SOLOPOS.COM - Shamfira Putri. (Dok.Pribadi)

Solopos.com, SOLO — Dalam dunia pendidikan, kesehatan mental siswa semakin mendapat perhatian. Mahasiswa sering mengalami beban yang berat karena tuntutan akademik, tekanan sosial, dan transisi kehidupan yang cepat.

Faktanya, seiring dengan meningkatnya tingkat stres, kecemasan, dan depresi di kalangan siswa, kesadaran akan pentingnya menjaga kesehatan mental di kampus menjadi semakin penting.

Promosi Ada BDSM di Kasus Pembunuhan Sadis Mahasiswa UMY

Fenomena ini menunjukkan betapa pentingnya memberikan perhatian dan upaya nyata untuk menjaga kesejahteraan mental mereka selama pendidikan.

Apa Penyebab Kesehatan Mental Mahasiswa menurun?

 

Stres
Ilustrasi stres. (Istimewa/Freepik)

Jumlah faktor yang berbeda yang mempengaruhi kesehatan mental siswa berkontribusi pada penurunan kesehatan mental siswa yang semakin besar.

Tanggung jawab akademik yang tidak selalu proporsional dengan kemampuan seseorang merupakan faktor pertama yang sangat penting.

Kecemasan dan stres jangka panjang dapat disebabkan oleh rencana studi yang padat, tekanan untuk mencapai prestasi yang tinggi, dan ketidakpastian tentang masa depan karier.

Selain itu, tekanan sosial, seperti harapan orang tua, teman sebaya, dan masyarakat umum, memengaruhi kesehatan mental siswa. Harapan yang tidak realistis untuk memenuhi standar tertentu dapat menyebabkan situasi yang tidak baik bagi kesehatan mental mereka.

Namun, lebih sulit bagi siswa untuk mendapatkan akses ke sumber daya kesehatan mental.

Ini bisa terjadi karena mereka tidak memiliki uang atau tidak memahami pentingnya perawatan mental. Situasi ini membuat mereka sulit mendapatkan bantuan profesional yang mereka butuhkan.

Stigma Memperparah Keadaan

Mahasiswa
Stigma Bunuh diri adalah tindakan mencari perhatian. (Tangkap layar percakapan di Twitter)

Sebagian orang menganggap bunuh diri sebagai upaya mencari perhatian, tetapi ini adalah pemahaman yang salah dan seringkali merugikan.

Sebagian orang mungkin menganggap tindakan yang menunjukkan depresi, kecemasan, atau bahkan percobaan bunuh diri sebagai cara untuk mencari perhatian.

Namun demikian, ini adalah perspektif yang dangkal dan tidak memperhitungkan bahaya kesehatan mental yang sebenarnya. Stigma semacam ini justru dapat menghalangi orang untuk mencari bantuan yang mereka perlukan.

Mereka mungkin merasa takut atau malu untuk membicarakan perasaan mereka karena takut akan dicap sebagai “mencari perhatian” atau disalahpahami oleh orang lain.

Penting bagi masyarakat untuk memahami bahwa setiap ungkapan keinginan untuk bunuh diri atau setiap tanda-tanda gangguan mental perlu diperlakukan dengan serius dan empati.

Dukungan, pemahaman, dan akses terhadap layanan kesehatan mental yang tepat adalah kunci untuk membantu individu yang mengalami kesulitan tersebut.

Menyadari dan menghapus stigma terhadap bunuh diri sebagai bentuk pencarian perhatian adalah langkah penting dalam memperjuangkan kesadaran akan kesehatan mental yang sebenarnya.

Seberapa Penting Kesehatan Mental di Era Saat Ini

Karena perubahan dinamis dalam tuntutan hidup modern, kesehatan mental menjadi semakin penting. Hal ini semakin penting mengingat tekanan dari lingkungan sosial, teknologi, dan dinamika pekerjaan yang terus berubah.

Kesehatan mental memengaruhi tidak hanya kehidupan pribadi seseorang, tetapi juga produktivitas dan kualitas hidup secara keseluruhan. Menjaga keseimbangan emosional dan psikologis menjadi penting untuk kesejahteraan umum di dunia yang penuh dengan tantangan.

Faktanya, kesehatan mental orang di era digital sangat terpengaruh. Teknologi mempercepat ritme hidup, terkadang menyebabkan kelelahan, isolasi sosial, dan kecemasan.

Kesehatan mental yang baik sangat penting untuk beradaptasi dengan perubahan ini, membangun ketahanan terhadap tekanan, dan mengelola stres yang mungkin muncul.

Pengaruh Signifikan Sosial Media terhadap Kesehatan Mental

Kesehatan mental seseorang dapat sangat dipengaruhi oleh penggunaan sosial media dalam berbagai cara. Seringkali, keterlibatan terus-menerus dalam media sosial meningkatkan perbandingan sosial, yang dapat menyebabkan ketidakpuasan diri dan kecemasan akan citra diri.

Sosial media sering menciptakan tekanan untuk menunjukkan seluruh kehidupan seseorang, yang dapat menyebabkan cemburu, rendah diri, dan kebingungan identitas, yang berdampak negatif pada kesehatan mental secara keseluruhan.

Selain itu, mengonsumsi konten berlebihan atau tidak sehat di sosial media, seperti perundungan online, cyberbullying, atau tayangan yang menimbulkan stres, dapat menyebabkan tekanan emosional yang berkelanjutan.

Selain itu, keberadaan rekaman digital menimbulkan tekanan psikologis karena meningkatkan kekhawatiran tentang privasi dan ketakutan akan penilaian negatif.

Peran Orang Tua dalam Kesehatan Mental Mahasiswa

Peran orang tua sangat memengaruhi kesehatan mental siswa. Di masa mahasiswa, dukungan orang tua, pemahaman, dan komunikasi yang terbuka sangat penting untuk kesehatan mental anak.

Orang tua yang mendengarkan dengan penuh pengertian, memberikan dukungan emosional, dan memberikan bimbingan tanpa tekanan dapat membantu siswa menghadapi tantangan akademik, sosial, dan pribadi.

Bisa membantu mengurangi tingkat stres yang dialami anak-anak jika Anda mendukung keberhasilan mereka dengan cara yang sehat dan tidak terlalu menekan mereka.

Selain itu, penting untuk berkomunikasi dengan cara yang terbuka dan jujur. Ketika siswa merasa nyaman untuk berbicara dengan orang tua mereka tentang perasaan mereka, ini dapat membantu mereka mengurangi rasa terisolasi dan meningkatkan perasaan dukungan sosial.

Sangat menyedihkan bahwa orang tua terkadang menjadi sumber stigma kesehatan mental siswa.

Beberapa orang tua mungkin terus menganggap masalah kesehatan mental anak mereka tidak penting atau bahkan hanya menggunakannya sebagai alasan untuk membenarkan kemalasan anak mereka.

Pandangan seperti ini seringkali menjadi penghalang utama bagi upaya untuk memahami kesehatan mental secara menyeluruh.

Beberapa orang tua mungkin tidak menyadari kompleksitas masalah kesehatan mental dan bahkan mengaitkan penyakit tersebut dengan sifat buruk atau ketidakmampuan untuk berusaha.

Pandangan ini tidak hanya menyebabkan siswa distigmatisasi, tetapi juga menghalangi mereka untuk berbicara atau mendapatkan bantuan dengan masalah yang mereka hadapi.

Solusi Memerangi Penurunan Kesehatan Mental Mahasiswa

Penurunan kesehatan mental mahasiswa adalah isu serius yang memerlukan perhatian dan tindakan bersama dari berbagai pihak, termasuk institusi pendidikan, pemerintah, keluarga, dan masyarakat.

Berikut adalah beberapa solusi yang dapat diimplementasikan untuk memerangi penurunan kesehatan mental mahasiswa:

1. Penyuluhan dan Pendidikan:

  • Menyelenggarakan program penyuluhan secara berkala di lingkungan akademik untuk meningkatkan pemahaman tentang kesehatan mental.
  • Mengintegrasikan materi kesehatan mental ke dalam kurikulum pendidikan guna memberikan pengetahuan yang lebih holistik kepada mahasiswa.

2. Peningkatan Akses Terhadap Layanan Kesehatan Mental

  • Menyediakan fasilitas dan layanan kesehatan mental di kampus dengan akses yang mudah dan terjangkau.
  • Meningkatkan promosi dan sosialisasi terkait layanan kesehatan mental untuk mengurangi stigma dan mendorong mahasiswa untuk mencari bantuan.

3. Dukungan Keluarga

  • Melibatkan orang tua dalam pemahaman akan kesehatan mental dan menghilangkan stigma terkait.
  • Mendorong komunikasi terbuka antara orang tua dan mahasiswa untuk mendeteksi dini dan merespon tanda-tanda penurunan kesehatan mental.

4. Program Pembinaan dan Mentorship

  • Menyelenggarakan program pembinaan dan mentorship untuk mahasiswa oleh dosen, alumni, atau profesional kesehatan mental.
  • Membangun komunitas yang solid di antara mahasiswa untuk saling mendukung dan berbagi pengalaman.

5. Kebijakan Kampus yang Mendukung

  • Mengembangkan kebijakan kampus yang mendukung kesehatan mental dan memberikan insentif bagi program-program yang bertujuan meningkatkan kesejahteraan mahasiswa.
  • Memastikan adanya tim kesehatan mental yang terlatih dan siap membantu mahasiswa.

6. Pelatihan Staf dan Dosen

  • Memberikan pelatihan kepada staf dan dosen untuk mendeteksi tanda- tanda masalah kesehatan mental dan memberikan dukungan yang tepat.
  • Mendorong pendekatan yang lebih empatik dan inklusif dalam lingkungan akademik.

7. Program Manajemen Stres dan Keseimbangan Kehidupan

Menyelenggarakan workshop dan program manajemen stres secara reguler.

Daftar Pustaka

  • Aloysius, S., & Salvia, N. (2021). Analisis Kesehatan Mental Mahasiswa Perguruan Tinggi X Pada Awal Terjangkitnya Covid-19 di Indonesia. Jurnal Citizenship Virtues, 1(2), 83–97. https://doi.org/10.37640/jcv.v1i2.962
  • Florensa, F., Hidayah, N., Sari, L., Yousrihatin, F., & Litaqia, W. (2023). Gambaran Kesehatan Mental Emosional Remaja. Jurnal Kesehatan, 12(1), 112–117. https://doi.org/10.46815/jk.v12i1.125
  • Ridlo, I. A. (2020). Jurnal Psikologi dan Kesehatan Mental Pandemi COVID-19 dan Tantangan Kebijakan Kesehatan Mental di Indonesia. Departemen Administrasi Dan Kebijakan Kesehatan, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga, 155–164.
  • https://doi.org/10.20473/jpkm.v5i12020.155-164

Artikel ini ditulis oleh Shamfira Putri dari Universitas Brawijaya

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya