SOLOPOS.COM - Ahmad Baihaqi (Solopos/Istimewa)

Solopos.com, SOLO – Kalimat “Twitter please do your magic” populer di media sosial Twitter. Kalimat tersebut sering digunakan pemilik akun Twitter untuk memviralkan sebuah cuitan.

Lewat “kalimat ajaib” tersebut sebuah cuitan berpotensi menghimpun like, komentar, hingga share yang banyak. Dengan demikian, cuitan tersebut akan menjadi perhatian banyak warganet.

Promosi Strategi Telkom Jaga Jaringan Demi Layanan Telekomunikasi Prima

Penggunaannya beragam, cuitan untuk menggalang bantuan, pencarian orang hilang, atau berjualan. Yang terpenting adalah bernuansa positif. Seperti yang dilakukan pengguna akun @jjaemonade_.

Pada 16 November 2022, dia mengunggah cuitan tentng kondisi ayahnya yang mengidap penyakit diabetes. Dia menyertakan kalimat ”Twitter please do your magic”.

Dalam unggahan itu, pengguna akun @jjaemonade_ bermaksud meminta bantuan agar bisa membiayai pengobatan ayahnya. Dia siap menerima tugas apa pun asalkan ada upah yang bisa digunakan untuk biaya ayahnya berobat.

Cuitan tersebut mendapat banyak respons. Beberapa warganet dengan sukarela menyumbangkan uangnya. Ada pula yang memberi tugas sebelum memberikan bantuan.

Ini tentu bukan yang pertama. Ada banyak pengguna akun Twitter selain @jjaemonade_ yang juga terbantu lewat “Twitter please do your magic”. Kalimat itu seakan-akan memiliki daya magis di Twitter.

Kalimat itu seperti menarik banyak orang memberikan pertolongan kepada para pengguna yang memang membutuhkannya. Kini saatnya daya magis tersebut digunakan untuk Twitter sendiri.

Media sosial berlogo burung biru ini memang masih memiliki basis pengguna yang cukup besar, namun kepopulerannya masih kalah jauh dibanding media-media sosial lainnya, seperti Instagram, Facebook, dan Tiktok.

Menurut data We Are Social, media sosial yang paling banyak digunakan oleh orang Indonesia per Februari 2022 adalah aplikasi perpesanan Whatsapp. Jumlah penggunanya mencapai 88,7% dari populasi penduduk Indonesia.

Di bawah Whatsapp adalah Instagram, Facebook, Tiktok, Telegram, dan Twitter yang berada di urutan keenam. Pengguna Twitter di Indonesia pada 2022 sebanyak 58,3% dari jumlah penduduk.

Angka tersebut menurun dibanding pada tahun lalu yang mencapai 63,6%. Penurunan jumlah pengguna Twitter bisa disebabkan banyak hal. Salah satunya adalah munculnya media sosial baru yang langsung populer seperti Tiktok.

Layanan berbagi video vertikal itu digandrungi banyak orang, bahkan inovasi video pendek berbentuk vertikal ini membuat media sosial lainnya ikut-ikutan. Instagram dan Facebook membikin fitur bernama Reels.

Youtube punya fitur Shorts. Twitter seperti telat mengadopsi kepopuleran tersebut. Ditambah lagi Twitter yang dicap sebagai sarangnya konten pornografi. Konten-konten dewasa itu bebas berkeliaran dan bisa diakses oleh siapapun di Twitter.

Sering kata kunci yang menjurus ke pornografi malah menjadi trending topic. Bandingkan dengan Instagram yang memiliki fitur sensitive content control untuk membatasi konten-konten sensitif.

Facebook mengembangkan fitur filter untuk konten-konten tak senonoh. Twitter justru tidak acuh terhadap fenomena itu, padahal sudah menjadi sorotan sejak lama.

Artikel hasil penelitian Christiany Juditha berjudul Isu Pornografi dan Penyebarannya di Twitter (Kasus Video Asusila Mirip Artis) pada 2021 menyebut Twitter adalah situs yang paling aktif menyebarkan konten mesum.

Artikel yang diterbitkan Jurnal Penelitian Komunikasi dan Opini Publik Vol. 25, No. 1, Juli 2021  itu menyebut karakter Twitter sebagai media sosial yang bersifat jaringan dengan fasilitas berbagi memungkinkan persebaran konten esek-esek sulit dikendalikan.

Saat Elon Musk mengakuisisi Twitter pada tahun ini, sebenarnya banyak harapan agar Twitter kembali unjuk gigi. Ternyata justru kebijakan-kebijakan kontroversial dibuat oleh bos Tesla dan SpaceX tersebut.

Salah satunya tentu biaya berlangganan Twitter Blue, yakni akun terverifikasi harus membayar. Pemutusan hubungan kerja massal di Twitter juga memperburuk citra media sosial ini.

Kontroversi-kontroversi itu justru membuat Twitter kian tenggelam dan mendapat banyak sorotan. Twitter sempat menjadi salah satu raja media sosial.

Kepopulerannya diangkat ke layar lebar di Indonesia lewat film berjudul Republik Twitter pada 2012. Twitter jangan mati, seperti halnya Path pada 2018. Tetaplah hidup meski tak populer.

Tunjukan daya magis lewat karakter unik dengan permainan kata-kata berbatas 140 karakter (sekarang bisa 280 karakter). Semoga penggunamu tetap setia meski dengan fitur sederhana.

(Esai ini terbit di Harian Solopos edisi 17 Desember 2022. Penulis adalah wartawan Solopos Media Group)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya