SOLOPOS.COM - Petugas sedang memeriksa kondisi lahan pertanian yang terimbas keringnya Waduk Pondok, Jumat (22/9/2023). (Solopos.com/Yoga Adhitama).

Presiden Joko Widodo melantik Andi Amran Sulaiman menjadi Menteri Pertanian Kabinet Indonesia Maju menggantikan Syahrul Yasin Limpo yang mengundurkan diri setelah terjerat kasus dugaan korupsi.

Andi Amran Sulaiman adalah Menteri Pertanian pada kabinet yang dipimpin Presiden Joko Widodo pada masa jabatan 2014-2019. Penunjukan dan pelantikan lagi Andi Amran Sulaiman sebagai Menteri Pertanin menarik untuk dikaji dalam konteks setahun terakhir masa kerja Kabinet Indonesia Maju menuju transisi kepemimpinan nasional setelah Pemilu 2024.

Promosi Gonta Ganti Pelatih Timnas Bukan Solusi, PSSI!

Andi Amran Sulaiman boleh dikatakan Menteri Pertanian yang ”berhasil” karena dia menjabat penuh selama lima tahun masa jabatan 2014-2019. Ia tak terpilih lagi pada masa Kabinet Indonesia Maju tentu bukan karena dia gagal, tapi karena kepentingan politik.

Masalah pertanian di Indonesia adalah persoalan yang rumit. Permintaan atas hasil-hasil pertanian semakin meningkat seiring peningkatan jumlah penduduk. Hasil pertanian juga tidak hanya menjadi makanan, namun juga pakan ternak, bahan bakar, dan pemanfaatan serat.

Realitas terkini menunjukkan produksi pertanian—pada semua komoditas—semakin menurun akibat perubahan iklim. Kesejahteraan dan posisi petani secara umum tak kunjung membaik. Dalam rantai pasokan beras, sistem distribusi paling besar ada di perusahaan penggilingan gabah.

Petani memang sejak awal—hulu usaha tani—tidak memiliki pendapatan yang besar. Petani juga berhadapan dengan pasar oligopoli. Petani-petani kecil berhadapan dengan pasar input yang lebih besar, tapi dengan output kecil.

Sektor pertanian di Indonesia mayoritas dikelola oleh pertanian skala mikro. Banyak kelompok dan komunitas petani, namun pengelolaan tetap pada individu petani. Kini jumlah petani pemilik lahan kecil makin banyak.

Data sensus pertanian menunjukkan 48% lahan dikelola petani penggarap dengan sistem sewa atau penyakap. Lahan-lahan pertanian yang tersedia saat ini mayoritas bukanlah milik petani sendiri. Untuk mengakomodasi dan menemukan solusi atas seluruh persoalan tersebut perlu kerja sama antarsektor dan pihak.

Sisi kebijakan dan pelaku pertanian dari hulu hingga hilir harus berkolaborasi. Teknologi perlu ditingkatkan penggunaannya demi membantu petani bertahan di tengah problem-problem baru dampak perubahan iklim.

Berbasis realitas itu, kini ketika Andi Amran Sulaiman dilantik lagi menjadi Menteri Pertanian bisa dimaknai karena ada kebutuhan praksis yang hanya bisa dilakukan oleh orang yang berpengalaman.

Tugas khusus bagi Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman adalah menyiapkan fondasi pengelolaan sektor pertanian untuk dilanjutkan dan ditingkatkan oleh pemerintahan hasil Pemilu 2024.

Ini bukan tugas ringan di tengah masih kentalnya budaya ganti pejabat ganti kebijakan. Sektor pertanian membutuhan program berkelanjutan, bukan program sepotong-sepotong sesuai selera pejabat yang berkuasa.

Andi Amran Sulaiman harus memetakan secara konkret prioritas program yang akan menjadi kerangka kebijakan sektor pertanian secara umum yang niscaya dilanjutkan oleh pemerintahan baru hasil Pemilu 2024.

Prioritas program itu harus berorientasi kesejahteraan petani dan kedaulatan pangan. Jangan hanya berorientasi pasar dan investor.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya