SOLOPOS.COM - Suryono, Asisten Direktur/Deputi Kepala Perwakilan Bank Indonesia Solo. (FOTO: Istimewa)

Suryono, Asisten Direktur/Deputi Kepala Perwakilan Bank Indonesia Solo. (FOTO: Istimewa)

Zikir atau mengingat Allah SWT adalah sebuah aktivitas ibadah yang sangat mudah untuk dilakukan. Zikir is so very easy. Zikir itu gampang. Zikir itu tak perlu biaya. Zikir itu tak mengenal waktu, tempat dan batasan usia. Bahkan Zikir bisa dilakukan dalam keadaan apa pun, baik berdiri, duduk maupun berbaring, baik dalam keadaan senang maupun susah. Dengan berzikir hati kita menjadi tenteram. Allah berfirman : “(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah–lah hati menjadi tenteram.”(QS. Ar-Ra’d: 28)

Promosi Mendamba Ketenangan, Lansia di Indonesia Justru Paling Rentan Tak Bahagia

Dalam ayat tersebut Allah SWT ingin mengatakan kepada kita bahwa dengan berzikir, maka pasti hati kita akan menjadi tenteram/tenang. Karena yang mengatakan ini adalah Allah SWT, berarti ini aksioma langit (ketentuan mutlak) yang tidak dapat ditawar lagi. Dengan berzikir pula kita akan memperoleh ampunan dan pahala yang besar sebagaimana firman Allah SWT:  “… laki-laki dan perempuan yang banyak menyebut (mengingat) Allah, niscaya akan Allah sediakan bagi mereka ampunan dan pahala yang besar.”(QS. Al-Ahzab: 35). Dalam sebuah hadits, rasulullah Muhammad SAW pernah bersabda: ”Perumpamaan orang yang berzikir dengan orang yang tidak berzikir adalah seperti orang yang hidup dan orang yang mati.”(HR Bukhari dan Muslim).

Namun demikian zikir bukan hanya sebuah tutur kata, bukan juga sekadar gerak mulut saja, bukan pula sekedar duduk di mesjid atau pun duduk di tengah malam sambil melafazkan kalimat-kalimat tertentu dengan menggunakan butiran-butiran tasbih. Namun lebih dari itu, zikir merupakan pengalaman ruhani yang dapat dinikmati pelakunya. Inilah yang dimaksudkan Allah SWT sebagai penenteram hati.

Zikir bukan sekadar ungkapan sastra atau nyanyian, melainkan suatu hakikat yang diyakini di dalam jiwa dan merasakan kehadiran Allah dalam segenap  keadaan,  serta  berpegang  teguh  dan menyandarkan hidup dan matinya hanya untuk Allah SWT semata. Firman Allah SWT: ”Dan sebutlah (Nama) Tuhanmu dalam hatimu dengan merendahkan diri dan rasa takut, dan dengan tidak mengeraskan suara, di waktu pagi dan petang, dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang lalai.”(QS. Al-A’raf : 205).

Hitungan lafaz seperti membaca asmaul husna, tasbih, tahmid, takbir dan membaca Alquran merupakan bagian dari sarana zikir, yaitu dalam rangka menuju penyerahan diri lahir dan batin kepada Allah SWT. Tidak ada kemuliaan yang lebih tinggi dari pada zikir dan tidak ada nilai yang lebih berharga dari usaha menghadirkan Allah SWT di dalam hati, bersujud karena keagungan-Nya, dan tunduk kepada semua perintah-Nya, serta menerima setiap keputusan-Nya dari Zat Yang Maha Bijaksana.

Zikir merupakan ruh seluruh peribadatan pada tatanan spiritualitas Islam. Zikir merupakan kunci membuka hijab dari kegelapan menuju cahaya Illahi. Alquran menempatkan zikir sebagai pintu menuju marifatullah sebagaimana Firman Allah SWT : Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang yang berakal, (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata), Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia. Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka.”(QS Ali ’Imran: 190-191).

Zikir termasuk ibadah yang tidak ada batasnya, bisa sambil berdiri, duduk atau berbaring. Mencari nafkah untuk keluarga bisa dikatakan berzikir jika dilandasi karena ingat kepada Tuhan. Begitu pula kaum intelektual yang sedang meriset fenomena alam, sehingga menemukan sesuatu yang bermanfaat bagi kemaslahatan umat manusia.

Zikir merupakan sarana pembangkitan kesadaran diri yang tenggelam, zikir melahirkan fikir serta kecerdasan jiwa yang luas, zikir bukan hanya sekedar menyebut Nama Allah, akan tetapi zikir merupakan sikap mental spiritual mematuhkan dan memasrahkan diri secara total kepada Sang Pemilik Jagad Raya ini yaitu Allah SWT.

Para Ulama membagi zikir menjadi 4 macam, yaitu :

Pertama, zikir qalbiyah,  merasakan kehadiran Allah SWT. Dalam melakukan apa saja ia meyakini akan kehadiran Allah SWT sehingga hatinya selalu tenang tanpa ada rasa takut sedikit pun. Allah SWT Maha Melihat, Maha Mendengar, lagi Maha Mengetahui. Tidak ada yang tersembunyi dari pengetahuan-Nya, seberat zarah/atom pun yang ada di langit maupun di bumi. Lihat QS Saba’: 3.

Zikir qalbiyah ini lazim disebut ihsan. Rasulullah SAW bersabda tentang arti isan: “Ihsan adalah engkau menyembah Allah seakan-akan engkau melihat-Nya. Sekalipun engkau tidak melihat-Nya tapi sesungguhnya Dia melihatmu.”(Hadis Muttafaq ‘Alaih). Dengan zikir qalbiyah kita memfungsikan mata hati kita dan menyadari bahwa Allah SWT selalu melihat dan mengawasi kita. Jika kita sudah mencapai level ini, akan menimbulkan dampak yang luar biasa, yaitu hati akan selalu bersih dan apapun yang kita kerjakan akan bernilai ibadah.

Kedua, zikir aqliyah, kemampuan menangkap bahasa Allah SWT dibalik setiap gerak alam semesta ini. Menyadari bahwa semua gerakan alam, Allah-lah yang menjadi sumber gerak dan yang menggerakkannya. Alam semesta ini adalah sekolah dan tempat belajar kita. Segala ciptaan-Nya dengan segala proses kejadiannya adalah proses pembelajaran bagi kita. Segala ciptaan-Nya yang berupa batu, sungai, gunung, udara, pohon, manusia, hewan dan sebagainya merupakan pena dan kalam Allah yang wajib kita baca.

Kalau kita jeli memahami Alquran, sesungguhnya kita hidup di bumi nan luas ini, yang kali pertama diperintahkan adalah membaca (Iqra’). Yang wajib kita baca ada dua wujud, yakni alam semesta (ayat kauniyah) termasuk di dalamnya diri kita sebagai manusia, dan Alquran (ayat qauliyah). Dengan kesadaran  dan cara berfikir ini, maka setiap kita melihat suatu benda (ciptaan-Nya) pada saat yang sama kita akan melihat keagungan, kebesaran dan kekuasaan Allah SWT. Inilah yang merupakan puncak dari zikir aqliyah.

Ketiga, zikir lisan, buah dari zikir qalbiyah dan aqliyah. Setelah melakukan zikir hati dan akal, barulah lisan berfungsi untuk senantiasa berzikir, selanjutnya lisan berdoa dan berkata-kata dengan benar, jujur, baik dan bermanfaat. Orang yang merasa hatinya hadir di hadapan Allah SWT dan sadar bahwa dirinya selalu berada dalam pengawasan-Nya disebut muraqabah.

Dengan muraqabah akan mendorong seorang muslim melakukan muhasabah (evaluasi diri). Dengan melakukan muraqabah dan muhasabah, kita akan menemukan hikmah. Inilah yang merupakan tujuan akhir dari zikir lisan yaitu menemukan hikmah di balik semua ciptaan Allah SWT setelah merasakan kehadiran-Nya dan befikir tentang semua ciptaan-Nya. Kalau kita tidak melakukan zikir lisan, maka hati dan pikiran kita akan tumpul dan mudah dibisiki oleh setan yang pada akhirnya akan merenggut ketenangan hati kita.

Keempat, zikir amaliyah, sebenarnya cita-cita kita semua adalah zikir amaliyah, dan inilah tujuan yang kita inginkan dari zikir. Setelah hati kita berzikir, akal kita berzikir, dan lisan kita berzikir, maka akan lahirlah jiwa-jiwa serta pribadi-pribadi yang suci, pribadi-pribadi yang berakhlak mulia, baik secara lahir maupun bathin. Dari pribadi-pribadi tersebut akan lahirlah amal-amal shaleh yang diridhai Allah SWT, sehingga terbentuk sebuah masyarakat yang beriman dan bertakwa kepada Allah SWT.

Kalau sudah demikian maka akan dibukakan oleh Allah SWT pintu-pintu berkah dari langit maupun dari bumi, sebagaimana firman-Nya: “Jikalau sekiranya penduduk di negeri-negeri itu beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.”(QS Al A’raf: 96).

Puncak zikir adalah ketika kita telah mampu menanggalkan atribut-atribut artifisial yang kita sandang, yaitu kita benar-benar telah bebas dari keinginan-keinginan pribadi. Semua tindakan kita didasarkan pada prinsip lillahi ta’ala (hanya karena Allah). Pada stadium inilah keikhlasan dan ihsan itu berada. Pada saat itu kita akan menemukan kesadaran akan nilai-nilai Illahiyah dan kemanusiaannya, seperti memiliki kelembutan hati, kehalusan budi pekerti (akhlak), keadilan, keberanian, kasih sayang, kejujuran, amanah, kedermawanan, keikhlasan, dan keta’atan untuk mencapai ridha Allah SWT. Kemudian hidup ini akan senantiasa sibuk memperbaiki diri dan dibarengi dengan amal shaleh. Itulah derajat takwa yang ingin kita raih bersama.

Adalah penting membudayakan dan mengistikamahkan zikir dalam kehidupan kita. Dengan senantiasa berzikir, insya Allah hidup kita akan tenang dan bahagia dunia dan akhirat. Jadi, zikir itu mudah. Zikir is so very easy.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya