi memanjang, perubahan pola perdarahan, tidak haid dan terjadi peningkatan frekuensi siklus ovulasi. Periode ini terjadi 1-3 tahun sebelum menopause.

3. Menopause

Menopause adalah kondisi di mana wanita sudah tidak haid sama sekali. Pada fase ini, ovarium berhenti melepaskan estrogen dan melepaskan sel telur. Menopause didiagnosis jika wanita tidak mengalami menstruasi selama 12 bulan berturut turut.

4. Pascamenopause

Pasca menopause adalah fase di mana wanita tidak mengalami menstruasi selama 12 bulan berturut turut. Hormon estrogen rendah, hormone FSH dan LH tinggi.

5. Senium

Senium merupakan tahapan ketika wanita memasuki usia lanjut pasca menopause yaitu lebih dari 65 tahun.

Pengobatan Menopause

Menopause merupakan gejala alamiah yang dialami oleh setiap wanita. Tetapi jika ada keluhan saat menopause perlu diberikan beberapa pengobatan yang tentunya harus mendapatkan persetujuan dari dokternya. Pengobatan yang dapat diberikan adalah terapi pengganti hormon.

Terapi tersebut yakni pemberian hormon estrogen atau kombinasi progesteron untuk pengobatan atau pencegahan keluhan-keluhan yang ditimbulkan akibat kekurangan hormon estrogen dan non-hormonal. Mengutip Pengobatan ini berfungsi untuk mengembalikan kekurangan hormon estrogen dan menurunkan risiko penyakit jantung koroner dan osteoporosis.

Mengutip Fait, 2009, berikut dua jenis terapi pengganti hormon yang dapat diberikan:

1. Terapi pengganti hormone estrogen

Terapi ini berisi estrogen yang diberikan kepada wanita yang sudah diangkat rahimnya, dan dapat diberikan dalam bentuk oral, suntikan, dan spray.

2.Terapi kombinasi estrogen dan progesterone

Terapi ini berisi estrogen yang dikombinasikan dengan progesterone.
Obat non-hormonal yang dapat diberikan adalah obat anti depresan, dan fitoestrogen.

Pencegahan menopause

Gejala menopause dapat dicegah agar keluhan tidak bertambah parah. Hal yang bisa dilakukan untuk menjegah gejala tersebut di antaranya olahraga secara teratur, istirahat cukup, tidak merokok dan tidak minum alkohol. Selanjutnya, perlu menerapkan pola makan yang sehat dengan memperbanyak sayur dan buah buahan serta mengkonsumsi makanan yang tinggi kalsium dan vitamin D.

Cara mencegah lainnya yakni membatasi asupan gula dan lemak. Kemudian, perlu melakukan teknik relaksasi seperti yoga, meditasi, dan teknik pengaturan napas. Penting juga mengkonsumsi cukup air putih dalam rangka pencegahan tersebut.

Artikel ini ditulis oleh Hafi Nurinasari:

-Dosen Fakultas Kedokteran, Universitas Sebelas Maret
-Dokter Spesialis Kebidanan dan Kandungan, Rumah Sakit Universitas Sebelas Maret (RS UNS)
-Anggota Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi (POGI) Cabang Solo

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya