SOLOPOS.COM - Shoqib Angriawan (Istimewa)

Solopos.com, SOLO – Ramadan tinggal menghitung hari. Bulan suci dan penuh berkah yang paling ditunggu-tunggu umat Islam di seluruh dunia. Seluruh umat Islam bakal menyambut dengan penuh suka cita. Tidak terkecuali di Indonesia.

Negeri ini memiliki tradisi menyambut Ramadan yang berebda-beda di masing-masing daerah. Di Soloraya, Yogyakarta, dan sekitarnya ada tradisi menyambut Ramadan yang disebut padusan. Masyarakat berduyun-duyun membasuh tubuh atau mandi di sumber-sumber air.

Promosi Ada BDSM di Kasus Pembunuhan Sadis Mahasiswa UMY

Ada pula tradisi berselawat yang disertai menabuh beduk di surau, musala, atau masjid. Di daerah lain, seperti Kabupaten Cianjur, Provinsi Jawa Barat, ada tradisi unik menyambut bulan suci Ramadan.

Warga berbondong-bodong pergi ke tempat wisata atau sekadar berkumpul bersama keluarga sambil makan bersama. Tradisi ini biasa disebut papajar. Indonesia memang dikenal memiliki keanekaragaman budaya dan kekayaan tradisi.

Masing-masing daerah memiliki kekhasan yang berbeda satu sama lain menyambut datangnya bulan puasa. Ada satu “tradisi” yang seluruh Indonesia mengalami hal yang sama ketika Ramadan datang, yaitu kenaikan harga bahan-bahan pokok atau sembilan bahan pokok (sembako) menurut keputusan Menteri Industri dan Perdagangan pada 1998.

Kenaikan harga kebutuhan pokok ini sebenarnya mulai terlihat jauh hari sebelum Ramadan. Sebelum pelaksanaan Pemilihan Umum (Pemilu) 2024, harga sejumlah bahan pangan di Jawa Tengah naik.

Kenaikan harga di antaranya terjadi pada komoditas beras, cabai merah, cabai rawit, bawang, dan daging ayam. Hingga Selasa (27/2/2024) harga bahan pokok di sejumlah pasar di Kota Solo masih stabil tinggi.

Komoditas beras, misalnya, harganya mencapai Rp14.850 per kilogram hingga Rp18.500 per kilogram. Sedangkan harga bawang merah masih Rp36.500 per kilogram dan harga bawang putih Rp40.000 per kilogram.

Kenaikan harga itu membuat pedagang berpikir dua kali untuk menyimpan stok. Banyak pedagang memilih mengurangi stok komoditas untuk dijual. Kenaikan harga sejumlah komoditas pangan juga berdampak pada pelaku usaha kuliner.

Sebagian memilih menekan margin keuntungan ketimbang menaikkan harga. Mereka khawatir kehilangan pelanggan setia akibat harga yang terus merangkak naik. Meroketnya harga kebutuhan pokok terjadi akibat permintaan lebih besar ketimbang ketersediaan pangan.

Kenaikan ini tak lepas dari antusiasme masyarakat menyambut Ramadan. Hal ini menjadi fase awal melonjaknya harga pangan setiap tahun menuju Ramadan. Ikatan Pedagang Pasar Indonesia (Ikappi) memprediksi kenaikan harga beras akan terus berlangsung selama puasa Ramadan hingga perayaan Idulfitri 2024.

Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat Ikappi Abdullah Mansuri mengatakan kenaikan harga itu dipicu peningkatan permintaan yang berlebih menjelang dan saat Ramadan. Seperti Ramadan pada tahun sebelumnya, permintaan memang selalu meningkat untuk persediaan kebutuhan saat sahur dan berbuka puasa.

Masyarakat akan memenuhi stok mereka selama Ramadan. Meski masyarakat mengurangi konsumsi pada siang hari, kenyataannya saat sahur dan berbuka tingkat konsumsi menjadi jauh lebih tinggi.

Tradisi berkumpul untuk berbuka puasa bersama dan momen hari raya juga menjadi faktor tambahan kenapa permintaan bahan pokok melonjak. Kondisi serupa sebenarnya juga terjadi saat perayaan natal dan tahun baru.

Selain permintaan dan penawaran yang tidak seimbang, iklim ekstrem yang terjadi belakangan ini turut memperparah keadaan. Awal tahun ini belum masuk musim panen karena musim tanam mundur akibat El Nino yang menyebabkan kemarau yang panjang.

Faktor-faktor ini tentu berkontribusi pada harga pangan yang konsisten tinggi. Melihat kondisi seperti ini, pemerintah harus segera bertindak menekan harga pangan. Ini dilakukan sebelum kenaikan harga memukul masyarakat, pedagang, dan perekonomian Indonesia.

Operasi pasar atau bazar murah menjadi salah satu cara menjaga stabilitas pasokan dan harga pangan. Pemerintah harus lebih berani mengambil kebijakan untuk menjaga stabilitas harga. Pemantauan harga harus dilakukan secara terus-menerus untuk mengawasi pasokan bahan pangan di pasar.

Pemerintah juga harus memastikan ketersediaan bahan pangan benar-benar tersebar ke seluruh wilayah. Pengawasan rantai pasok harus terus ditingkatkan untuk menghindari permainan harga oleh siapa saja yang memanfaatkan situasi ini.

Pemerintah harus intensif berkoordinasi dengan gudang distributor, pasar tradisional, pasar ritel modern, serta produsen untuk memperhitungkan keemungkinan tambahan kebutuhan bahan pangan.

Seluruh stakeholders harus dilibatkan untuk mengakselerasi keterjangkauan harga pangan bagi masyarakat. Masyarakat harus lebih bijak dalam berbelanja sehingga kita bisa melaksanakan ibadah puasa tanpa khawatir tentang harga sembako yang terus meroket. Semoga…

(Esai ini terbit di Harian Solopos edisi 29 Februari 2024. Penulis adalah wartawan Solopos Media Group)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya