SOLOPOS.COM - Rini Yustiningsih (Istimewa/Dokumen pribadi)

Dua pekan lalu, saya dihubungi Bambang Sadono, mantan Ketua Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Jawa Tengah  yang mempunyai saluran Youtube. Kontennya membahas segala hal tentang Jawa Tengah. Hari itu saya diminta menjadi narasumber podcast di saluran Youtube-nya. Temanya seputar pemilihan kepala daerah (Pilkada) di Kota Solo yang prosesnya akan dimulai Agustus nanti.

Alasan memilih tema ini, kata Pak Bambang, karena dinamika politik di Solo menarik disimak banyak orang. Bagi warga Jawa Tengah maupun Indonesia, Pilkada Solo  ini merupakan isu yang sangat seksi.

Promosi Tragedi Bintaro 1987, Musibah Memilukan yang Memicu Proyek Rel Ganda 2 Dekade

Benar juga sih, Solo episentrum politik nasional, pascapemilihan presiden (Pilpres) pilkada Solo menjadi bahan pembicaraan. Bukan saja karena ada nama Joko Widodo (Jokowi) dan Gibran Rakabuming Raka -yang keduanya orang Solo dan sama-sama mantan Wali Kota Solo- namun juga Solo sebagai basis pertarungan partai-partai yang tergabung dalam Koalisi Indonesia Maju (KIM) dan Partai Demokrasi Indonesia (PDIP) Perjuangan.

Apakah calon wali kota (cawali)- calon wakil wali kota (cawawali) yang diusung KIM akan mengungguli calon dari PDIP maupun PKS? Apakah PDIP akan berkoalisi dengan PKS? Siapakah pengganti Gibran?

Pascapilpres, beberapa pekan terakhir ini isu pemberitaan The Next Gibran sebagai Wali Kota Solo makin liar. Muncul nama-nama yang ramai diperbincangkan oleh beberapa kelompok masyarakat sebagai figur potensial cawali-cawawali.

Pada 28 Februari 2024 lalu, Solopos.com mengunggah 28 nama potensial masuk bursa Pilkada Solo. Mereka dari berbagai latar belakang yang beragam ada tokoh masyarakat, tokoh politik, akademisi, pengusaha, tokoh muda, tokoh di dunia olahraga dan lain-lain. Ke -28 nama tersebut antara lain K.G.P.A.A. Mangkunegoro X yang juga dikenal dengan panggilan Gusti Bhre, Ketua DPD Partai Golkar Solo, Sekar Tandjung, Sekretaris DPC PDIP Solo, Teguh Prakosa, Rektor Unsa, Astrid Widayani, Rheo Yuliana Fernandez (putra Pak Rudy), Ketua Bappilu DPC PDIP Solo, Her Suprabu, Ketua DPRD Solo, Budi Prasetyo, Wakil Ketua DPRD Solo, Sugeng Riyanto (PKS), Caleg DPRD Solo, Kevin Fabiano, dan anggota DPRD Solo, Dinar Retna Indrasari. Ada pula pemilik Persis Solo, Kevin Nugroho, anggota DPRD Solo, Ginda Ferachtriawan, pengusaha tekstil Solo, Rudy Indijarto Sugiharto, pemilik Rown Division, Kusdarmawan Aryo Baskoro, putra Bos Rosalia Indah, Rosanto Adi, Ketua Hipmi Solo, Respati Ardi, Ketua Kadin Solo, Ferry Septha Indrianto, dan Ketua DPW PSI Jateng, Antonius Yogo Prabowo.

Tak hanya itu, ada pula Ketua DPC Partai Gerindra Solo, Ardianto Kuswinarno, Plt. Ketua DPD PSI Solo, Sonny, pengusaha periklanan Solo, Bambang “Gage” Nugroho, bos PT SHA, K.P.H. Aryo Hidayat Adiseno, Ketua PCNU Solo, Mashuri, pengusaha & pegiat sosial, Diah Warih Anjari, putri K.G.P.H.A. Tedjowulan, B.R.A. Putri Woelan Sari Dewi, GM The Sunan Hotel Solo, Retno Wulandari, Ketua Askot PSSI Solo & Anggota Exco PSSI Jateng, Arya Surendra, serta anggota Executive Committee PSSI, Muhammad Sungkar.

Unggahan itu tersebar luas sampai ke beberapa teman, sahabat, kolega di Jakarta pun membagikan ulang unggahan tersebut. Kemudian pada 8 Maret 2024, Solo Raya Polling (digawangi Dekan FISIP Universitas Slamet Riyadi/Unisri Solo, Suwardi), merilis 12 nama calon pemimpin Solo. Tidak beda  dengan 28 nama yang sebelumnya telah beredar, ada tiga nama baru yakni Sekda Solo, Budi Martono, Kaesang Pangarep, dan anggota DPD DIY yang juga putri Aria Bima, Yashinta Sekarwangi Mega.

Dan pada Kamis (4/4/2024), Solopos Institute merilis hasil survei dengan melibatkan 525 responden ber-KTP Solo dan memiliki hak pilih dalam pemilu 2024 lalu. Dari hasil simulasi tertutup 10 nama yang telah beredar di publik, Teguh Prakosa (27,6%), Mangkunegoro X (24,8%), dan Kaesang Pangarep (23,2%) masih menjadi tiga tokoh dengan elektabilitas tertinggi. Tiga nama lain menyusul yaitu Budi Prasetyo (4,8%) serta Astrid Widayani dan Sekar Tandjung masing-masing dengan 3,6%. Di antara 10 nama dengan elektabilitas tertinggi itu, dua nama berasal dari non partai yakni Mangkunagoro X dan Astrid Widayani, sementara delapan nama lainnya merupakan tokoh partai. Menarik!

 

Jilid II

Jika tidak ada rekonsiliasi antara kubu Sumber (kediaman Pak Jokowi dan Gibran di Solo) dengan kubu Pucangsawit (kediaman Ketua DPC PDIP Solo, FX Hadi Rudyatmo), maka pilkada Solo kali ini akan menjadi pertarungan jilid II Jokowi vs Mega seusai pilpres.

Di sisi lain, pernyataan keras Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto yang menyebut khilaf telah mencalonkan Gibran sebagai cawali pada Pilkada 2020 lalu, ditafsirkan banyak pihak bahwa PDIP kapok mencalonkan kandidat pemimpin daerah yang bukan kader partai. Bisa jadi cawali yang akan diusung PDIP dalam Pilkada Solo nanti, merupakan kadernya.

Jika melihat perolehan kursi DPRD Solo (45 kursi), PDIP dengan 20 kursi, PKS 7 kursi, PSI 5 kursi, Gerindra 5 kursi, Golkar 3 kursi, PAN 3 kursi, dan PKB 2 kursi, maka akan terjadi koalisi untuk mengusung pasangan calon (paslon)

Berdasarkan aturan yang ada, satu paslon diusung oleh minimal sembilan kursi, maka akan terjadi koalisi partai yang perolehan kursinya kurang dari sembilan. KIM dengan partai Golkar (3), Gerindra (5), PSI (5) dan PAN (3), dengan 16 kursi bisa mengusung paslon. Ditambah PKB (2) jika lobi-lobi berjalan mulus. Spekulasi lainnya PDIP (20) akan berkoalisi dengan PKS (7). Atau jika tiga paslon bisa pula, PKB (2) berkoalisi dengan PKS (7) atau PKS (7) berkoalisi dengan Golkar (3).

Menariknya lagi, jika KIM ini berlanjut di level pilkada siapakah cawali yang akan diusung? Dari empat partai yang ada yakni Golkar, Gerindra, PSI, dan PAN sejauh ini baru Sekar Tandjung ketua DPD Golkar Solo yang digadang-gadang oleh partainya untuk maju. Sementara partai lain, sejauh ini belum memunculkan nama. Dalam koalisi inipun diperkirakan terjadi tarik ulur penentuan paslon, mengingat perolehan suara PSI Gerindra sama yakni 5 kursi, sementara Golkar-PAN dengan tiga kursi. Apakah Gerindra/PSI akan “rela” calon dari partai lain (Golkan-PAN)  diajukan sebagai paslon?

Kehadiran tokoh nonpartai seperti Gusti Bhre (yang unggul di berbagai survei) dinilai sebagai sosok potensial menjadi cawali. Jika rekonsiliasi Sumber dan Pucangsawit benar terjadi, Gusti Bhre dinilai sebagai sosok yang bisa diterima semua pihak.

Jauh sebelum hiruk pikuk pemilu berlangsung, publik sudah bisa membaca bagaimana Mas Gibran secara tidak langsung meng-endorse Gusti Bhre untuk maju pilkada. Beberapa kali Mas Wali memberikan tugas istimewa Gusti Bhre sebagai inspektur upacara Hari Jadi Kota Solo, dimaknai oleh publik sebagai penerus Gibran.

Sayangnya hingga saat ini, belum ada pernyataan tegas dari Gusti Bhre mengenai isu pencalonan dirinya. Di sisi lain, di tubuh Pura Mangkunegaran dan kalangan budayawan, soal pencalonan Gusti Bhre juga menjadi polemik. Belum pernah ada dalam sejarah Kota Solo, seorang “raja” menjadi wali kota. Dinamika ke depan sangat menarik, setelah Lebaran pasti akan banyak kejutan mewarnai Pilkada Solo

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya