SOLOPOS.COM - Jafar Sodiq Assegaf (Solopos/Istimewa)

Solopos.com, SOLO – Ujian untuk mendapatkan surat izin mengemudi (SIM) tipe C yang digunakan sebagai syarat mengendarai sepeda motor selalu dikeluhkan. Bagian ujian praktik mengendarai sepeda motor dengan melewati rintangan zig-zag menjadi momok.

Keluhan yang sering dilontarkan adalah rintangan ekstrem yang dihadapi peserta ujian dan dianggap tidak relevan dengan realitas di jalan raya. Kepala Polri Jenderal Polisi Listyo Sigit Prabowo memerintahkan pembenahan ujian praktik SIM yang tidak relevan dan menyulitkan.

Promosi Ongen Saknosiwi dan Tibo Monabesa, Dua Emas yang Telat Berkilau

Hasil ujian tersebut adalah agar pengendara menghargai keselamatan pengguna jalan lain dan terampil mengendarai kendaraan. Kapolri mengingatkan pembuatan SIM jangan dijadikan alat untuk mempersulit warga yang butuh dan malah menjadi sarana pungutan liar atau pungli.

Jenis ujian praktik yang cukup populer adalah saat peserta diminta berkendara melalui lintasan berbentuk angka delapan di jalur sempit tanpa boleh menapakkan kaki. Ujian ini sering mendapat sindiran.

Ada  meme yang memperlihatkan Valentino Rossi sekalipun tak akan lolos ujian SIM C di Indonesia. Ada pula yang nyinyir mengatakan ujian penuh kelokan dibuat agar pengendara sigap menghindari jalanan Indonesia yang penuh lubang.

Perbincangan tentang ujian SIM C muncul lagi setelah akun Twitter @txtdrbekasi mengunggah video perbandingan ujian SIM C di Indonesia dengan di Taiwan. Dalam video ujian SIM di Indonesia terlihat polisi lincah mencontohkan cara lolos tes dengan sangat andal layaknya Komeng di iklan Yamaha.

Di Taiwan, video menampakkan ujian SIM C yang lebih menekankan pemahaman dan kepatuhan pengendara terhadap beragam aturan di jalan raya. Keluhan soal ujian SIM C yang sulit itu pernah direspons pejabat terkait.

Pada November 2021, Kepala Sub-Direktorat SIM Polri Komisaris Besar Polisi Djati Utomo membela institusinya dengan mengutip Peraturan Kapolri Nomor 9/2012 tentang SIM. Djati menyebut ujian SIM C dibuat sesuai standar dan peraturan perundang-undangan.

Ujian praktik untuk SIM C memang terbilang spesial. Barangkali karena populasi pengguna sepeda motor di Indonesia yang cukup besar. Meski begitu, sebenarnya ujian SIM C ini tak begitu banyak berkembang dari waktu ke waktu

Pada awalnya, SIM di Indonesia diberikan tanpa melalui ujian yang ketat. Pada 1949, pemerintah Indonesia memperkenalkan SIM sebagai dokumen resmi untuk mengemudikan kendaraan bermotor.

Saat itu proses pembuatan SIM relatif sederhana dan tidak melibatkan ujian yang komprehensif. Kebutuhan akan pengemudi yang terlatih membuat pemerintah Indonesia mulai meningkatkan persyaratan dan standar untuk mendapatkan SIM.

Pada 1972, pemerintah memperkenalkan sistem ujian teori dan praktik untuk SIM C yang melibatkan tes tertulis dan ujian praktik mengemudi. Pemerintah Indonesia terus meningkatkan aturan terkait dengan ujian SIM C.

Hal ini dilakukan untuk memastikan calon pengemudi memiliki pengetahuan dan keterampilan yang memadai untuk mengemudikan kendaraan bermotor secara aman dan bertanggung jawab.

Dalam beberapa tahun terakhir pemerintah Indonesia telah menerapkan teknologi modern dalam proses ujian untuk mendapatkan SIM. Beberapa daerah telah menggunakan sistem komputerisasi untuk ujian teori.

Warga yang membutuhkan SIM harus menjawab pertanyaan dalam bentuk tes komputer. Pemerintah juga memperkenalkan penggunaan simulator mengemudi untuk melengkapi ujian praktik.

Ujian SIM C dianggap sulit oleh beberapa orang karena melibatkan sejumlah pengetahuan dan keterampilan yang harus dikuasai. Ada beragam aspek yang perlu dikuasai jika ingin mendapatkan SIM C.

Pengetahuan itu tentang peraturan lalu lintas, tanda-tanda jalan, tata cara mengemudi yang baik dan aman, pengetahuan teknis tentang kendaraan, serta keterampilan praktis mengemudi. Mengetahui dan menguasai semua aspek ini memerlukan waktu dan upaya yang cukup.

Ujian SIM C mengikuti regulasi yang ketat karena menyangkut keselamatan pengemudi dan pengguna jalan lainnya. Calon pengemudi harus memahami dengan baik aturan dan peraturan lalu lintas yang berlaku serta mematuhi semua ketentuan tersebut selama ujian.

Ujian praktik umumnya melibatkan pengujian keterampilan praktis mengemudi, seperti penguasaan teknik pengereman, pemanfaatan persneling, manuver kendaraan, dan lain sebagainya.

Keterampilan ini harus diasah melalui latihan yang cukup agar dapat diuji dengan baik. Beberapa orang mungkin merasa tegang atau gugup selama ujian yang dapat memengaruhi kinerja mereka.

Tekanan psikologis ini membuat ujian terasa lebih sulit daripada yang sebenarnya. Penting mempersiapkan diri dengan baik, belajar secara menyeluruh tentang peraturan lalu lintas, tanda-tanda jalan, dan keterampilan mengemudi yang dibutuhkan.

Melakukan latihan praktis dan menjaga ketenangan serta kepercayaan diri juga dapat membantu menghadapi ujian SIM C dengan lebih baik.

(Esai ini terbit di Harian Solopos edisi 7 Juli 2023. Penulis adalah wartawan Solopos Media Group)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya