SOLOPOS.COM - Syarah Niken Asmara (Solopos/Istimewa)

Solopos.com, SOLO — Perkembangan teknologi saat ini sangatlah pesat. Ada banyak perubahan di sekitar kita yang didukung perkembangan teknologi. Bidang kehidupan yang ikut terpengaruh oleh perkembangan teknologi adalah dunia pendidikan.

Sadar atau tidak, dunia pendidikan kita telah mengalami kemajuan dari pendidikan konvensional ke tren pendidikan berbasis digital. Perubahan tersebut bisa kita lihat pada beberapa tahun terakhir, banyak guru dan peserta didik memanfaatkan komputer sebagai sarana pembelajaran.

Promosi Mali, Sang Juara Tanpa Mahkota

Pada era pandemi Covid-19, teknologi menjadi kebutuhan mendesak dalam bidang pendidikan. Guru dan peserta didik dituntut lebih melek teknologi karena proses belajar mengajar harus tetap berjalan meskipun tidak dapat bertatap muka secara langsung.

Situasi pandemi Covid-19 menuntut guru dan masyarakat umum akrab dengan teknologi karena mereka dituntut untuk mengurangi perjumpaan, mengurangi tatap muka. Teknologi menjadi jembatan dan sarana untuk memutus mata rantai ketertinggalan dalam dunia pendidikan.

Virus memang boleh membunuh manusia, tetapi tidak boleh membunuh masa depan anak-anak kita. Pada awalnya guru berpikir keras bagaimana cara agar dapat mentransfer ilmu mereka meskipun tidak bertatap langsung dengan peserta didik.

Dengan bantuan teknologi yang sekarang luar baisa hebat, proses belajar mengajar dapat dilakukan secara jarak jauh atau daring  melalui video conference dan learning management system (LMS).

Ada hal yang menarik di sekolah tempat saya mengajar, yaitu SMP Muhammadiyah Al Kautsar Program Khusus Kartasura, Kabupaten Sukoharjo, Provinsi Jawa Tengah. Sekolah tempat saya mengajar menerapkan pembelajaran berbasis elektronik, bahkan sebelum pandemi Covid 19 melanda, yaitu sejak 2017.

Pada 2017 sampai 2019 sekolahan ini sudah menerapkan evaluasi pembelajaran berbasis komputer dengan computer based test (CBT) dan LMS dengan platform pembelajaran Edmodo.  Beberapa waktu kemudian terjadilah pandemi Covid-19 yang memaksa guru dan peserta didik belajar secara online.

Pascapademi, setidaknya setelah pandemi mereda, para guru di sekolahan  ini lebih gencar lagi dalam memanfaatkan teknologi untuk proses belajar mengajar. Pada tahun pembelajaran 2022/2023 ini, SMP Muhammadiyah Al Kautar Program Khusus Kartasura mengembangkan kemampun para guru untuk membuat modul elektronik secara mandiri.

Dalam modul elektronik terdapat materi pembelajaran yang dapat terintegrasi secara langsung dengan platform pembelajaran online, lembar kerja peserta didik, video pembelajaran, dan lain sebagainya.

Perkembangan teknologi yang amat dahsyat ini membawa implikasi pada pola budaya zero paper alias meminimalisasi penggunaan kertas. Peserta didik tidak perlu lagi membawa buku paket yang begitu tebal.

Mereka hanya perlu membawa laptop. Di sekolahan pun sudah tersedia jaringan Internet di setiap ruangan sehingga akses dalam penggunaannya sangat mudah.

Teknologi dan Merdeka Mengajar

Dalam siaran pers pada 26 September 2022, Menteri Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi, Nadiem Anwar Makarim, menyampaikan apresiasi kepada seluruh aparatur sipil negara (ASN) di kementerian itu atas kerja keras dan gotong royong dalam menghadirkan berbagai terobosan dalam beberapa tahun terakhir.

Melalui transformasi teknologi yang dilakukan oleh kementerian ini dalam waktu singkat, ternyata cukup banyak dampak riil yang bisa dirasakan secara langsung oleh sekolah. Sampai saat ini, tercatat lebih dari 1,6 juta guru telah menggunakan platform Merdeka Mengajar yang membuka akses pada pengembangan diri secara lebih mandiri dan sesuai kondisi sekolah masing-masing.

Di antara perkembangan menarik lainnya adalah terdapat 3.500 komunitas belajar para guru dan terkumpulnya lebih dari 55.000 konten belajar mandiri. Sebagai guru, saya juga merasakan dampak dari  Kurikulum Merdeka adalah guru lebih mendapat kebebasan dalam mengelola kelas dan materi pembelajaran yang akan disampaikan kepada siswa.

Kaitannya dengan penggunaan teknologi dalam pembelajaran, guru lebih bisa berinovasi dan tidak monoton dalam proses belajar mengajar.  Ini sesuai dengan model pembelajaran yang sekarang baru digaungkan, yaitu pembelajaran berbasis technological pedagogical content knowledge (TPACK).

Transformasi teknologi sebagai salah satu kemudahan dalam pembelajaran pada era 4.0 adalah keniscayaan. Dalam praktik masih ada beberapa daerah di Indonesia yang belum bisa menerapkan 100% kecanggihan teknologi.

Masih banyak guru yang belum bisa menguasai teknologi secara maksimal, terutama para guru yang sudah berusia lebih dari 50 tahun. Hal ini bisa dibuktikan dengan survei yang saya lakukan terhadap guru di sekolah lain yang masih banyak terdapat guru berusia lebih dari 50 tahun.

Selain usia, kendala lain yang dihadapi ialah sarana dan prasarana sekolah yang kurang mendukung pemanfaatan teknologi. Banyak sekolah yang belum mempunyai komputer dan jaringan Internetm bahkan di luar Jawa masih banyak daerah yang tidak terdapat aliran listrik.

Inilah  tantangan pemerintah agar pada masa mendatang teknologi bisa dimanfaatkan secara merata untuk menunjang kemajuan pendidikan di seluruh Indonesia.

(Esai ini terbit di Harian Solopos edisi 14 Desember 2022. Penulis adalah guru di SMP Muhammadiyah Al Kautsar Program Khusus Kartasura, Kabupaten Sukoharjo, Provinsi Jawa Tengah)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya