SOLOPOS.COM - Chelin Indra S (Solopos/Istimewa)

Solopos.com, SOLO – Hari pemungutan suara Pemilihan Umum (Pemilu) 2024 sudah di depan mata. Pemilu adalah salah satu indikator Indonesia sebagai negara demokrasi. Penerapan demokrasi di Indonesia dilandasi 10 prinsip utama, salah satunya demokrasi dengan kecerdasan.

Prinsip yang dikemukakan Ahmad Sanusi pada Memberdayakan Masyarakat dalam Pelaksanaan 10 Pilar Demokrasi (2006) itu bermakna mengatur dan menyelenggarakan demokrasi menurut UUD 1945, bukan dengan kekuatan naluri, otot, atau massa.

Promosi Yos Sudarso Gugur di Laut Aru, Misi Gagal yang Memicu Ketegangan AU dan AL

Demokrasi demikian menuntut kecerdasan rohaniah (jiwa), kecerdasan aqliyah (akal), kecerdasan rasional, dan kecerdasan emosional. Pada Pemilu 2024 ini prinsip demokrasi dengan kecerdasan cukup kentara pada kampanye dialogis yang dilakukan calon presiden-calon wakil presiden.

Kampanye dialogis adalah kampanye tatap muka dengan cara berdialog langsung bersama pemilih. Tujuannya memberikan pendidikan politik kepada publik dan mengajak mereka menjadi pemilih yang rasional.

Ini diaktualkan Anies Baswedan melalui acara Desak Anies, Muhaimin Iskandar dengan Slepet Imin, dan Moh. Mahfud Md. lewat acara Tabrak Prof! Dalam format kampanye seperti ini publik bisa menguji kemampuan kandidat presiden-wakil presiden lewat dialog langsung.

Kampanye dialogis sangat penting guna menciptakan pemilu yang waras dan berkualitas. Metode ini dengan pendekatan yang sesuai kapasitas sasaran kampanye. Metode kampanye ini menuntut kandidat presiden-wakil presiden menguasai komunikasi politik dan komunikasi publik.

Komunikasi politik adalah proses pertukaran pesan politik di antara partisipan komunikasi. Menyambungkan semua bagian dari sistem politik pada masa kini dan masa lampau sehigga aspirasi dan kepentingan dikonversi menjadi kebijakan.

Komunikasi publik adalah proses komunikasi kepada khalayak luas dengan berbagai latar belakang dalam situasi tatap muka. Teknik persuasi atau membujuk khalayak demi mencapai suatu tujuan adalah metode utama.

Kampanye pemilu merupakan salah satu peristiwa politik yang menggunakan teknik persuasi untuk mencapai tujuan. Dalam kampanye setiap orang memperoleh pesan, informasi, dan kesan tentang peserta pemilu yang berguna untuk menentukan pilihan pada hari pemungutan suara.

Kampanye dialogis sebagai bentuk kampanye cerdas sangat dibutuhkan publik saat ini. Kontestan dan tim sukses yang bersaing pada pemilu ditantang menawarkan ide, konsep, dan gagasan secara langsung di depan masyarakat.

Komunikasi dua arah dengan rakyat tercipta. Calon pemimpin menyerap aspirasi rakyat secara maksimal. Rakyat mendapatkan ruang untuk berbicara dengan calon pemimpin. Kampanye dialogis mendorong pendewasaan politik publik.

Kampanye dialogis menghasilkan komunikasi dua arah yang tepat untuk menjaring aspirasi masyarakat dengan cepat sehingga lebih mudah dipahami oleh calon pembuat kebijakan. Dialog adalah inti komunikasi.

Martin Buber (1970) menjelaskan  dialog adalah hubungan saya-Anda (I-Thou) yang ditandai kebersaman, keterbukaan hati, keberlangsungan, kejujuran, spontanitas, tidak pura-pura, tidak manipulatif, rukun, dan cinta kasih.

Berbeda dengan komunikasi saya-benda (I-It) atau komunikasi monologis yang ditandai cinta diri, penipuan, kepura-puraan, kelicikan, dominasi, eksploitasi, dan manipulasi.

Pada konteks pemilu, komunikasi dialogis dalam bentuk kampanye semestinya untuk memberikan pemahaman tentang suatu masalah kepada masyarakat secara lengkap dan cara yang ditawarkan untuk menyelesaikan.

Masyarakat masa kini menghendaki pandangan yang bersifat rasional, argumentatif, dan konkret. Ini relevan dengan definisi dasar kampanye yang menghendaki upaya persuasif, bukan represif.

Kampanye menekankan komunikasi tatap muka di depan khalayak luas. Kampanye bertujuan menggalang dukungan masyarakat menuju kekuasaan. Kampanye pemilu sebagai jalan memulai kekuasaan karena dari sanalah pilihan rakyat ditentukan.

Kampanye merupakan upaya memenangkan hati rakyat. Banyak cara yang dapat dilakukan, antara lain, pendekatan dialogis, bertatap muka dengan khalayak untuk memberikan pendidikan politik yang mencerahkan.

Memperbanyak kampanye dialogis akan membangun tradisi berdemokrasi yang sehat dan berbiaya murah ketimbang kampanye konvoi kendaraan bermotor dan mengumpulkan massa di satu tempat yang cenderung rawan terjadi pelanggaran dan mengganggu keamanan, ketertiban, dan kenyamanan masyarakat.

Agenda kampanye dialogis yang dilakukan calon pemimpin negeri ini mendapat sambutan luar biasa dari masyarakat. Banyak warga yang tergerak datang dan berkumpul di satu tempat untuk berdialog langsung dengan para kandidat presiden-wakil presiden.

Mereka datang dengan tujuan sama, menyampaikan langsung aspirasi dan mendengar respons yang diberikan calon pemimpin. Tindakan partisipatif yang dilakukan rakyat pada kampanye dialogis ini patut diapresiasi setinggi mungkin.

Ini menandakan pendidikan politik berhasil membawa perubahan besar bagi demokrasi Indonesia masa kini. Bentuk kampanye dialogis yang melibatkan tokoh, kader partai, dan masyarakat harus terus didorong demi kewarasan demokrasi Indonesia pada masa depan.

(Esai ini terbit di Harian Solopos edisi 12 Februari 2024. Penulis adalah jurnalis Solopos Media Group)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya