SOLOPOS.COM - Nanang Priyana, Alumnus Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) Koordinator PNPM Mandiri Perkotaan Kabupaten Klaten

Nanang Priyana, Alumnus Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) Koordinator PNPM Mandiri Perkotaan Kabupaten Klaten

Pemerintah Kota Solo memberi nama dua jalan di kawasan Kadipiro, Banjarsari, Solo untuk mengabadikan nama dua pejuang yakni Kapten dr Prakosa dan Lettu Sumarto (SOLOPOS, Rabu (8/8). Pemilihan kedua nama tersebut sebagai nama jalan dilakukan untuk menghormati dan menghargai jasa-jasa mereka dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia.

Promosi Mudik: Traveling Massal sejak Era Majapahit, Ekonomi & Polusi Meningkat Tajam

Ide ini menarik karena berupaya memperkenalkan tokoh atau pahlawan lokal yang berjasa di kawasan Kota Solo. Persoalannya adalah apakah hanya cukup dengan mengabadikan nama mereka menjadi nama jalan? Tentu saja tidak.

Kita harus memperkenalkan tokoh-tokoh tersebut kepada generasi muda sehingga nilai dan semangat perjuangan mereka bisa menjadi teladan dan spirit bagi generasi muda. Persoalannya adalah dari mana generasi muda dapat mengenal tokoh atau pahlawan lokal seperti itu?

Kita harus mengakui minat generasi muda untuk mempelajari sejarah semakin menurun. Pelajaran ini sering dianggap kurang penting dibandingkan mata pelajaran lain seperti Matematika, Fisika, Bahasa Inggris, Ilmu Komputer dan lain-lain. Muatan sejarah lokal kurang mendapatkan tempat.

Seharusnya pelajaran sejarah menjadi menarik dan penting bagi kita karena sejarah dapat membimbing kepada pengetahuan diri dan pembentukan jati diri kita sebagai pribadi maupun sebagai bangsa. Dalam realitasnya, pelajaran sejarah kurang atau tidak diminati karena dianggap membosankan oleh para siswa.

Penyebabnya, pertama, sebagai akibat kondisi ekonomi dan keperluan praktis siswa yang melihat bahwa pelajaran sejarah tidak berkontribusi pada kesuksesan. Kedua, sejarah lebih didominasi sejarah politik yang elitis sehingga pelajaran sejarah dianggap sebagai suatu realitas yang berada di menara gading.

Pelajaran sejarah tidak menampilkan peristiwa dan tokoh sejarah lokal yang dekat dengan kehidupan sehari-hari. Ketiga pengajaran sejarah lebih menekankan aspek kognitif, jauh dari upaya mewarisi nilai perjuangan sebagai bagian pembentukan karakter bangsa. Generasi muda belajar sejarah dengan menghafal nama, tempat kejadian dan waktu kejadian.

Gagasan tentang pengajaran sejarah lokal sangat penting untuk dikemukakan. Taufik Abdullah (1996) mendefinisikan sejarah lokal sebagai sejarah dari suatu tempat, suatu lokalitas yang batasnya ditentukan oleh perjanjian penulis sejarah.

 

Elastis

Sejarah lokal bersifat elastis. Bisa bicara tentang suatu desa, kecamatan, kabupaten, tempat tinggal suatu etnis dan suku bangsa yang ada dalam suatu daerah atau kawasan. Lewat pengajaran sejarah lokal, peserta didik diajak untuk mengenal peristiwa sejarah yang dekat dengan kehidupan mereka sehari-hari.

Materi sejarah lokal sangat luas. Eksplorasi materi sejarah lokal dapat bersumber dari peninggalan-peninggalan sejarah di daerah tersebut. Penulisannya berdasarkan tema-tema tertentu. Selain itu, materi sejarah lokal yang ditampilkan dapat dilihat dari dinamika lokal yang terjadi dalam konteks sejarah nasional dan dunia atau dinamika sejarah nasional dan dunia yang berdampak pada sejarah lokal.

Salah satu sumber belajar yang kaya adalah peristiwa-peristiwa lokal yang terjadi di suatu daerah. Siswa di Kabupaten Klaten perlu mendapatkan penjelasan sejarah Kabupaten Klaten yang setiap tahun diperingati. Ketika membaca peta Kabupaten Klaten peserta didik seharusnya mendapat pengetahuan mengapa Kabupaten Klaten tidak masuk wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta.

Materi lain adalah sejarah perjuangan lokal yang sangat kaya. Sejarah mencatat bahwa perjuangan kemerdekaan bangsa Indonesia adalah perjuangan rakyat semesta. Perlawanan terhadap imperialisme melibatkan seluruh lapisan bangsa Indonesia dengan peran masing-masing. Tak heran kalau monumen dan peninggalan sejarah perjuangan lokal bertebaran di seluruh wilayah Indonesia.

Dengan menggali peristiwa perjuangan lokal, kita dapat menggali tokoh pejuang lokal yang dekat dengan kehidupan masyarakat setempat. Tokoh tersebut adalah pelaku sejarah pada peristiwa lokal yang mungkin tak tercatat dalam buku-buku sejarah yang selama ini beredar. Tradisi tirakatan yang dilakukan masyarakat pada malam menjelang 17 Agustus selama ini dijadikan sebagai wahana mewariskan sejarah lokal.

Dalam konteks ini, pemberian nama jalan menggunakan tokoh atau pejuang lokal merupakan awal dari gagasan yang lebih besar yaitu membangkitan sejarah lokal. Beberapa ruas jalan di Klaten, Boyolali, Solo, Sukoharjo dan daerah lain sebagian sudah menggunakan nama tokoh sejarah lokal.

Selain Tokoh-tokoh nasional seperti Jenderal Sudirman, Jenderal Gatot Subroto, Jenderal Ahmad Yani dan lainnya kita harus mengenalkan nama Letnan Tukiyat, Mayor Sugiyanto, Mayor Hartono, Sersan Sadikin, Kapten Sudiro, Kapten dr Prakosa, Lettu Sumarto dan lain-lain kepada generasi muda.  Sayangnya, memang tak banyak yang tahu siapa sebenarnya tokoh-tokoh tersebut dan kiprah mereka dalam perjuangan

Pengambangan sejarah lokal juga memungkinkan kita mengembangkan sejarah sosial. Selama ini pelajaran sejarah lebih banyak didominasi sejarah politik tentang pergantian kekuasaan dari masa kerajaan sampai setelah kemerdekaan. Padahal dinamika sosial yang terjadi dalam masyarakat tak selalu peristiwa politik. Anak-anak di Klaten bisa belajar secara mendalam tentang sejarah Pabrik Gula Gondang Winangun, sejarah perayaan Yaqiwiyu atau belajar tentang sejarah Rawa Jombor.

Dengan pengembangan sejarah sosial juga akan memunculkan tokoh sejarah alternatif di luar pelaku sejarah politik mainstream. Di Solo dan sekitarnya dikenal nama dr Moewardi yang diabadikan sebagai nama rumah sakit di Solo dan nama jalan di Sukoharjo dan Karanganyar. Pejuang di bidang kesehatan ini mempunyai sumbangsih yang tak kalah dengan mereka yang berjuang secara politik mainstream.

Masih banyak tokoh pejuang di berbagai bidang yang perlu kita kenalkan dan kita wariskan nilai perjuangan mereka kepada generasi penerus kita seperti Gesang, Ir Sutami dan lain-lain. Sumbangsih mereka untuk kejayaan bangsa dan negara sesuai bidang masing-masing tidak bisa diabaikan.

Sejarah lokal mempunyai arti sangat penting bagi anak didik kita. Dengan mempelajari sejarah lokal anak didik kita akan memahami perjuangan nenek moyangnya dalam berbagai kegiatan kemasyarakatan. Nilai-nilai kerja keras, pantang mundur dan tidak kenal menyerah perlu diajarkan pada anak-anak kita.

Pengajaran sejarah lokal di sekolah juga akan mendekatkan nilai-nilai yang ingin kita tanamkan. Nilai-nilai perjuangan, kerja keras, pantang menyerah, mencintai tanah air kita perkenalkan bukan sebagai sesuatu yang elite tetapi sebagai sesuatu yang dekat dengan kehidupan kita sehari-hari.

Pelaku yang dicontoh bukanlah tokoh yang jauh tetapi tokoh yang dekat, yang boleh jadi adalah kakek atau kerabat mereka sendiri. Hal ini akan menumbuhkan rasa bangga dan rasa percaya diri, karena dirinya, keluarganya atau kakeknya adalah bagian dari sebuah perjuangan yang luhur.



Kalau kita sepakat tentang pentingnya pengajaran sejarah lokal, upaya ke arah itu harus segera dilakukan. Kita berpacu dengan waktu. Para pelaku sejarah lokal saat ini sudah semakin sedikit karena dimakan usia. Oleh karena itu harus dilakukan upaya mendokumentasikan peristiwa sejarah lokal dari sedikit pelaku yang masih tersisa. Kita benar-benar berpacu dengan waktu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya